Mohon tunggu...
mohamad bajuri
mohamad bajuri Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru bloger

Tenaga pendidik di MTsN 3 Kebumen Jateng

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanya Pemanis Jalan di Persimpangan

11 Juni 2022   09:53 Diperbarui: 11 Juni 2022   09:56 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas salat Jumat aku ditelepon istri dari rumah. Waktu itu aku masih di perpustakaan sekolah untuk menyelesaikan tulisanku yang akan kumuat di Kompasiana.com.  Aku diminta untuk menemani istri pergi ke kota Kebumen.

Permintaan istri aku iyakan saja. Kami bertiga akhirnya berangkat juga ke sana dengan mengendarai motor vario. Aku duduk di depan, istriku duduk di belakang. Nah anakku yang baru kelas enam ini duduknya di depanku. Badan besarnya sebenarnya sudah mengganggu pemandangan. Karena untuk melihat dengan jelas ke arah depan, aku harus memelengkan kepala ke arah sisi kanan atau kiri.

Kurang lebih perjalanan lima belas menitan sampai juga di tujuan. Rupanya anak ragilku meminta dibelikan gawai. Dengan dalih memiliki tabungan sendiri, ngotot harus dibelikan gawai. Uang hasil THR lebaran tahun ini lumayan jumlahnya. Istriku menambahi sampai gawai yang diinginkan terbeli. Wah ternyata harganya satu kali gajiku.

Setelah gawai terbeli, aku dan anakku mengabadikan tugu yang berada dekat dengan lokasi toko penjual gawai. Kami berdua mengambil posisi untuk mengabadikan benda yang antik itu. Beberapa jepretan dirasa sudah mendapatkan gambar yang kumau.

Nah, rasanya aku ingin mengabadikan momen itu dengan puisi. Ini dia puisiku. Selamat menikmati.

Ket Gambar Dokpri
Ket Gambar Dokpri

                                                                                 

Hanya Pemanis Jalan di Persimpangan

Oleh Mohamad Bajuri


Berdiri tegak gagah menjulang

Tiada henti berjaga memandang

Dari pagi hingga petang

Pun malam sampai pagi menjelang

Hujan panas tak dihiraukan

Omongan orang bukan sandungan

Burung bangau hinggap juga dibiarkan

Biarlah aku begini keadaan

Banyak sudah peristiwa yang disaksikan

Gempita lalu lalang kendaraan suguhan harian

Kisah pengemis tua yang selalu mangkal diemperan 

Atau pun para pelajar membawa dus meminta sumbangan tak luput dari pantauan

Ingin rasanya ikut berjuang meringankan beban

Membantu janda, yatim piatu,buruh, tukang panggul atau penyapu jalan

Pengemis, gelandangan, tukang becak dan pedagang asongan

Serta orang lemah pinggiran yang terkucilkan

Kasihanilah  hidup mereka penuh kekurangan

Dengan bertalam sabar mereka bisa bertahan

Kalau bukan padamu, kepada siapa aku meminta bantuan?

Wahai yang mengaku pejabat dan pemangku kekuasaan?!!!

Aku berteriak-teriak menghiba 

Mengharap batinku menembus dada

Menyulut atma  mengabdi tuk sesama

Namun suaraku hilang ditelan riuhnya kota

Biarlah aku begini keadaan, membisu lagi diam tak bisa berperan

Hanya pemanis jalan di persimpangan

Hanya tumpukan batu yang identik dengan Kota Kebumen Beriman

Karena aku hanya menjadi tugu dekat Pasar Temenggungan


Kebumen, 11 Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun