Di akhir tahun 90an, Deddy hendak kembali menawarkan sinetron religi untuk ditayangkan di televisi. Namun saat itu salah satu stasiun televisi tidak yakin bahwa sebuah sinetron religi akan sukses menggaet pasar.
Mendapat penolakan seperti itu Deddy bergeming. Ia yakin bahwa jika sebuah sinetron religi dibalut dengan hiburan akan suksesan. Bahkan Ia mengatakan rela tidak bayar sebagai seorang konseptor sinetron religi tersebut jika ditayangkan di televisi. Ia hanya meminta bayaran sebagai aktor saja.
Pada akhirnya, sinetron Lorong Waktu yang bernuansa religi dan dibalut dengan bumbu hiburan tayang perdana di tahun 1999. Lorong Waktu langsung mendapat respon positif dari masyarakat pada saat itu hingga kemudian tayangannya dibuat hingga seri ke-6 di tahun 2006.
Deddy memaparkan bahwa media sinetron dan film merupakan media potensial untuk melakukan dakwah. Dengan karakteristiknya yang audio visual, sinetron dan film merupakan media yang tepat untuk menyampaikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat dengan efektif.
Ia pun berujar bahwa film adalah sihir. Sebuah dialog dalam suatu film akan tetap terkenang di benak seseorang walaupun penayangan film tersebut sudah berlalu 20 tahun lalu. Dialog seperti "Bujang, sudah kubilang jangan bertempur, kau bertempur juga. Matilah kau. Habis dimakan cacing." adalah dialog di film Nagabonar di tahun 1987, tepat 20 tahun lalu, tapi hingga kini dialog tersebut tetap familiar di benak banyak orang. Hal itu menunjukkan bahwa sebuah film yang berkualitas dan memberi pesan positif pada masyarakat, automatically, akan dikenang oleh masyarakat melintasi zaman.
Lebih lanjut Deddy mengatakan bahwa sebuah film menggerakkan 25 frame dalam satu detik bisa membuat orang menangis, tertawa, marah, dan bahagia. Sementara itu jika sebuah ayat Al Quran dilantunkan secara langsung terkadang tidak bisa serta membuat kita tersentuh. Maka dari itulah jika sinetron dan film digunakan untuk mendakwahkan nilai-nilai Islam tentu bisa berefek besar.
Sayangnya, menurutnya, saat ini kita lebih asyik menjadi penonton. Alhasil media lebih dikuasai oleh orang-orang yang tidak memiliki kepedulian dengan dakwah Islam. Sekalipun ada sinterton yang seolah-olah islami, tapi pada kenyataannya tidak.
Untuk itulah, Deddy berpesan pada generasi muda khususnya, agar bisa berwirausaha termasuk membuat karya sinetron dan film yang menebarkan nilai-nilai Islam untuk dikonsumsi masyarakat luas. Ia menuturkan bahwa itu merupakan peluang besar baik dari segi kepuasan spiritual maupun finansial.Â
Secara spiritual, saat karya kita bisa mempengaruhi orang lain dengan nilai-nilai positif, tentu betapa besar kebaikan yang insyaAllah mengalir pada kita. Sementara secara finansial, tentunya dunia entertainment menjanjikan rupiah di atas rata-rata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H