Mohon tunggu...
Mohammad irfan Fikri
Mohammad irfan Fikri Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa Universitas Jember

Hobi menonton anime

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Ekspor Karet di Masa Krisis Global

22 Desember 2022   11:52 Diperbarui: 22 Desember 2022   12:01 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendala

Kegiatan ekspor komoditi karet di Indonesia mendapat peranan penting dalam perekonomian di dalam negeri, karena penambahan devisa negara yang cukup besar dari nilai ekspor komoditi perkebunan karet akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Perkembangan yang baik terlihat dari jumlah volume ekspor karet Indonesia yang setiap tahunnya berfluktuatif. Ekspor karet Indonesia ternyata masih dihadapkan dengan beberapa kendala seperti :

  • Pengembangan industri hilir yang masih minim, industri hilir karet Indonesia relatif kurang berkembang. Menurut Perdana (2019), sebagian besar produksi karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk barang setengah jadi seperti ribbed smoked sheet (RSS), karet standar Indonesia (SIR), lateks, dan lain-lain. Hanya 15% sisa produksi karet diserap oleh industri hilir dalam negeri dan didominasi oleh industri ban. Kurangnya industri hilir juga merupakan salah satu alasan yang menyebabkan penyerapan produksi karet di Indonesia relatif rendah.
  • Harga karet yang cenderung fluktuatif, seperti contoh volume ekspor karet alam Indonesia sejak tahun 1996 hingga 2000 mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Penurunan volume ekspor karet alam Indonesia yang tejadi selama tahun 1996-2000 sekaligus disertai dengan penurunan harga karet alam di pasar dunia berdampak secara langsung terhadap perolehan devisa negara yang diperoleh dari komoditas karet. Devisa yang dihasilkan dari karet alam mengalami penurunan yang sangat nyata dari US$ 1.894 juta pada tahun 1996 menjadi US$ 849 juta pada tahun 1999 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi US$ 4.868 juta (Sofiani et al., 2018).

Solusi

Dari kendala yang telah di sebutkan diatas terdapat beberapa solusi yang diberikan atas permasalah seputar ekspor tanaman karet Indonesia yaitu : 

  • Diperlukan    adanya pengembangan industri hilir karet agar produksi lebih banyak diserap di dalam negeri. Berkembangnya industri hilir karet akan meningkatkan ekspor produk olahan yang dapat menghasilkan devisa negara lebih besar. Berkurangnya ekspor karet alam dalam bentuk mentah akan mengurangi pengaruh fluktuasi harga karet alam internasional. Nilai tambah produk karet dapat diperoleh melalui pengembangan industri hilir dan pemanfaatan karet sebagai bahan baku industri. Status industri karet Indonesia akan berubah dari pemasok bahan mentah menjadi pemasok barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah lebih tinggi dengan melakukan pengeolahan lebih lanjut dari hasil karet
  • Peningkatan strategi melalui kualitas produk, harga dan promosi, saat ini persaingan komoditas ini makin ketat sehingga peningkatan strategi melalui produk, harga dan promosi karet dan produk dari karet Indonesia. Fokus produk dari karet Indonesia hendaknya diproduksi dengan selalu meningkatkan kualitas, karena konsumen sangat rasional saat ini. Konsumen       selalu mempertimbangkan tidak hanya harga semata melainkan juga kualitas produknya. Peningkatan strategi juga dilakukan melalui penetrasi harga. Produsen harus memiliki strategi teretentu dalam penetapan harga sehingga dapat bersaing dengan produkproduk sejenis dari negara lainnya.
  • Penciptaan produk karet dan produk dari karet yang ramah lingkungan, isu perubahan iklim (climate change) merupakan isu internasional yang tidak boleh dihindari sehingga industri yang ramah lingkungan saat ini merupakan faktor prasyarat agar produk bersaing di pasaran, karena beberapa negara tujuan menerapkan produk-produk yang mengedepankan produk ramah lingkungan. Strategi ini dilakukan guna menghindari pemutusan kerjasama ekspor maupun impor akibat limbah industri yang mencemari lingkungan (Harahap, 2018).

Kesimpulan

Indonesia termasuk pengekspor karet terbesar kedua dunia setelah Thailand dengan nilai ekspor karet remah mencapai US$ 2,9 miliar, dan meningkat 16% pada tahun 2017 mencapai 2,9 juta ton. Banyaknya permintaan karet yang tinggi dari negara-negara Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, maka peluang ekspor karet Indonesia masih sangat tinggi. 

Beberapa kendala yang dihadapi yaitu pengembangan industri hilir yang masih minim dan relatif kurang berkembang serta harga yang cenderung fluktuatif. Solusi dari kendala tersebut yaitu adanya pengembangan industri hilir karet dan peningkatan strategi melalui kualitas produk.

Penulis :

Wahyu Eka Pamungkas, Nur Khoirun Nissa', Devi Yulianti, Mohammad Irfa Fikri, Erni Trioktaviyana

Korespondensi :

sundahri.faperta@unej.ac.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun