Secara kebetulan Tuhan menentukan aku sebagai tukang batu. Â Panjenengan ditakdirkan sebagai seorang guru. Â Lalu apa bedanya aku dengan Pak Guru?Â
Atau mentakdirkan seseorang sebagai presiden, Â petani, Â tukang sapu, Â tukang rongsok. Â Apa bedanya dengan Kita?Â
Kita manusia tak ada bedanya Pak Guru. Â Kita di hadapan Tuhan memiliki kedudukan yang sama satu sama lain. Yang membedakan adalah amaliah kita. Â Perbuatan kita yang membedakan kedudukan di mata Tuhan.Â
Lalu apa yang dibanggakan sebagai manusia? Semua harta kekayaan, pangkat dan jabatan hanya titipan. Â Suatu saat dan kapan saja bisa diambilNya.Â
Jadi jangan sombong kepada sesama karena harta kekayaan dan jabatan yang dimiliki sekarang. Â Itu hanya titipan.Â
Dan apapun yang Tuhan telah gariskan kepada manusia berupa harta, Â pangkat, jabatan dan kedudukan jadikan sebagai wasilah atau jalan untuk mencari rido Tuhan.Â
Sesunghuhnya jiwa manusia terbelenggu oleh raga. Â Padahal jiwa manusia yang bersih rindu sekali dengan jiwa Tuhan yang Maha Suci.Â
Kehidupan dunia serta hingar bingar syahwat manusia yang menjadi sebab terciptanya hijab antara jiwa manusia dengan Tuhan.Â
Eeh lagi asyik datang seseorang yang tiba-tiba menyapu dengan menyebut namaku. Â
Ternyata teman satu SMP dulu. Ceritanya sambung besok ya...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H