Jakarta. Kota yang panas. Banjir. Dan menjadi kota dengan sejuta persoalan yang dialaminya. Bahkan menurut kabar mereka lebih akrab dengan polusi daripada teman kerja. Kenapa? Baru-baru ini kita mendapatkan informasi bahwa keadaan udara jakarta adalah paling buruk di dunia bahkan mengungguli kota-kota besar lainnya di dunia.
Dari laporan Greenpeace Indonesia, Jakarta berada di tingkat pertama dari 161 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Disebutkan, rata-rata harian kualitas udara di Jakarta dengan indikator PM 2.5 pada tahun 2018 adalah 45,3 mikrogram per meter kubik udara. Adapun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan pedoman kualitas udara rata-rata harian 25 mikrogram per meter kubik udara.
Tahu, nggak sih polusi di Jakarta disebabkan apa?
Polusi yang terjadi di ibukota kita tercinta Jakarta bukan hanya ditimbulkan oleh industri-industri yang tersebar di area jabodetabek saja atau hasil dari asap rumah tangga. Polusi ini juga terjadi karena adanya peningkatan jumlah kendaraan di Jakarta. Satu kata buat Jakarta ketika jam berangkat dan pulang kerja, pasti macet. Macet adalah salah satu bukti jika ada peningkatan jumlah kendaraan di Jakarta.
Di tiap tahunnya kendaraan bermotor di Jakarta mengalami peningkatan. Di setiap harinya Jakarta melahirkan 1500 kendaraan baru. Kelahiran motor ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kelahiran manusia yang lahir di Jakarta.
Setiap harinya kendaraan yang masuk di Jakarta sekitar 18 juta kendaraan, jumlah ini tentunya lebih banyak ketimbang jumlah penduduk Jakarta sendiri. Maka diperlukanlah kesadaran bagi masyarakat bahwa setiap kendaraan yang kalian pakai akan berdampak besar bagi lingkungan sekitarnya. Setiap harinya 18 juta kendaraan berperan serta juga dalam memberikan penyakit terhadap kita. Kendaraan ini mengeluarkan berbagai senyawa seperti timbal, karbonmonosida, nitrat, dan sulfat yang tentunya dapat menimbulkan peyakit pernafasan.
Apa yang bisa kita lakukan agar udara jakarta sehat?
Tak ada cara instan jika keadaan Jakarta sudah mencapai udara dengan level terburuk di dunia. Dengan mengubah pola hidup masyarakat jakarta yang masih gengsi menggunakan transportasi umum di Jakarta.
Salah satu solusi yang bisa kita gunakan adalah naik transportasi umum. Sudah saatnya kita beralih ke transportasi umum. Banyak pilihan dari trans jakarta, ojek online, dan bahkan baru-baru ini yang dimiliki Jakarta adalah LRT. LRT atau Light Rail Transit adalah salah satu moda transportasi yang aman, ramah, terpercaya, lincah, dan berintegrasi secara mudah dengan transportasi lain.
LRT yang ramah tak hanya ramah pada penderita disabilitas tetapi juga ramah terhadap lingkungan.
Kenapa?
Tidak seperti moda transportasi lain, LRT menggunakan listrik agar bisa berjalan. Berbeda dengan transportasi sendiri atau transportasi umum lainnya yang menggunakan bahan bakar fosil yang notabene hasil pembakarannya dapat memberikan dampak negatif. Dengan LRT menggunakan listrik LRT juga tidak menghasilkan uap atau residu yang membahayakan pernafasan kita.
Akan tetapi suplay listrik dari LRT masih menggunakan listrik dari hasil PLTU dari batubara. Diharapkan 1 atau 2 tahun lagi LRT dapat menggunakan energi listrik yang terbarukan dan ramah akan lingkungan. Salah satu harapan terbesar dari saya sendiri adalah LRT di atapnya memiliki panel surya yang dapat berfungsi untuk sumber energi dari LRT itu sendiri.
Selain tak menghasilkan asap atau residu yang membuat LRT ramah lingkungan adalah dari stasiunnya sendiri. Stasiun LRT Jabodebek menggunakan konsep ramah lingkungan. Ramah lingkungan yang dimaksud adalah penggunaan bahan baku bangunan atau material sebagai bahan dasar penutup rangka stasiun LRT menggunakan sandwich panel.
Apa itu Sandwich Panel?
Sandwich panel merupakan salah satu inovasi dari bahan baku atau material teknologi terbaru yang mengadopsi "Go Green" atau ramah lingkungan. Konsep tersebut dikarenakan material yang digunakan tidak merusak alam.Â
Penggunaan sandwhich panel juga dapat meminimalisir adanya buangan bahan atau dalam hal ini kita sebut (low waste).
Selain itu penggunaan sandwhich panel juga efisiensi dari fungsi dan Penggunaannya, karena teknis sandwhich panel sudah mencakup pekerjaan di bagian depan dan belakang pada tahap finishing.
Selain itu, baru-baru ini LRT Jakarta mempunyai event Sejuta Beton, Sejuta Pohon. Pohon yang ditanam pada depo-depo LRT adalah bentuk kesadaran LRT terhadap lingkungan.
Selain alasan yang ramah, LRT adalah moda transportasi yang dikatakan berintegrasi.
Kenapa Berintegrasi?
Karena disetiap kita naik LRT dan turun di setiap stasiun LRT kita dapat meneruskan perjalanan dengan transportasi yang lain seperti KRL, MRT, ataupun busway. Dengan adanya integrasi seperti ini maka akan adanya efisiensi. Yang biasanya kita harus oper-oper dari kendaraan yang satu dengan kendaraan yang lain, dengan LRT kita dipermudahkan. Karena jujur tidak enak dibuat menjadi pelarian.
Alasan lainnya untuk menggunakan LRT adalah lincah. Alasannya tak cepat lagi tetapi lincah. Lincah disini LRT beda dengan transportasi umum lainnya di Jakarta. LRT ini bebas hambatan. Jika kita naik trans jakarta memiliki persoalan trayek trans jakarta yang diserobot paksa oleh pengendara yang terkena macet, beda lagi dengan LRT. LRT tak kenal dengan macet atau jalurnya nanti diserobot. LRT Jakarta akan diperkirakan waktu tunggunya adalah 3 menit. Dengan bebas dan hambatan serta kecepatan yang mencapai 85 km/ jam nya transportasi LRT ini dapat dikatakan lincah.
Selain itu LRT juga transportasi yang aman. Alasan kenapa aman? Di setiap stasiun LRT memiliki fitur Passenger Help Point. Yang berfungsi untuk menghubungkan antara penumpang dan petugas LRT. Selain itu LRT Jakarta juga memiliki PSD (Passengers Screen Doors) di tiap stasiunnya. PSD adalah pintu pembatas antara peron dan kereta sehingga dapat mencegah penumpang terjatuh ke rel.
Dengan keunggulan-keunggulan yang diberikan LRT Jakarta masihkah kita menggunakan transportasi sendiri dalam berangkat bekerja, jalan-jalan, atau sekedar berpacaran di malam minggu.
Apalagi LRT dikatakan juga terbilang murah. Daripada kita bermacet-macet ria mau pacaran sudah uang nipis, harga bahan bakar yang mahal pasti juga menyedot pengeluaran lebih banyak, LRT dapat menjadi solusi anak yang dimabuk cinta sebagai transportasinya.
Ayo kita ubah Jakarta lebih ramah terhadap lingkungan. Tak perlu kegiatan besar atau perubahan yang besar. Dengan perubahan kecil dari diri kita terlebih dahulu dengan mengutamakan penggunaan transportasi umum ketika kita bekerja, jalan-jalan, atau berpacaran.
Naik transportasi umum itu keren. Jangan mau dibilang keren hanya karena bisa naik mobil atau motor bermerk tiap hari menyusuri jalan ibukota. Bapak presiden kita aja naik LRT, Apakah beliau juga ndeso? Tidak bukan? Justru naik transportasi umum lebih keren daripada naik mobil atau motormu sendiri.
Yuk, ubah udara jakarta menjadi bersih dengan cara beralih ke transportasi umum. Sudah saatnya kita membuat perubahan. Jika tidak kita memulai siapa lagi. Jika tidak sekarang mau kapan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H