Kejadian ini menjadi permasalahan besar karena waktu itu tempat tersebut menjadi satu-satunya sumber mata air di kota Semarang. Pihak Rumah Sakit Purusara (sekarang menjadi RSUP dr. Kariadi) memerintahkan Kepala Laboratorium dr. Kariadi untuk memastikan kabar tersebut dengan memeriksa sumber mata air itu.Â
Sisi lain ini sangat berbahaya karena masih banyak tentara Jepang di sekitar daerah tersebut, namun di sisi lain dr. Kariadi tetap ngotot melaksanakan tugasnya karena ini menyangkut nasib ribuan warga Semarang.
Malapetaka terjadi. Di tengah perjalanan, dr. Kariadi dicegat dan ditembak secara brutal oleh pasukan Jepang bersama supirnya. Sempat dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis, nyawa dokter berumur 40 tahun tersebut tidak terselamatkan.Â
Kejadian tewasnya dokter ini semakin memicu kemarahan rakyat. Tahu jika  kejadian ini memicu amarah yang semakin besar, Kido Butai justru memerintahkan untuk melakukan penyerangan kepada 1000 tentaranya.
Pertempuran hebat pun tidak terelakkan dan berlangsung selama 5 hari. Rakyat, Badan Keamanan Rakyat, para pemuda bersatu bahu membahu menghadapi serangan tentara Jepang.Â
Pertempuran ini menelan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Pertempuran semakin memanas ketika pada 17 Oktober 1945 pihak tentara Jepang sempat mengumumkan untuk gencatan senjata. Namun ini hanya akal licik untuk melakukan serangan-serangan ke berbagai kampung.
Gencatan Senjata
Pertempuran baru benar-benar berhenti ketika Gubernur Jawa Tengah waktu itu Wongsonegoro bersama BKR melakukan perundingan dengan komandan tentara Jepang. Komandan pasukan Sekutu juga ikut dalam perundingan.Â
Pasca gencatan senjata tersebut, para pasukan sekutu mulai masuk ke Indonesia, mengambil alih serta melucuti senjata dan menawan tentara Jepang. Dalam pertempuran selama lima hari tersebut, kurang lebih ada 3000 orang yang meninggal dari kedua belah pihak.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, pada tanggal 28 Oktober mulai dibangun Tugu Muda di tengah alun-alun Semarang. Akan tetapi waktu itu masih dalam kondisi perang.Â
Ketika para pejuang terdesak keluar Semarang, tugu tersebut dihancurkan oleh musuh. Kemudian pada tahun 1952 monumen Tugu Muda mulai dibangun kembali. Lokasinya pindah ke Lapangan Wilhemina atau tepat di depan Lawang Sewu.