Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertempuran Lima Hari Semarang yang Heroik

5 November 2020   06:52 Diperbarui: 5 November 2020   06:54 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian ini menjadi permasalahan besar karena waktu itu tempat tersebut menjadi satu-satunya sumber mata air di kota Semarang. Pihak Rumah Sakit Purusara (sekarang menjadi RSUP dr. Kariadi) memerintahkan Kepala Laboratorium dr. Kariadi untuk memastikan kabar tersebut dengan memeriksa sumber mata air itu. 

Sisi lain ini sangat berbahaya karena masih banyak tentara Jepang di sekitar daerah tersebut, namun di sisi lain dr. Kariadi tetap ngotot melaksanakan tugasnya karena ini menyangkut nasib ribuan warga Semarang.

Malapetaka terjadi. Di tengah perjalanan, dr. Kariadi dicegat dan ditembak secara brutal oleh pasukan Jepang bersama supirnya. Sempat dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis, nyawa dokter berumur 40 tahun tersebut tidak terselamatkan. 

Kejadian tewasnya dokter ini semakin memicu kemarahan rakyat. Tahu jika  kejadian ini memicu amarah yang semakin besar, Kido Butai justru memerintahkan untuk melakukan penyerangan kepada 1000 tentaranya.

Pertempuran hebat pun tidak terelakkan dan berlangsung selama 5 hari. Rakyat, Badan Keamanan Rakyat, para pemuda bersatu bahu membahu menghadapi serangan tentara Jepang. 

Pertempuran ini menelan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Pertempuran semakin memanas ketika pada 17 Oktober 1945 pihak tentara Jepang sempat mengumumkan untuk gencatan senjata. Namun ini hanya akal licik untuk melakukan serangan-serangan ke berbagai kampung.

Gencatan Senjata

Pertempuran baru benar-benar berhenti ketika Gubernur Jawa Tengah waktu itu Wongsonegoro bersama BKR melakukan perundingan dengan komandan tentara Jepang. Komandan pasukan Sekutu juga ikut dalam perundingan. 

Pasca gencatan senjata tersebut, para pasukan sekutu mulai masuk ke Indonesia, mengambil alih serta melucuti senjata dan menawan tentara Jepang. Dalam pertempuran selama lima hari tersebut, kurang lebih ada 3000 orang yang meninggal dari kedua belah pihak.

Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, pada tanggal 28 Oktober mulai dibangun Tugu Muda di tengah alun-alun Semarang. Akan tetapi waktu itu masih dalam kondisi perang. 

Ketika para pejuang terdesak keluar Semarang, tugu tersebut dihancurkan oleh musuh. Kemudian pada tahun 1952 monumen Tugu Muda mulai dibangun kembali. Lokasinya pindah ke Lapangan Wilhemina atau tepat di depan Lawang Sewu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun