Mohon tunggu...
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Be a Better Person In Company By Well-Managing Yourself With Human Capital Management

7 Agustus 2023   20:41 Diperbarui: 7 Agustus 2023   20:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kehidupan bagi saya adalah suatu perjalanan mulai saya dilahirkan sampai akhir hidup nantinya. Dalam keseharian, saya selalu membutuhkan petunjuk yang berhubungan dengan arah hidup dan hal yang akan saya lakukan. Hal ini dikarenakan di dunia harus memiliki petunjuk agar bisa mengatasi kesulitan, terutama tantangan di tengah saya bekerja di LPPI. Saya harus mengetahui siapa sebenarnya diri saya agar bisa menjalani hidup dengan baik dan sukses.

Dalam menjalani keseharian saya bekerja di LPPI, saya selalu bersikap tegas namun bukanlah kejam dan kaku melainkan bagian dari kedisiplinan. Saya juga selalu berusaha menyelaraskan antara logika dan perasaan, walaupun menurut kebanyakan orang berpendapat saya lebih banyak menggunakan logika daripada perasaan.

Tujuan yang ingin saya capai memang merupakan tujuan hidup saya, bukan tujuan orang lain karena saya yang menjalaninya. Di lain sisi saya tidak hanya mementingkan diri sendiri namun saya suka berkontribusi untuk orang lain juga yaitu salah satunya selama berkuliah S1 di IBS, saya berkontribusi di Himpunan Mahasiswa Manajemen IBS selama lebih dari tiga tahun.

Saya adalah direktur jiwa raga saya. Saya adalah sopirnya bukan penumpangnya. Bisa dikatakan saya cukup nyaman dengan ketidakpastian. Saya dilahirkan mempunyai karakter yang diwujudkan saat saya berperilaku. Adil adalah proporsional bagi saya. Saya memiliki karakter, sikap, dan perilaku. Jika ketiganya dinilai bagus oleh orang lain maka personal branding saya akan bagus juga. Di LPPI, saya menilai pimpinan LPPI melalui personal branding mereka yang salah satunya dilihat dari pembawaan mereka di kantor. Saya sebagai bawahan merasa sangat penting bagi pimpinan.

Dalam bekerja, terkadang saya terdiam saja sehingga alam bawah sadar saya yang membuat keputusan dalam pemecahan permasalahan di kantor. Hal ini berdasarkan teori Iceberg Syndrome yaitu 20 persen merupakan kesadaran kita dan 80 persen merupakan alam bawah sadar kita. Saya sedang mendaki gunung karier setapak demi setapak yang kini masih di kaki gunung. Memang saya sering melihat terdapat orang yang tiba-tiba kariernya langsung di atas, tetapi dia pasti belajar dari bawah juga dengan senior yang mengajarinya. Hal ini bisa juga karena sistem promosi yang berarti orang tersebut dipindahkan ke bagian yang lain dengan posisi yang lebih tinggi. Dalam berkarier di LPPI, saya selalu menerapkan Career by Design yang berarti:

  • Purpose of Life: saya ingin menjadi apa?
  • Saya ingin dikenal sebagai orang yang seperti apa?
  • Walaupun terdapat megatren, saya harus selalu terlihat menonjol mengadaptasi perubahan dengan baik dan sukses agar saya dapat meniti karier dengan mudah.
  • Saya selalu melihat reputasi dan persepsi diri saya yang dinilai oleh orang lain.

Personal branding menurut saya tidak begitu saja terjadi namun dari ulasan orang lain yang menilai saya selama ini dari waktu ke waktu. Habit yang sengaja saya lakukan dan saya pelihara akan menjadi persepsi orang lain terhadap saya. Pada tahap awal, saya memikirkan ingin branding diri seperti apa yang cocok sesuai keinginan saya. Dalam Controlled Branding, saya harus senantiasa mengontrol perilaku saya agar sesuai branding saya. Saya juga senantiasa berpikir bahwa saya adalah sopir dari diri saya sendiri dengan berpikir bagaimana agar diri saya memilik branding bagus sesuai yang saya inginkan. Pertanyaan-pertanyaan sering keluar dari benak saya, bagaimana saya dapat memiliki personal branding tertentu seperti yang saya inginkan sehingga membuat saya unik dan lebih baik daripada orang lain, daripada teman saya yang selevel hingga saya lebih terdepan.

Bragging adalah meminta kepada orang lain untuk mendapatkan anggapan persepsi bagus. Self promotion adalah orang lain akan tahu sendirinya siapakah diri saya sebenarnya tanpa harus sering berbicara atau bercerita dengan saya. Namun branding yang berlebihan akan membuat jengkel orang lain. Kharisma adalah karunia yang diberikan Allah Swt. untuk seluruh umat-Nya. Kita harus juga selalu memperhatikan antara persepsi dan reputasi. Terdapat enam hal dalam menilai orang lain, yaitu sebagai berikut:

  • Strenght: kuat, pintar, memiliki kemampuan mudah bergaul dengan komunitas, mampu menyelesaikan masalah karena teknisnya bagus, dan motivasinya juga kuat.
  • Warm: keramahan, orang lain merasa nyaman, dan merasa menyenangkan dengan kedatangan kita.
  • Will: bergairah untuk terus maju.
  • Ability: bijaksana, mengetahui teknis melakukan sesuatu, dan mengetahui dampak yang ditimbulkannya.
  • Empati: memperhatikan orang lain dengan sebaik-baiknya disertai unsur kemanusiaan, tidak merendahkan, tidak menyinggung, dan tidak menimbulkan rasa takut. Saya senantiasa menempatkan diri saya pada diri orang lain juga dalam hal rasa takut, harga diri, dan harapan.
  • Familiarity: memiliki rasa kekeluargaan.

Hello and hydraulic effect adalah branding yang tidak dijaga dengan baik sehingga keterlaluan dan berlebihan. Ego adalah keakuan atau sadar akan diri saya dan saya merasa sangat berperan bagus, karena saya mampu menguasainya serta sukses mengontrolnya sehingga mendukung diri saya untuk terus maju. Saya selalu mengontrol jangan sampai ego menguasai diri saya dan egosentris atau selalu mementingkan diri saya sendiri. Selama bekerja di LPPI, saya mengetahui corporate plan LPPI. Saya cukup menguasai SOP di LPPI secara keseluruhan terutama yang berkaitan dengan pekerjaan atau desk saya. Dalam kemajuan teknologi menurut saya, manusia tetap memiliki peran yang paling penting karena saya yang menjadi manajer. Robot tak bisa menjadi manajer seperti yang saya lakukan.

Kepuasan kerja menurut saya akan terjadi jika gaji sudah besar. Di LPPI kompetisi selalu ada, sehingga saya tidak boleh menyerah. Kompetisi adalah menghasilkan kepuasan paling banyak kepada stakeholders yang dilayani. Berdasarkan data yang pernah disajikan dalam kelas, sebanyak 70 persen pegawai adalah dari generasi milenium yaitu kelahiran tahun 1980 dan generasi dari kelahiran tahun 2000. Maka digital culture sudah dikuasai oleh mayoritas milenium tersebut. Kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang itulah dinamakan budaya. Orang yang ingin kariernya baik maka harus memperhatikan tantangan yang dihadapi. Saya harus selalu mengikuti perubahan yang ada. Saya merasa memiliki kemampuan untuk memegang tanggung jawab saat ini di kantor. Namun saya selalu memperhatikan persyaratan secara formal untuk meningkatkan karier seperti akreditasi dan sertifikasi profesional.

Saya memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan karena dianggap memiliki pengetahuan teknis mengenai pekerjaan yang saya tekuni. Secara teknis saya mengetahui risiko yang diambil dalam pengambilan keputusan di kantor karena selalu mempelajarinya. Pimpinan berharap saya mengetahui hal-hal yang menjadi tanggung jawab saya di LPPI. Menurut saya, perilaku dan pembawaan menjadi sangat penting bagi seorang pemimpin. Sertifikasi memang diperlukan namun bukan yang satu-satunya, ada hal-hal lainnya yang diperlukan juga. Leadership adalah hal yang sangat penting di samping sertifikasi. Kemampuan berkomunikasi atau bergaul dengan rekan, kolega, atau klien untuk bekerja sama dengan mereka merupakan softskill yang tidak ada sertifikasinya namun harus dimiliki pemimpin. Saya sebagai pekerja harus memastikan keberadaan saya dirasa nyaman oleh tim kerja saya di dalam desk. Seseorang di dalam tim dianggap expert jika bisa melakukan sesuatu yang tidak diajarkan atau yang tidak ada kursusnya secara profesional.

Semua pegawai di kantor harus berpikir seperti human capital yang profesional. Bertindak profesional bisa dilakukan semua orang dengan belajar mempelajari teknis kerjanya. Dalam bekerja, saya harus bisa juga mengendalikan emosi dengan mempelajari sendiri caranya. Kepemimpinan pun secara teori bisa saya pelajari. 

Secara simpel, apa pun yang saya kerjakan maka akan saya kerjakan sebaik-baiknya. Saya selalu memastikan bahwa saya adalah orang yang menonjol di atas rata-rata. Dengan menggunakan kemampuan leadership, saya selalu ingin menyelesaikan permasalahan di kantor. Skilled influencer diperlukan yaitu mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Saya akan melakukan pekerjaan dengan baik, tergantung dengan atasan yang meng-influence saya selama bekerja. Personally credible diperlukan juga dalam berkarier karena berhubungan dengan personal branding yang mempengaruhi orang lain untuk mengikuti diri saya.

Saya selalu ingin bersama-sama orang lain secara kolaboratif dalam bekerja. Saya juga berusaha driven to deliver yaitu menghasilkan sesuatu yang memotivasi orang lain. Saya juga selalu bersemangat jika ditantang untuk berkembang lebih baik lagi. Saya harus menggunakan kedua sisi otak kita untuk membantu atasan saya. Namun terdapat lima tantangan terbesar sebagai sosok atasan yang dapat diterapkan juga oleh bawahan, adalah sebagai berikut:

  • Pastikan semua bawahan sehat rohani dan jasmani. Jangan sampai ada yang sakit. Jika bawahan tidak suka kepada atasan, maka karier atasan akan terancam. Tugas atasan bergantung juga kepada bawahannya.
  • Kalau ada permasalahan maka menjadi tanggung jawab atasan. Jika ada keberhasilan maka menjadi keberhasilan bawahannya. Anak buah harus diberikan bimbingan dan dihargai ketika berhasil. Perlakuan kepada rekan kerja juga harus bagus.
  • Sebagai pimpinan harus memahami perbedaan suku bangsa, pembawaan etnis dan tingkah laku.
  • Usahakan agar semua bawahan terasa terikat, senang tinggal di bagian unit kerja, berusaha melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya, merasa memiliki unit kerjanya, dan membicarakan yang baik-baik saja mengenai kantor.
  • Jadilah pemimpin yang serius, jiwanya berada di kantor, dan berada di atas rata-rata untuk mencapai puncak tertinggi.

Jika terdapat perubahan, biasanya hanya 20 persen yang mendukung perubahan, 20 persen menolak perubahan, dan 60 persen melihat terlebih dahulu apakah perubahan itu menguntungkan. Pastikan yang 60 persen menjadi mendukung perubahan. Sebagai pimpinan harus terbuka mengenai apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan berkaitan dengan orang banyak. Pimpinan harus dapat berkomunikasi dengan semua level. Ketika saya membuat keputusan yang agak berat, saya harus sangat berhati-hati dan jangan sampai ada public rumor di kantor. Dengan otak kanan, saya dapat memikirkan apa yang akan dicapai di masa depan. Harus ada pikiran bahwa perusahaan harus berhasil berjalan selama-lamanya. Visi itu menyebabkan pegawai terinspirasi.

Sebagai pegawai LPPI, saya harus tahu arah pergerakan LPPI itu mau ke mana. Dalam mengambil keputusan, saya harus melihat visi sejalan dengan yang saya inginkan. Pimpinan harus sudah tahu apa yang diinginkan dengan diadakan juga rapat berulang-ulang untuk menyusun visi. Visi yang disusun sendiri sama juga dengan visi yang disusun bersama. Sedangkan dengan otak kiri saya dapat membuat perencanaan. Hal terpenting dalam membuat perencanaan adalah prosedur disertai pengawasan berjalannya SOP dalam pelaksanaannya. Saya selalu menunjukkan betapa seriusnya saya dalam bekerja di kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun