Mohon tunggu...
Rafii Dzikra
Rafii Dzikra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tempat berbagi dan mencatat ilmu

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Presidensi G20 2022 Jadi Kesempatan Indonesia Atasi Perubahan Iklim Dunia dengan Memajukan Investasi Hijau

22 Juli 2022   13:00 Diperbarui: 22 Juli 2022   13:05 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi investasi hijau. Sumber: freepik.com/free-vector/investment-tree-growth-illustration_3090797.htm?

Perubahan iklim merupakan suatu permasalahan terkini yang selalu mengkhawatirkan penduduk bumi. Bagaimana tidak mengkhawatirkan, dampaknya pun dapat kita rasakan sekarang. Kenaikan suhu bumi, kenaikan air laut, hujan lebat, hingga badai yang mematikan merupakan akibat nyata dari perubahan iklim saat ini dan dapat berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim ini, sejak 2015, dunia internasional telah bersama-sama menyepakati perjanjian penanggulangan permasalahan iklim global, yaitu Paris Agreement on Climate Change, serta melaksanakan Agenda 2030 yang bertujuan untuk melakukan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs). Setelah kesepakatan dunia internasional tersebut, negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, gencar melakukan suatu program bernama net zero emission yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dunia hingga berjumlah nol dan direncanakan akan tercapai pada sekitar tahun 2050.

Di tengah upaya berbagai negara mencapai net zero emission, hadir sebuah solusi yang dapat membatasi kenaikan suhu bumi sekaligus menjaga kelangsungan ekonomi dunia, yaitu investasi hijau. Melansir dari Kehati, secara definisi, investasi hijau atau investasi berkelanjutan adalah investasi yang berfokus pada aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola baik (environment, social, and governance/ESG) yang tujuannya menjaga kelangsungan perekonomian dan kehidupan di muka bumi. Karena berdampak positif bagi kelangsungan perekonomian pada jangka panjang, saat ini investasi hijau semakin diminati oleh para investor dari seluruh penjuru dunia. Terpilihnya Indonesia menjadi Presidensi G20 2022 pun dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memajukan investasi hijau hingga ke seluruh dunia. 

Sebelumnya Apa Itu G20? Bagaimana G20 Bisa Terbentuk?

Mengutip dari situs web Bank Indonesia, G20 atau Group of Twenty merupakan kelompok kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan satu organisasi supranasional, yaitu Uni Eropa. Kelompok negara ini merupakan representasi dari 60 persen populasi dunia, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. G20 dibentuk atas inisiasi G7 pada tahun 1999 yang pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi global sehingga kehadiran G20 bertujuan untuk menyatukan negara maju dan berkembang dalam mewujudkan stabilitas keuangan internasional.

Pada awalnya, G20 adalah pertemuan antara menteri keuangan dan gubernur bank sentral—termasuk gubernur Bank Indonesia—dari negara-negara anggotanya untuk menghadapi krisis. Kemudian, pada KTT G20 pertama tahun 2008, pertemuan G20 mulai ikut menghadirkan kepala negara. Dalam sistem kerjanya, G20 tidak memiliki sekretariat yang tetap sehingga tuan rumah atau presidensi yang hanya dipegang oleh satu negara akan ditetapkan secara bergantian setiap tahunnya. Kini, tahun 2022, Indonesia berkesempatan untuk memegang presidensi G20 dan mengusung tema yang mengajak seluruh dunia untuk saling mendukung untuk pulih bersama dengan lebih kuat, yaitu “Recover Together, Recover Stronger.”

Bagaimana G20 2022 Dapat Menjadi Momentum Majukan Investasi Hijau?

Terpilihnya Indonesia menjadi presidensi G20 pada tahun 2022 membuat Indonesia menjadi sorotan dunia di tengah perekonomian Indonesia yang mulai pulih kembali dari keterpurukan akibat pandemi. Momentum ini tentu akan memengaruhi pandangan pelaku ekonomi dunia yang dapat mengundang kesempatan berinvestasi terutama investasi berbasis ramah lingkungan. 

Melansir dari Kompas, Project Manager Clean, Affordable, and Secure Energy for Southeast Asia (CASE) Indonesia mengatakan bahwa pertemuan G20 Indonesia berpeluang membangun kerja sama, serta mencari dukungan terkait energi bersih dalam bentuk bantuan teknis atau pendanaan. Hal ini karena transisi energi menjadi salah satu agenda prioritas dalam G20 2022. Oleh karena itu, negosiasi mengenai investasi pada sektor energi ramah lingkungan antarnegara G20 sangatlah mungkin untuk dilakukan.

Selain itu, melansir dari Merdeka, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, memastikan investasi hijau jadi salah satu fokus pembahasan pada pertemuan kedua Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20. Dengan begitu, pembahasan tersebut diharapkan dapat menghasilkan pedoman bagi negara-negara di dunia dalam membuat kebijakan investasi nantinya. 

Potensi dan Komitmen Indonesia Dalam Investasi Hijau

Letak astronomis dan geologis Indonesia yang strategis sangatlah berpengaruh terhadap kekayaan sumber daya alam Indonesia. Beberapa sumber daya alam tersebut, seperti panas matahari, angin, air, dan panas bumi, dapat dimanfaatkan sebagai energi baru terbarukan (EBT). Melansir dari situs web Kementerian ESDM, Indonesia sangat kaya akan energi terbarukan dengan potensi lebih dari 400.000 Mega Watt (MW), 50% diantaranya atau sekitar 200.000 MW adalah potensi energi surya. Potensi kekayaan tersebut tentu dapat dimanfaatkan menjadi lahan investasi ramah lingkungan dengan membangun infrastruktur yang mendukung pemanfaatan EBT tersebut, seperti pembangkit listrik dengan berbagai jenis tenaga.

Tak hanya potensi EBTnya, para stakeholder atau pemerintah saat ini juga antusias dan serius dalam usahanya mencapai net zero emission. Hal ini terlihat dari Indonesia yang menjadi salah satu dari 40 negara yang menandatangani deklarasi Global Coal to Clean Power Transition (Transisi Batubara Global Menuju Energi Bersih) di COP26 pada 2021 lalu. Selain itu, mengutip dari situs web resmi BKPM, para stakeholder pun telah berhasil menjalankan program-program pertumbuhan ekonomi hijau yang memperhatikan keramahan lingkungan, seperti menyediakan produk investasi hijau (green bond, sukuk hijau, indeks saham berbasis ESG), menyusun draf peraturan pemerintah untuk mengatur perdagangan karbon, hingga membuat nota kesepahaman antara Kementerian Investasi dan Kementerian Luar Negeri untuk memperkuat diplomasi Indonesia melalui penanaman modal asing langsung (FDI).

Tantangan Indonesia Untuk Wujudkan Investasi Hijau

Sebagai bagian dari green economy atau ekonomi hijau, investasi hijau merupakan program yang tidak mudah untuk diwujudkan. Tidak hanya investasi hijau, tetapi penerapan keseluruhan konsep dari ekonomi hijau juga sangatlah dibutuhkan jika ingin mencapai net zero emission sebelum 2060. Oleh karena itu, tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam merealisasikan ekonomi hijau.

Mengutip dari Kumparan, Deputi Perencanaan Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indra Darmawan, mengakui tidak mudah dalam menerapkan ekonomi hijau. Menurutnya ada tiga tantangan utama yang harus diselesaikan. Pertama, belum adanya alat untuk mengukur bisnis yang ramah lingkungan sehingga progresnya sulit terukur dengan jelas. Kedua, masih banyaknya masyarakat yang bergantung dengan energi fosil sehingga jika energi hijau tidak lebih murah dari energi fosil, masyarakat akan kurang termotivasi untuk pindah ke energi hijau. Ketiga, kurangnya literasi masyarakat Indonesia mengenai ekonomi hijau juga membuat program ini sulit terlaksana sehingga belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui hal-hal terkait ekonomi hijau.

Simpulan

Permasalahan perubahan iklim dunia yang kian mengkhawatirkan membuat negara-negara di dunia menargetkan net zero emission pada 2050. Di tengah usaha mencapai target tersebut, investasi hijau pun hadir sebagai solusi alternatif bagi masyarakat dunia untuk menjaga bumi sekaligus perekonomian secara jangka panjang. Indonesia sebagai salah satu negara yang berkomitmen mengatasi perubahan iklim pun turut berusaha mencapai target net zero emission dengan tepat waktu. Walaupun Indonesia memiliki banyak potensi untuk mewujudkan investasi hijau, tetapi masih terdapat beberapa tantangan yang masih harus diatasi agar investasi hijau dapat mudah terimplementasi. Oleh karena itu, terpilihnya Indonesia menjadi presidensi G20 2022 dapat menjadi saat yang tepat untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut sehingga investasi hijau dapat terwujud di seluruh dunia. Dengan begitu, usaha dunia internasional dalam mengatasi perubahan iklim dunia melalui target net zero emission dapat tercapai dengan tepat waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun