Mohon tunggu...
Mohammad Akib
Mohammad Akib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar menjadi manusia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengintegrasikan Ilmu Agama dan Ilmu Umum pada Pendidikan Islam

31 Oktober 2022   18:59 Diperbarui: 31 Oktober 2022   18:59 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buku sumber ilmu. Sumber: ShahihFiqih

Maju atau mundurnya suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikannya

Kita acap kali mendengar atau membaca kalimat diatas. Mungkin setelah itu, kita akan berkontemplasi sejenak. Bagaimanakah perkembangan pendidikan saat ini? Pertanyaan ini wajar dan bisa saja muncul di benak kita sebagai buah dari proses kontemplasi yang kita lakukan.

Memang pada pendidikan Islam sekarang sudah mencoba mengintegrasikan keilmuan agama dan keilmuan umum karena mau tidak mau harus menyesuaikan dengan iklim globalisasi dan modernisasi yang ada pada saat ini.

Namun, sepertinya proses integrasi keilmuan tersebut belum berjalan mulus meski sudah diusahakan secara masif. Dikotomi ilmu masih sering kita temui dengan mengunggulkan dan melebihkan salah satu dari keduannya.

Masyarakat seakan tercerai. Beberapa tendensi mempelajari ilmu agama dan tidak jarang kata liberal siap ditempelkan bagi siapapun yang mempelajari keilmuan barat.  Sedangkan yang lain merasa jauh lebih modern dengan mempelajari ilmu umum atau barat. Padahal, seharusnya dua ilmu ini saling bersinergi demi terwujudnya insan yang intelektual serta berakhlak mulia.  

Kita bisa lihat berapa banyak orang-orang yang berada di tatanan atas negara dan mereka melakukan korupsi. Ketika tertangkap, tanpa merasa bersalah memakai pakaian agamis dan duduk di hadapan hakim seolah olah pakaian dapat mencerminkan kereligiuitasan seseorang. Ini adalah contoh sederhana apabila keilmuan tidak dibarengi moral serta rasa takut kepada Allah. Disinilah pentingnya peran ilmu agama sebagai pendidikan moral dan akhlak.

Terkait terjadinya dikotomi ilmu ditengah masyarakat. Kita dapat memahaminya dengan menarik cerita kebelakang. Penjajah yang pernah datang ke Indonesia membuat masyarakat benci akan dunia barat. Kebencian pada apapun tentang dunia barat yang pada akhirnya menjadikan sebagian masyarakat melarang apapun yang datang termasuk ilmu-ilmu umum yang juga dianggap identik dengan dunia barat.

Mari kita mundur lagi dan berpindah ke Mesir. Pada abad 19 Muhammad Ali membangun sistem pendidikan dan menjadi pembaru awal bagi pendidikan di Mesir. Muhammad Abduh menilai bahwa pembaruan itu tidak proporsional dikarenakan hanya menekankan pada aspek perkembangan intelektualnya saja.

Sistem ini mewariskan dua tipe pendidikan pada abad 20 yakni sekolah agama dan sekolah modern atau umum. Kedua tipe pendidikan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan satu dengan yang lain. Setiap lembaga memiliki tujuan pendidikan tersendiri.

Dalam ajaran Islam, tidak ada istilah dikotomi ilmu dikarenakan bagi ajaran Islam semua ilmu berasal dari Allah SWT. Manusia sendirilah yang membuat diversitas terhadap ilmu-ilmu tersebut sehingga membuat seakan setiap ilmu memiliki integritas tersendiri. Tentu benar jika setiap ilmu memiliki integritas dan tujuannya tersendiri. Akan tetapi, pada hakikatnya ilmu berasal dari Allah yang mana boleh-boleh saja kita mempelajarinya dan bahkan memang perlu mempelajarinya untuk mempermudahkan kita menjalani kehidupan serta mencapai tujuan dari pendidikan Islam.

Lalu apa tujuan dari pendidikan Islam? Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tegas seperti tujuan Islam yang jelas dan pasti, yakni untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupan yang mencakup perbuatan, pikiran, dan perasaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada keseimbangan sistem pendidikan. Pendidikan harus mengintegrasikan antara ilmu umum dan ilmu agama agar dapat mencetak para intelektual yang saleh.

Rombakan dan renovasi sistem pendidikan perlu dilakukan apabila memang dibutuhkan. Muhammad Abduh tercatat pernah melakukan rombakan pendidikan Islam di Al Azhar. Ia berpendapat bahwa kewajiban belajar tidak hanya mempelajari kitab berbahasa arab yang berisi tentang dogma untuk membela Islam. Akan tetapi, kewajiban belajar itu juga terletak pada sains modern dan sejarah Eropa. Agar mengetahui sebab Eropa bisa meraih kejayaan.

Di Indonesia sendiri tokoh seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Wahid Hasyim dan masih banyak yang lainya juga mengusahakan untuk mengintegasikan ilmu agama dan ilmu umum. Meski, pada waktu itu mendapat banyak kecaman. Bagi KH. Wahid Hasyim tidak semua yang dari barat itu buruk apalagi dalam hal ilmu pengetahuan.

Integrasi ilmu agama dan ilmu umum penting di lakukan karena selain menghindari perilaku yang jumud atau statis juga menghindari manusia yang berkembang hanya dalam aspek intelektual saja tanpa memiliki moral dan rasa tanggung jawab kepada Allah.

Perbaikan pendidikan secara berkala dengan memperhatikan berbagai tantangan yang dihadapi merupakan hal utama dalam pembangunan umat manusia maupun negara. Pendidikan harus menjadi suatu yang diprioritaskan karena berkat pendidikanlah manusia dapat secara sadar menemukan dan menggunakan kelebihannya untuk kemaslahatan bersama.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun