Kehidupan bagi saya adalah suatu perjalanan mulai saya dilahirkan sampai akhir hidup nantinya. Dalam keseharian, saya selalu membutuhkan petunjuk yang berhubungan dengan arah hidup dan hal yang akan saya lakukan. Hal ini dikarenakan di dunia harus memiliki petunjuk agar bisa mengatasi kesulitan, terutama tantangan di tengah saya bekerja di LPPI. Saya harus mengetahui siapa sebenarnya diri saya agar bisa menjalani hidup dengan baik dan sukses.
Dalam menjalani keseharian saya bekerja di LPPI, saya selalu bersikap tegas namun bukanlah kejam dan kaku melainkan bagian dari kedisiplinan. Saya juga selalu berusaha menyelaraskan antara logika dan perasaan, walaupun menurut kebanyakan orang berpendapat saya lebih banyak menggunakan logika daripada perasaan.
Tujuan yang ingin saya capai memang merupakan tujuan hidup saya, bukan tujuan orang lain karena saya yang menjalaninya. Di lain sisi saya tidak hanya mementingkan diri sendiri namun saya suka berkontribusi untuk orang lain juga yaitu salah satunya selama berkuliah S1 di IBS, saya berkontribusi di Himpunan Mahasiswa Manajemen IBS selama lebih dari tiga tahun.
Saya adalah direktur jiwa raga saya. Saya adalah sopirnya bukan penumpangnya. Bisa dikatakan saya cukup nyaman dengan ketidakpastian. Saya dilahirkan mempunyai karakter yang diwujudkan saat saya berperilaku. Adil adalah proporsional bagi saya. Saya memiliki karakter, sikap, dan perilaku. Jika ketiganya dinilai bagus oleh orang lain maka personal branding saya akan bagus juga. Di LPPI, saya menilai pimpinan LPPI melalui personal branding mereka yang salah satunya dilihat dari pembawaan mereka di kantor. Saya sebagai bawahan merasa sangat penting bagi pimpinan.
Dalam bekerja, terkadang saya terdiam saja sehingga alam bawah sadar saya yang membuat keputusan dalam pemecahan permasalahan di kantor. Hal ini berdasarkan teori Iceberg Syndrome yaitu 20 persen merupakan kesadaran kita dan 80 persen merupakan alam bawah sadar kita. Saya sedang mendaki gunung karier setapak demi setapak yang kini masih di kaki gunung. Memang saya sering melihat terdapat orang yang tiba-tiba kariernya langsung di atas, tetapi dia pasti belajar dari bawah juga dengan senior yang mengajarinya. Hal ini bisa juga karena sistem promosi yang berarti orang tersebut dipindahkan ke bagian yang lain dengan posisi yang lebih tinggi. Dalam berkarier di LPPI, saya selalu menerapkan Career by Design yang berarti:
- Purpose of Life: saya ingin menjadi apa?
- Saya ingin dikenal sebagai orang yang seperti apa?
- Walaupun terdapat megatren, saya harus selalu terlihat menonjol mengadaptasi perubahan dengan baik dan sukses agar saya dapat meniti karier dengan mudah.
- Saya selalu melihat reputasi dan persepsi diri saya yang dinilai oleh orang lain.
Personal branding menurut saya tidak begitu saja terjadi namun dari ulasan orang lain yang menilai saya selama ini dari waktu ke waktu. Habit yang sengaja saya lakukan dan saya pelihara akan menjadi persepsi orang lain terhadap saya. Pada tahap awal, saya memikirkan ingin branding diri seperti apa yang cocok sesuai keinginan saya. Dalam Controlled Branding, saya harus senantiasa mengontrol perilaku saya agar sesuai branding saya. Saya juga senantiasa berpikir bahwa saya adalah sopir dari diri saya sendiri dengan berpikir bagaimana agar diri saya memilik branding bagus sesuai yang saya inginkan. Pertanyaan-pertanyaan sering keluar dari benak saya, bagaimana saya dapat memiliki personal branding tertentu seperti yang saya inginkan sehingga membuat saya unik dan lebih baik daripada orang lain, daripada teman saya yang selevel hingga saya lebih terdepan.
Bragging adalah meminta kepada orang lain untuk mendapatkan anggapan persepsi bagus. Self promotion adalah orang lain akan tahu sendirinya siapakah diri saya sebenarnya tanpa harus sering berbicara atau bercerita dengan saya. Namun branding yang berlebihan akan membuat jengkel orang lain. Kharisma adalah karunia yang diberikan Allah Swt. untuk seluruh umat-Nya. Kita harus juga selalu memperhatikan antara persepsi dan reputasi. Terdapat enam hal dalam menilai orang lain, yaitu sebagai berikut:
- Strenght: kuat, pintar, memiliki kemampuan mudah bergaul dengan komunitas, mampu menyelesaikan masalah karena teknisnya bagus, dan motivasinya juga kuat.
- Warm: keramahan, orang lain merasa nyaman, dan merasa menyenangkan dengan kedatangan kita.
- Will: bergairah untuk terus maju.
- Ability: bijaksana, mengetahui teknis melakukan sesuatu, dan mengetahui dampak yang ditimbulkannya.
- Empati: memperhatikan orang lain dengan sebaik-baiknya disertai unsur kemanusiaan, tidak merendahkan, tidak menyinggung, dan tidak menimbulkan rasa takut. Saya senantiasa menempatkan diri saya pada diri orang lain juga dalam hal rasa takut, harga diri, dan harapan.
- Familiarity: memiliki rasa kekeluargaan.
Hello and hydraulic effect adalah branding yang tidak dijaga dengan baik sehingga keterlaluan dan berlebihan. Ego adalah keakuan atau sadar akan diri saya dan saya merasa sangat berperan bagus, karena saya mampu menguasainya serta sukses mengontrolnya sehingga mendukung diri saya untuk terus maju. Saya selalu mengontrol jangan sampai ego menguasai diri saya dan egosentris atau selalu mementingkan diri saya sendiri. Selama bekerja di LPPI, saya mengetahui corporate plan LPPI. Saya cukup menguasai SOP di LPPI secara keseluruhan terutama yang berkaitan dengan pekerjaan atau desk saya. Dalam kemajuan teknologi menurut saya, manusia tetap memiliki peran yang paling penting karena saya yang menjadi manajer. Robot tak bisa menjadi manajer seperti yang saya lakukan.
Kepuasan kerja menurut saya akan terjadi jika gaji sudah besar. Di LPPI kompetisi selalu ada, sehingga saya tidak boleh menyerah. Kompetisi adalah menghasilkan kepuasan paling banyak kepada stakeholders yang dilayani. Berdasarkan data yang pernah disajikan dalam kelas, sebanyak 70 persen pegawai adalah dari generasi milenium yaitu kelahiran tahun 1980 dan generasi dari kelahiran tahun 2000. Maka digital culture sudah dikuasai oleh mayoritas milenium tersebut. Kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang itulah dinamakan budaya. Orang yang ingin kariernya baik maka harus memperhatikan tantangan yang dihadapi. Saya harus selalu mengikuti perubahan yang ada. Saya merasa memiliki kemampuan untuk memegang tanggung jawab saat ini di kantor. Namun saya selalu memperhatikan persyaratan secara formal untuk meningkatkan karier seperti akreditasi dan sertifikasi profesional.
Saya memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan karena dianggap memiliki pengetahuan teknis mengenai pekerjaan yang saya tekuni. Secara teknis saya mengetahui risiko yang diambil dalam pengambilan keputusan di kantor karena selalu mempelajarinya. Pimpinan berharap saya mengetahui hal-hal yang menjadi tanggung jawab saya di LPPI. Menurut saya, perilaku dan pembawaan menjadi sangat penting bagi seorang pemimpin. Sertifikasi memang diperlukan namun bukan yang satu-satunya, ada hal-hal lainnya yang diperlukan juga. Leadership adalah hal yang sangat penting di samping sertifikasi. Kemampuan berkomunikasi atau bergaul dengan rekan, kolega, atau klien untuk bekerja sama dengan mereka merupakan softskill yang tidak ada sertifikasinya namun harus dimiliki pemimpin. Saya sebagai pekerja harus memastikan keberadaan saya dirasa nyaman oleh tim kerja saya di dalam desk. Seseorang di dalam tim dianggap expert jika bisa melakukan sesuatu yang tidak diajarkan atau yang tidak ada kursusnya secara profesional.
Semua pegawai di kantor harus berpikir seperti human capital yang profesional. Bertindak profesional bisa dilakukan semua orang dengan belajar mempelajari teknis kerjanya. Dalam bekerja, saya harus bisa juga mengendalikan emosi dengan mempelajari sendiri caranya. Kepemimpinan pun secara teori bisa saya pelajari.Â