Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertempuran Lima Hari Semarang yang Heroik

5 November 2020   06:52 Diperbarui: 5 November 2020   06:54 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Insert: Tugu Muda sebagai simbol perlawanan rakyat Semarang (sumber foto: wonderfulofsemarang.blogspot.com)

Kota Semarang mempunyai banyak kisah sejarah yang menarik untuk dikaji. Lawang Sewu dan Kota Lama menjadi tempat ikonik bagi perjalanan panjang Kota Lumpia. Ada cerita Tasripin Sang Tuan Tanah yang disebut-sebut orang Jawa paling kaya saat itu pada masanya. 

Kita juga tidak boleh melupakan Oei Tiong Ham, konglongmerat Raja Gula Asia yang termasyhur dan punya banyak aset serta istana Balekambang yang luas di Semarang.

Salah satu cerita atau peristiwa yang mungkin paling dikenang warga Semarang adalah Pertempuran Lima Hari. Pada tanggal 15 Oktober 1945 terjadi pertempuran hebat antara pejuang Indonesia, tentara BKR dan para pemuda melawan tentara penjajah, Jepang. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Pertempuran Lima Hari.

Pada waktu itu marupakan masa transisi atau perpindahan kekuasaan dari Jepang ke Belanda. Telah kita ketahui bersama bahwa saat Indonesia merdeka di bulan Agustus sebelumnya, Jepang telah menyatakan menyerah kepada sekutu tak lama setelah dua kota Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantakkan dengan bom atom yang dahsyat.

Ada versi yang menyatakan peristiwa ini terjadi karena gagalnya penyerahan senjata dari tentara Jepang kepada para pejuang Indonesia di Semarang yang waktu itu banyak yang bergabung di Badan Keamanan Rakyat (BKR). 

Setelah beberapa senjata sudah diserahkan, pimpinan BKR menghubungi pasukan elite Jepang Kido Butai pimpinan Jenderal Nakamura dan Mayor Kido di daerah Jatingaleh untuk menyerahkan senjatanya. 

Akan tetapi hal ini tidak digubris karena pasukan ini terkenal dengan keberaniannya. Waktu itu jumlah pasukan Kido Butai berjumlah kurang lebih 2000 pasukan.

Hal ini diperparah dengan dengan adanya insiden perobekan bendera Merah Putih oleh tentara Jepang sehingga menyulut kemarahan rakyat dan tentara BKR. Sementara sumber lain mengatakan peristiwa ini bermula saat para pemuda akan memindahkan tawanan yaitu tentara Jepang dari Cepiring (Kendal) ke penjara Bulu (Semarang).

Penembakan Terhadap Seorang Dokter

Saat di tengah perjalanan mereka kabur dan bergabung dengan tentara Jepang lainnya. Para pemuda mencari dan berusaha menangkap untuk kemudian menjebloskan ke penjara Bulu. 

Pada sore hari tiba-tiba pasukan Jepang telah melancarkan serangan kepada beberapa anggota kepolisian yang saat itu sedang menjaga sebuah sumber air minum di daerah Candi. Setelah itu muncul desas desus jika sumber air tersebut diracuni pasukan Jepang.

Kejadian ini menjadi permasalahan besar karena waktu itu tempat tersebut menjadi satu-satunya sumber mata air di kota Semarang. Pihak Rumah Sakit Purusara (sekarang menjadi RSUP dr. Kariadi) memerintahkan Kepala Laboratorium dr. Kariadi untuk memastikan kabar tersebut dengan memeriksa sumber mata air itu. 

Sisi lain ini sangat berbahaya karena masih banyak tentara Jepang di sekitar daerah tersebut, namun di sisi lain dr. Kariadi tetap ngotot melaksanakan tugasnya karena ini menyangkut nasib ribuan warga Semarang.

Malapetaka terjadi. Di tengah perjalanan, dr. Kariadi dicegat dan ditembak secara brutal oleh pasukan Jepang bersama supirnya. Sempat dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis, nyawa dokter berumur 40 tahun tersebut tidak terselamatkan. 

Kejadian tewasnya dokter ini semakin memicu kemarahan rakyat. Tahu jika  kejadian ini memicu amarah yang semakin besar, Kido Butai justru memerintahkan untuk melakukan penyerangan kepada 1000 tentaranya.

Pertempuran hebat pun tidak terelakkan dan berlangsung selama 5 hari. Rakyat, Badan Keamanan Rakyat, para pemuda bersatu bahu membahu menghadapi serangan tentara Jepang. 

Pertempuran ini menelan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Pertempuran semakin memanas ketika pada 17 Oktober 1945 pihak tentara Jepang sempat mengumumkan untuk gencatan senjata. Namun ini hanya akal licik untuk melakukan serangan-serangan ke berbagai kampung.

Gencatan Senjata

Pertempuran baru benar-benar berhenti ketika Gubernur Jawa Tengah waktu itu Wongsonegoro bersama BKR melakukan perundingan dengan komandan tentara Jepang. Komandan pasukan Sekutu juga ikut dalam perundingan. 

Pasca gencatan senjata tersebut, para pasukan sekutu mulai masuk ke Indonesia, mengambil alih serta melucuti senjata dan menawan tentara Jepang. Dalam pertempuran selama lima hari tersebut, kurang lebih ada 3000 orang yang meninggal dari kedua belah pihak.

Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, pada tanggal 28 Oktober mulai dibangun Tugu Muda di tengah alun-alun Semarang. Akan tetapi waktu itu masih dalam kondisi perang. 

Ketika para pejuang terdesak keluar Semarang, tugu tersebut dihancurkan oleh musuh. Kemudian pada tahun 1952 monumen Tugu Muda mulai dibangun kembali. Lokasinya pindah ke Lapangan Wilhemina atau tepat di depan Lawang Sewu.

Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1953 bertepatan Hari Kebangkitan Nasional, Tugu Muda diresmikan oleh Presiden Soekarno. Biaya pembuatannya sendiri yang awalnya direncanakan Rp 30.000 membengkak menjadi hampir Rp. 200 ribu akibat naiknya harga bahan material. 

Sampai saat ini Tugu Muda masih berdiri kokoh untuk menjadi pengingat perjuangan heroik rakyat Semarang dan tentara menghadapi musuh penjajah. 

Sementara itu dr. Kariadi yang menjadi korban penembakan tentara Jepang, namanya diabadikan menjadi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun