Setelah Karmila menerim surat itu, pada dirinya terjadi perubahan yang sangat mencolok.
Selalu kuperhatikan, setiap pelajaran ekstra kurikuler olah raga gulat yang diikuti Firman, Karmila selalu menyempatkan diri untuk melihat Firman beraksi diatas matras.
Dengan tekad bulat, akupun memaksakan diri untuk ikut eksktra kurikuler olah raga gulat. Ya...tentunya untuk cari perhatian terhadap Karmila.
Padahal aku tahu persis, perawakanku sebenarnya cocok untuk olah raga lari sprint 100 m, atau lari maraton.
Belakangan kuketahui, getaran magnet rayuan wanita, walaupun itu hanya dalam hayalanku belaka, ternyata bisa membolak-balikan nalar seorang laki-laki.Â
Apalagi kalau saat itu Karmila benar-benar merayuku...pasti jiwaku menghayal jadi Pangeran, yang selalu bersama dan melindunginya, hanya aku dan dia yang memiliki dunia ini, yang lain kuanggap buih air laut, banyak tapi tak berarti apa-apa.
Itulah yang kumaksud, nalar laki-laki dapat dimatikan setiap saat oleh rayuan maut wanita...
Saat aku mendapat giliran sparring partner dengan Firman.
...aku menjadi bulan-bulanan Firman diatas matras!
Watak Firman tidak seperti yang kuduga, diatas matras dia seperti Harimau Sumatera melibas lawannya, walupun ini hanya latihan biasa.