Mohon tunggu...
Mohammad Syarrafah
Mohammad Syarrafah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah belajar di TEMPO memungut serpihan informasi di jalanan. Bisa dihubungi di email: syarraf@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi "Toron", Momentum Mudiknya Orang Madura Jelang Idul Adha

9 Agustus 2019   05:37 Diperbarui: 9 Agustus 2019   12:39 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang Madura saat hendak menyeberang di Suramadu/Foto by sentika.wordpress.com

Malam itu udara di sekitar rumahku sangat dingin, perut pun keroncongan. Akhirnya, aku beranjak keluar rumah untuk mencari makan malam. Setelah keliling, hati pun terpesona dengan Sate Madura.

Memang, Sate Madura di tempatku itu sangat terkenal kelezatannya, dan itu langgananku. Bahkan, saya juga kenal dengan si bapak penjual sate itu. Kebetulan, saat itu hanya saya yang membeli sate, sehingga kami pun sempat bercanda sembari berdiskusi soal tradisi "Toron."

"Maaf nak, mulai nanti malam saya libur ya sampai habis lebaran Idul Adha, sudah waktunya toron," kata Pak Dul-sapaan akrab penjual sate itu tiba-tiba membuka pembicaraan. Kami pun larut dalam diskusi tradisi toron hingga akhirnya sate pesananku jadi.

Sepanjang perjalanan pulang, aku pun berpikir soal tradisi Toron itu. Ternyata, "Toron" itu adalah Bahasa Madura yang artinya dalam Bahasa Indonesia turun. Artinya di sini, turun dari atas ke bawah.

Secara kontekstual, tradisi Toron ini berarti orang Madura yang merantau ke luar daerah turun dari bus, pesawat, mobil atau pun sepeda motor yang ditumpanginya untuk pulang ke tanah kelahirannya, Madura.

Selain itu, tradisi Toron juga berarti pulangnya atau mudiknya orang Madura ke empat kabupaten yang ada di Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan (yang paling barat), lalu Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan yang paling timur adalah Kabupaten Sumenep.

Orang-orang Madura saat hendak menyeberang di Suramadu/Foto by sentika.wordpress.com
Orang-orang Madura saat hendak menyeberang di Suramadu/Foto by sentika.wordpress.com
Lebih luas lagi, makna tradisi Toron ini adalah "Toronan". Dalam Bahasa Indonesianya adalah turunan atau keturunan. Jadi, makna tradisi Toron yang sangat luas adalah upaya orang Madura dalam merawat keturunan keluarga atau trah, sehingga silaturrahmi ke rumah-rumah saudara selalu dilakukan setiap kali melakukan tradisi Toron.

Sebenarnya, tradisi Toron ini sangat melekat pada saat orang Madura hendak mudik pada saat Idul Adha. Namun belakangan, makna tradisi Toron ini semakin luas. Kini, tradisi Toron ini biasa digunakan ketika orang-orang Madura hendak mudik pada saat menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Setidaknya, tiga momen itu yang biasa dilakukan tradisi Toron oleh orang-orang Madura, yaitu menjelang Idul Adha, menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi. Pertanyaannya kemudian, kenapa melekat pada tiga momen istimewa ini?

Ya, bagi orang Madura, Idul Fitri itu merupakan kemenangan pertama setelah melaksanakan puasa sebulan penuh. Sebelum Hari Raya Idul Fitri, biasanya mereka akan sumbangan untuk menyembelih sapi atau kambing. Selain daging, biasanya mereka akan menyembelih ayam untuk dimasak pada Hari Raya Idul Fitri.

Pada saat memomen Hari Raya Idul Fitri, orang Madura biasanya pagi-pagi habis Sholat Subuh berbondong-bondong ziarah ke makam leluhurnya, tapi ada pula yang melakukannya setelah Sholat Idul Fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun