di tanah moyang ku yang permai
beralaskan sawah hijau,
dan dibawah langit yang selalu senyum
ku gantungkan hidup ku yang sahaja
anak ku lari hilir mudik di sana
sedangkan aku nyangkul untuk panen
sungguh indah nya hidup
bagaikan permata dalam jerami
biar dikata orang aku kere
aku senang.
tapi lihat...
sawahku, kebo lan pitik ku
dilindas habis oleh mahluk durjana
keparat, persetan dengan kalian semua
engkau todongkan moncong bedhil mu padaku
terkoyak bajuku
remuk,
lebam, hancur
aku berteriak,
"siksa saja aku bajingan,
tapi jangan kau sentuh tanah moyangku!"
dia hanya nyengir
"kalian hanya sampah, enyah saja!"
sakit badan ku, tak sesakit hati
yang melihat tanah moyang ku
diperkosa oleh para sedadu perampas
mungkin benar
aku ini hanya sampah
biarkan saja para setan keparat itu
aku hanya mahluk kecil
doa pun tak bisa tolong hamba
pasrah.
rey.
                          Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI