Hipertensi pada lansia menjadi masalah kesehatan serius, sering berkembang tanpa gejala, dan dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal. Seiring bertambahnya usia, perubahan pada sistem kardiovaskular membuat lansia lebih rentan terhadap kondisi ini.Edukasi sebagai Pilar Pencegahan Hipertensi pada Lansia
Langkah pertama dalam mengatasi hipertensi adalah meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya lansia, tentang penyebab dan bahaya kondisi ini. Salah satu program inovatif yang telah dilaksanakan adalah penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang di Posyandu Kasturi, Desa Klojen, Kota Malang. Penyuluhan ini dirancang dengan pendekatan interaktif untuk memastikan lansia memahami pentingnya menjaga tekanan darah tetap normal.
Edukasi mengenai hipertensi mencakup beberapa aspek penting. Pertama, mahasiswa menjelaskan bahwa hipertensi, yang ditandai dengan tekanan darah di atas 140/90 mmHg, sering tidak menimbulkan gejala namun dapat merusak organ vital jika tidak diatasi. Kemudian, peserta diajak untuk mengenali faktor risiko, seperti pola makan tidak sehat, stres, kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok. Mahasiswa juga mengedukasi tentang dampak jangka panjang hipertensi, seperti kerusakan jantung, stroke, dan gagal ginjal, serta pentingnya pemeriksaan rutin. Selain itu, peserta diberi tips pencegahan, termasuk pola makan rendah garam, olahraga ringan, mengelola stres, dan tidur yang cukup. Diskusi interaktif juga diberikan untuk menjawab kekhawatiran peserta.
Selain materi edukasi, peserta juga diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya tentang kekhawatiran mereka, menciptakan suasana yang lebih interaktif dan personal.
     Â
Inovasi: Kartu Pengendalian Obat dengan Sistem Magnetik
Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan hipertensi adalah memastikan lansia mengikuti jadwal pengobatan mereka dengan tepat. Banyak lansia yang sering lupa atau bingung, terutama ketika harus mengonsumsi berbagai jenis obat. Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang memperkenalkan solusi sederhana namun efektif: kartu pengendalian obat berbasis sistem magnetik.
Cara Kerja Metode Ini
Kartu ini dirancang untuk membantu lansia memantau konsumsi obat harian mereka secara visual. Setiap kartu dilengkapi dengan penanda magnet yang bisa dipindah sesuai dengan jadwal. Setelah obat diminum, penanda dipindahkan ke kolom berikutnya, menandakan bahwa obat telah dikonsumsi.
Keunggulan Inovasi :
1. Mudah Digunakan
Kartu ini lebih sederhana dibandingkan aplikasi digital atau perangkat canggih lainnya, sehingga lebih ramah pengguna, terutama bagi lansia dengan keterbatasan teknologi.
2. Meningkatkan Kepatuhan
Sistem visual yang mudah dipahami membantu lansia lebih terorganisir dalam mengelola pengobatan mereka.
3. Meningkatkan Kemandirian
Lansia merasa lebih mandiri dalam mengikuti jadwal obat tanpa bergantung pada bantuan orang lain.
Selain memberikan kartu ini, mahasiswa juga memberikan pelatihan kepada peserta untuk memastikan bahwa semua lansia, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau kognitif, dapat menggunakannya dengan nyaman.Kolaborasi dan Keberlanjutan Program
Penyuluhan ini tidak hanya melibatkan mahasiswa, tetapi juga bekerja sama dengan tenaga kesehatan di Posyandu Kasturi dan Puskesmas setempat. Kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan sistem pendukung yang berkelanjutan, sehingga lansia mendapatkan bantuan yang konsisten.
Program ini mencakup pemantauan rutin lansia yang menggunakan kartu pengendalian obat, serta pelatihan petugas Posyandu untuk melanjutkan program ke komunitas lain. Materi edukasi hipertensi juga diperbarui secara berkala agar tetap relevan. Program ini memberi ruang bagi lansia untuk berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain dalam menjaga kesehatan. Hasilnya, program ini efektif meningkatkan kesadaran dan kepatuhan lansia terhadap pengobatan mereka. Dengan kombinasi edukasi dan inovasi, program ini membantu lansia mengelola tekanan darah dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jangka panjang, serta berpotensi diadopsi di berbagai wilayah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H