Mohon tunggu...
Mohammad irfan Fikri
Mohammad irfan Fikri Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa Universitas Jember

Hobi menonton anime

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Ekspor Karet di Masa Krisis Global

22 Desember 2022   11:52 Diperbarui: 22 Desember 2022   12:01 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketersediaan lahan yang semakin menyempit dan menjadi kawasan penduduk, dibutuhkannya tanaman yang tahan dengan situasi yang sedikit liar seperti karet. Karet merupakan tanaman yang menghasilkan getah karet atau lateks melalui pohon. Keberadaan getah karet tentunya sangat diperlukan dalam bahan baku untuk digunakan dalam sehari hari. 

Menurut Puspitasari et al. (2017) keberadaan tanaman karet sangat penting adanya dikarenakan dapat digunakan sebagai bahan baku yang dapat menunjang aktivitas manusia. Tanaman karet juga memiliki beberapa jenis karet. Jenis jenis karet tentunya juga akan mempengaruhi kualitas dalam segi tumbuh dan penghasilan getah.

Tanaman karet sendiri dapat digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan ban kendaraan, sol sepatu, tempat sampah dan masih banyak lagi yang menggunakan bahan dasar dari karet. Tentunya dengan hal ini, karet dapat dikatakan juga dapat menghasilkan dampak yang positif untuk menambah pemasukan atau penghasilan bumi di Indonesia. 

Permintaan karet kini semakin meningkat karena adanya inovasi yang lebih baik dari sebelumnya untuk produk karet. Hal ini dapat mempengaruhi hasil alam yang diperoleh dari karet untuk diekspor ke pasar internasional. Hingga saat ini, Indonesia merupakan pengekspor karet terbesar kedua dunia setelah Thailand (Harahap dan Segoro, 2018).

Beberapa keunggulan yang dimiliki Indonesia memungkinkan- nya menjadi negara pengekspor karet terbesar dunia. Selain itu faktor cuaca dan iklim yang dimiliki Indonesia juga menjadi salah satu pendukung keberagaman sumber daya yang ada, termasuk karet. 

Peluang yang dimiliki Indonesia sebagai salah satu eksportir karet terbesar di dunia tentunya memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi volume ekspor karet di pasar internasional. 

Beberapa faktor yang menentukan ekspor karet Indonesia antara lain volume produksi karet, nilai tukar rupiah terhadap US$4 yang merupakan mata uang utama perdagangan internasional dan harga karet dunia. Beberapa faktor tersebut kemungkinan akan menjadi faktor yang mempengaruhi volume ekspor karet alam Indonesia (Alinda, 2013).

Pembahasan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dapat diketahui nilai ekspor karet remah dari Indonesia mencapai US$ 2,9 miliar. Nilai nya menurun 14,7% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai US$ 3,4 miliar. 

Nilai ekspor karet remah sempat meningkat 56,25% pada tahun 2017 mencapai US$ 5 miliar, tetapi nilainya menurun pada tahun 2018 sampai tahun 2020. Pola yang sama juga terjadi pada volume ekspornya. 

Volume ekspor karet remah sempat meningkat 16% pada tahun 2017 mencapai 2,9 juta ton, tetapi volumenya turun sejak tahun 2018 hingga tahun 2020 mencapai 2,2 juta ton. Negara Amerika Serikat menjadi tujuan utama ekspor karet remah Indonesia. 

Nilai ekspor karet remah ke negara tersebut mencapai US$ 589,6 juta dengan volume 439,3 ribu ton pada tahun 2020. Negara Jepang berada di posisi kedua dengan nilai ekspor karet remah yaitu mencapai US$ 514,1 juta pada tahun lalu. 

Setelahnya ada negara China dan India dengan nilai ekspor karet remah masing-masing mencapai US$ 378,7 dan US$ 230,7 Juta. Ekspor karet remah dari Indonesia ke Korea Selatan yaitu mencapai US$ 189,5 juta. 

Sementara, nilai ekspor karet remah ke Brazil mencapai US$ 80,2 juta. Sebagai informasi, karet remah merupakan karet alam yang diolah melalui tahap khusus sehingga mutunya terjamin secara teknis dan kualitas. Pemerintah dan pelaku industri karet menargetkan ekspor karet dan barang dari bahan karet mencapai US$ 6,3- 7,3 miliar pada tahun 2021 (BPS, 2021).

Tanaman karet banyak diperjualbelikan karena kebutuhannya yang sangat banyak dan terus meningkat setiap tahunnya. Permintaan akan karet alam yang terus meningkat tersebut membuat negara-negara penghasil karet alami berusaha untuk meningkatkan produksi karet alamnya terus- menerus (Wahyudy, 2018). 

Hasil perkebunan karet Indonesia banyak diekspor ke negara lain yang membutuhkan, posisi pertama negara yang menjadi tujuan ekspor karet alam tertinggi Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai persentase share ekspor ke negara tersebut sebesar 21% dari total seluruh ekspor karet alam Indonesia ke dunia. 

Negara kedua pengekspor karet Indonesia adalah Jepang sebesar 18% serta Uni Eropa pada posisi ketiga dengan persentase sebesar 15% (Meliany, 2022). 

Dengan banyaknya permintaan akan karet alami yang tinggi dari negara- negara tersebut, maka peluang ekspor karet Indonesia masih sangat tinggi. Karet dari Indonesia kebanyakan masih didominasi oleh ekspor ke negara maju dan bukan dari negara berkembang, hal ini berkaitan dengan keadaan suatu negara dalam perekonomiannya. 

Keadaan negara kecil lainnya yang belum dapat berkontribusi dalam itensitas ekspor karet Indonesia adalah persoalan internal negara seperti kemiskinan, perekonomian yang belum kuat dan lain-lainnya. 

Menurut Nashir et al. (2021) menyatakan bahwa terdapat persoalan-persoalan lain yang terjadi di negara kecil seperti perang dagang antara Negara Tiongkok dengan Amerika Serikat, kondisi geopolitik Jepang dan Korea Selatan, krisis ekonomi global, serta hambatan perdagangan. 

Oleh karena itu, kementerian perdagangan terus mencari peluang pasar baru dalam memasarkan karet alam domestik ke    internasional  dengan melakukan sosialisasi lanjutan ke beberapa negara (Kemendag, 2013). 

Pada periode 2016-2020 neraca perdagangan karet alam Indonesia surplus, namun nilai ekspor karet alam Indonesia ke dunia menunjukkan tren yang cenderung menurun. Hal ini diakibatkan oleh ketergantungan ekspor yang tinggi terhadap pasar atau negara tertentu, perang dagang antara negara, kondisi geopolitik, krisis ekonomi global, serta hambatan perdagangan dalam bentuk non-tarif.

Kendala

Kegiatan ekspor komoditi karet di Indonesia mendapat peranan penting dalam perekonomian di dalam negeri, karena penambahan devisa negara yang cukup besar dari nilai ekspor komoditi perkebunan karet akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Perkembangan yang baik terlihat dari jumlah volume ekspor karet Indonesia yang setiap tahunnya berfluktuatif. Ekspor karet Indonesia ternyata masih dihadapkan dengan beberapa kendala seperti :

  • Pengembangan industri hilir yang masih minim, industri hilir karet Indonesia relatif kurang berkembang. Menurut Perdana (2019), sebagian besar produksi karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk barang setengah jadi seperti ribbed smoked sheet (RSS), karet standar Indonesia (SIR), lateks, dan lain-lain. Hanya 15% sisa produksi karet diserap oleh industri hilir dalam negeri dan didominasi oleh industri ban. Kurangnya industri hilir juga merupakan salah satu alasan yang menyebabkan penyerapan produksi karet di Indonesia relatif rendah.
  • Harga karet yang cenderung fluktuatif, seperti contoh volume ekspor karet alam Indonesia sejak tahun 1996 hingga 2000 mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Penurunan volume ekspor karet alam Indonesia yang tejadi selama tahun 1996-2000 sekaligus disertai dengan penurunan harga karet alam di pasar dunia berdampak secara langsung terhadap perolehan devisa negara yang diperoleh dari komoditas karet. Devisa yang dihasilkan dari karet alam mengalami penurunan yang sangat nyata dari US$ 1.894 juta pada tahun 1996 menjadi US$ 849 juta pada tahun 1999 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi US$ 4.868 juta (Sofiani et al., 2018).

Solusi

Dari kendala yang telah di sebutkan diatas terdapat beberapa solusi yang diberikan atas permasalah seputar ekspor tanaman karet Indonesia yaitu : 

  • Diperlukan    adanya pengembangan industri hilir karet agar produksi lebih banyak diserap di dalam negeri. Berkembangnya industri hilir karet akan meningkatkan ekspor produk olahan yang dapat menghasilkan devisa negara lebih besar. Berkurangnya ekspor karet alam dalam bentuk mentah akan mengurangi pengaruh fluktuasi harga karet alam internasional. Nilai tambah produk karet dapat diperoleh melalui pengembangan industri hilir dan pemanfaatan karet sebagai bahan baku industri. Status industri karet Indonesia akan berubah dari pemasok bahan mentah menjadi pemasok barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah lebih tinggi dengan melakukan pengeolahan lebih lanjut dari hasil karet
  • Peningkatan strategi melalui kualitas produk, harga dan promosi, saat ini persaingan komoditas ini makin ketat sehingga peningkatan strategi melalui produk, harga dan promosi karet dan produk dari karet Indonesia. Fokus produk dari karet Indonesia hendaknya diproduksi dengan selalu meningkatkan kualitas, karena konsumen sangat rasional saat ini. Konsumen       selalu mempertimbangkan tidak hanya harga semata melainkan juga kualitas produknya. Peningkatan strategi juga dilakukan melalui penetrasi harga. Produsen harus memiliki strategi teretentu dalam penetapan harga sehingga dapat bersaing dengan produkproduk sejenis dari negara lainnya.
  • Penciptaan produk karet dan produk dari karet yang ramah lingkungan, isu perubahan iklim (climate change) merupakan isu internasional yang tidak boleh dihindari sehingga industri yang ramah lingkungan saat ini merupakan faktor prasyarat agar produk bersaing di pasaran, karena beberapa negara tujuan menerapkan produk-produk yang mengedepankan produk ramah lingkungan. Strategi ini dilakukan guna menghindari pemutusan kerjasama ekspor maupun impor akibat limbah industri yang mencemari lingkungan (Harahap, 2018).

Kesimpulan

Indonesia termasuk pengekspor karet terbesar kedua dunia setelah Thailand dengan nilai ekspor karet remah mencapai US$ 2,9 miliar, dan meningkat 16% pada tahun 2017 mencapai 2,9 juta ton. Banyaknya permintaan karet yang tinggi dari negara-negara Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, maka peluang ekspor karet Indonesia masih sangat tinggi. 

Beberapa kendala yang dihadapi yaitu pengembangan industri hilir yang masih minim dan relatif kurang berkembang serta harga yang cenderung fluktuatif. Solusi dari kendala tersebut yaitu adanya pengembangan industri hilir karet dan peningkatan strategi melalui kualitas produk.

Penulis :

Wahyu Eka Pamungkas, Nur Khoirun Nissa', Devi Yulianti, Mohammad Irfa Fikri, Erni Trioktaviyana

Korespondensi :

sundahri.faperta@unej.ac.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun