Mohon tunggu...
Mohammad Hilmi
Mohammad Hilmi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melihat Bagaimana Nasib Desa Sebelum dan Sesudah Pandemi

22 November 2021   01:41 Diperbarui: 22 November 2021   18:32 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi COVID-19 memberikan banyak dampak pada berbagai sendi-sendi kehidupan. Bukan hanya mempengaruhi kota, daerah desa juga ikut terpengaruh oleh kondisi tersebut. Lalu, bagaimana nasib desa sebelum dan sesudah pandemi COVID-19?

1. Peningkatan Jumlah Warga Miskin Sementara

Beberapa desa memiliki sumber penghasilan utama yang berasal dari pariwisata dan perdagangan. Kondisi pandemi dan pembatasan membuat sektor pariwisata terdampak cukup besar. Beberapa desa yang sumber penghasilannya dari sektor ini, otomatis mengalami penurunan pendapatan hingga kehilangan pendapatan. Sehingga, jumlah warga miskin akan meningkat secara drastis.

Meskipun begitu, seiring dengan kondisi pandemi yang semakin membaik, sektor pariwisata dan perdagangan juga perlahan menggeliat. Sejalan dengan hal tersebut, pendapatan warga desa juga akan kembali seperti semula. Sehingga, warga yang berstatus miskin karena pandemi dianggap sebagai warga miskin sementara.

2. Peningkatan Jumlah Warga Desa yang Pulang Kampung

Pola kehidupan di desa dan kota memang sangat berbeda. Di kota, ekonomi ditopang oleh konsumsi warganya. Kondisi pandemi menyebabkan pola konsumsi masyarakat mengalami penurunan secara signifikan. Akibatnya, dampak pandemi menjadi cukup fatal.

Bagi para perantau, hal ini bisa menjadi sangat berat. Kondisi yang tidak pasti dan penurunan pendapatan membuat kehidupan di kota terasa sangat tidak pasti. Karena itu, banyak perantau yang akhirnya memutuskan untuk kembali pulang dan hidup di kampung.

Salah satu alasannya adalah kondisi di kampung cenderung lebih ramah. Warga desa memiliki budaya berbagi yang cukup kuat. Dan pertanian di desa juga cukup untuk memenuhi kebutuhan harian dasar. Banyaknya perantau yang pulang kampung ini tentu saja membuat jumlah warga desa mengalami peningkatan.


3. Mekanisme Penyaluran Dana Desa yang Lebih Singkat

Dana Desa merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pemberdayaan di pedesaan. Sebelum pandemi, mekanisme penyaluran dana desa cenderung berantai panjang. Pertama, dana desa dari pemerintah pusah (APBN), disalurkan dulu menjadi APBD.

Selanjutnya, APBD akan disalurkan ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN). Dan kemudian masuk ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD). Baru setelah itu masuk ke Rekening Kas Desa (RKD) dan dialokasikan sesuai peruntukkannya.

Namun, mekanisme ini dibuat lebih singkat pada masa pandemi. Penyaluran dana desa pada masa pandemi disalurkan langsung ke rekening desa. Selain itu, perangkat desa juga wajib mengalokasikan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa. Sehingga, dana desa bisa lebih cepat diterima dan digunakan oleh masyarakat.

4. Pelaksanaan Kegiatan Sehari-Hari yang Lebih Terbatas

Pandemi COVID-19 juga memberikan dampak pada kegiatan sehari-hari warga desa. Sebelum pandemi dan di awal pandemi, kegiatan masyarakat berlangsung dengan normal. Namun, pembatasan yang ditetapkan pemerintah menjadikan banyak kegiatan jadi lebih terhambat. Termasuk pelaksanaan kegiatan keagamaan, pendidikan, dan ekonomi.

Sejak pandemi menunjukkan peningkatan, kegiatan keagamaan dan ibadah dilaksanakan di rumah masing-masing. Sedangkan pembelajaran dilakukan secara online. Selain itu, dampak pandemi tentu saja membuat banyak kegiatan ekonomi menjadi terhambat.


5. Kemacetan Mudik yang Menurun Secara Signifikan

Sejak tahun 2020, pemerintah memberlakukan larangan mudik. Larangan ini bertujuan untuk mengontrol laju penyebaran virus. Akibat adanya pembatasan, jumlah pemudik pun menurun secara signifikan. Beberapa daerah dan desa yang kerap menjadi tujuan mudik pun cenderung lebih sepi dibandingkan dengan tahun sebelum pandemi datang.

Sejalan dengan hal tersebut, maka tingkat kemacetan di jalur mudik pun menurun drastis. Akan tetapi, penurunan jumlah pemudik juga mempengaruhi jumlah wisatawan. Sehingga, tempat-tempat wisata yang berada di daerah mudik juga ikut mengalami penurunan pengunjung.

6. Peralihan Profesi Warga Desa

Secara umum, daerah pedesaan tidak mengalami dampak langsung dari pandemi. Pada beberapa desa, khususnya yang mengandalkan pariwisata dan perdagangan, dampak pandemi memang cukup terasa. Namun, hal tersebut masih bisa teratasi.

Sebagian besar desa di Indonesia masih didominasi oleh sektor pertanian. Karena itu, ketika sektor pariwisata terlihat mulai terancam, banyak warga desa yang kembali bertani. Hal ini membantu warga untuk memenuhi kebutuhan primernya.

Akan tetapi, tentu saja peralihan profesi ini hanya bersifat sementara. Dan tidak bisa menjadi solusi permanen. Pandemi yang berlangsung dalam jangka panjang lambat laun akan mempengaruhi nasib warga desa ke depannya. Karena itu, peran pemerintah dalam mengatasi kondisi pandemi sangat diperlukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun