Mohon tunggu...
mohamad bajuri
mohamad bajuri Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru bloger

Tenaga pendidik di MTsN 3 Kebumen Jateng

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masa Kecilku Bermain Melulu, Masa Kecilmu Bagaimana?

9 Juni 2022   13:14 Diperbarui: 9 Juni 2022   13:22 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kecil dijalani seseorang sebelum menginjak masa remaja. Lebih umumnya masa kanak-kanak. Sebelum seseorang dianggap baligh(bisa membedakan mana yang baik dan buruk) maka rentang masa itu termasuk dalam masa kecil.

Kini usiaku menginjak balita (bawah lima puluh tahun). Tepatnya hampir lima puluh tahun. Umurku sudah setengah abad. Ini berarti masa kecilku berkisar antara empat puluh tahunan yang lalu. Sudah lama sekali. Mungkin diantara pembaca ada yang belum lahir ya. Ini artinya aku sudah tua, aki-aki, calon eyang.

Masa kecilku sangat jauh berbeda dengan anak pada saat ini. Masa itu penuh dengan dunia bermain di alam. Sementara anak-anak masa kini lebih cenderung sering bermain dengan gawai(HP). Anak generasi Z merujuk pada istilah yang lagi trend memiliki karakter yang berbeda dengan anak zaman baheula. 

Kali ini aku tidak akan membahas karakter anak zaman now, tapi akan sedikit bertutur dengan kisah masa kecilku dulu. Masa pada rentang tahun 1980an. 

Kala itu pada tahun 70-an hingga 80-an Indonesia masih mengalami susah pangan. Hampir di seluruh wilayah Indonesia menderita kelaparan. Gagal panen adalah menjadi penyebab utama dari bencana ini. Sawah banyak namun padi yang siap dipanen dimakan tikus.

Karena jarang makan, maka anak -anak pada masa itu sering keluyuran mencari sesuatu yang bisa dimakan. Tiap hari selepas sekolah selalu ada acara ke suatu tempat hanya untuk menikmati sesuatu yang bisa di makan di sana. Bahkan anak-anak dengan terpaksa kadang mencuri tanaman dan buah milik orang. 

Suatu hari pergi ke gunung atau bukit. Nanti di sana mencari buah karsen, jambu, jeruk, kesemek, asem atau salam. Biasanya buah tadi tumbuh liar digerumbul bukit atau gunung. 

Setelah puas menikmati buh-buahan dilanjutkan dengan mandi (dus-dusan) di sungai atau sendang. Di sungai ini kami bermain-main dengan riangnya.

Main lama-lamaan menyelam adalah permainan yang sering kami lakukan. Atau juga menyelam cepat-cepat mengambil batu yang dilempar ke dalam air yang lebih dalam. Untuk bermain ini diperlukan kemampuan untuk menahan napas yang baik. Setelah bosan bermain lama-lamaan menyelam ganti dengan permainan baru. 

Masih bermain di air, namanya lempar kreweng. Kreweng(pecahan genting) biasanya mudah di dapat di daerah sungai alam, bukan sungai irigasi. Kereweng ini bisa dibuat permainan yang mengasikkan. 

Caranya, kereweng dipegang oleh satu tangan. Badan menghadap arah lemparan . arah lemparan memanjang mengikuti panjang sungai. Jadi badan menghadap dinding/tebing sungai. Dengan sekuat tenaga kereweng dilempar di permukaan air. Kalau lemaran betul, maka kereweng akan bergerak maju melompat-lompat menyentuh permukaan air. Kereweng yang paling jauh melompat-lompatnya dianggap sebagai pemenang.

Lebih ekstrim lagi permainan saat kecil adalah mandi di sungai saat banjir. Air yang deras dimanfaatkan untuk bermain prau-prauan memakai gedebog(pohon) pisang. Biasanya saat banjir banyak pohon pisang yang tumbang atau rusak terkena deras arus sungai. Nah pohon ini yang dimanfaatkan untuk membuat prau-prauan.

Caranya pohon pisang ditebang terlebih dahulu. Biasanya salah satu dari kami ada yang bawa golok atau arit. Batang yang digunakan hanya batang bawah saja yang kelihatan agak besar. Kulit atau pelepah paling luar dibuang, sehingga nampak batang pohon yang putih dan mulus. 

Beberapa batang pohon pisang tadi dijajar disusun kemudian dirangkai dengan ranting kayu. Mengambil ranting kayu yang agak besar kemudian ujung ranting tadi dilancipkan. Dari salah satu sisi kanan dipakukan hingga menembus semua batang. begitu juga dari sisi kiri dipaku dengan ranting pohon hingga menembus sisi paling luar. Biasanya kami hanya merangkai tiga hingga empat batang pohon. Kadang juga kami hanya berbekal satu pohon pisang saja.

Dari arah yang disepakati kami semua bermain dan membagi tugas. Ada yang bertugas membawa baju , biasanya tugas ini diserahkan kepada anak yang usianya paling muda. Anak-anak yang yang sudah besar memandu kami bermain dan berlayar hingga suatu titik yang dianggap paling jauh. Karena kami juga harus memperhitungkan jalan baliknya. 

Sudah bisa dipastikan selepas bermain dus-dusan kami lapar. Untuk memnuhi rasa lapar ini kami mengambil apa saja dalam perjalanan untuk di makan. Pisang mentah atau ketela pohon mentah atau kacang panjang pun menjadi santapan yang sangat istemewa bagi kami. Terung mentah segar yang masih menggantung juga oke, apalagi mentimun, woww.

Kalau dalam pencarian makanan tidak menemukan yang bebas ambil, terpaksa kami mengambil kacang panjang atau jeruk milik orang. Kami berusaha untuk mencari buah jeruk yang jatuh terlebih dahulu. kalau setelah berputar-putar tak menemukan buah yang jatuh terpaksa tangan menyenggol buah yang sudah kuning agar jatuh. kalau tak ada buah yang kuning terpaksa kami meminta kepada pemiliknya. Tapi pemiliknya tidak ada ada.

Nah ini yang sering kami lakukan. Kalau pemilik kebun  atau lahan tidak ada di lokasi, kami punya cara tersendiri. Dengan agak keras kami meminta buah miliknya. Terus permintaan tadi kami jawab sendiri. Setelah itu tengok kanan kiri depan belakang, petik-petik-petik, lariiiiiiiii.

Nah itulah certita masa kecilku. Suatu saat akan aku sambung . Bagaimana cerita masa kecilmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun