Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kampoeng Baca Pelangi Narmada, Anak-anak Punk dan Hikmah di Balik Gempa

30 Januari 2025   10:38 Diperbarui: 31 Januari 2025   08:16 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KBP bukan sekadar ruang baca yang membuat anak-anak menjadi bosan. Pada banyak kesempatan anak-anak KBP diajak menggambar, membuat kolase, menyanyi bersama, dan berkenalan dengan dunia teater. Opik dan kawan-kawan juga berupaya menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional yang makin tergerus oleh game digital. Di samping itu, secara berkala anak-anak KBP juga dilatih untuk mencintai lingkungan melalui kegiatan bersih-bersih, merawat tanaman, dan mengolah sampah.

Melihat KBP telah mengalami kemandirian, East Warroir secara perlahan mundur tetapi itu tidak berarti keduanya memutuskan hubungan. Kini Opik mengelola KBP bersama anak-anak Desa Selat dan sekitarnya. Seiring perjalanan waktu, banyak anak-anak East Warrior memilih jalan hidup masing-masing untuk bekerja, membangun rumah tangga dan beranak pinak. Namun mereka tetap berkumpul kembali ketika KBP melaksanakan event yang membutuhkan keterlibatan banyak orang.

Opik sadar bahwa pola belajar anak-anak di era digital tidak dapat dilakukan hanya dengan menyuguhkan bahan bacaan. Mereka memerlukan pendekatan yang lebih realistis dan menyenangkan.

Dengan menggunakan media seni, Opik merancang pembelajaran lebih inklusif. Model pembelajaran di KBP bersifat terbuka bagi siapa saja. Sebagai akademisi, Opik paham betul bahwa setiap individu memiliki kecerdasan dan potensi yang berbeda. Adanya perbedaan itu membuat setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar sesuai dengan minatnya masing-masing. Anak-anak tidak dapat dipaksakan untuk mempelajari sesuatu yang tidak mereka sukai.

Sejauh ini KBP telah menunjukkan banyak hal. Dilihat dari jejak digital pada akun intagram dan chanel YouTubenya, KBP telah melakukan banyak hal.  Melihat chanel YouTube, misalnya KBP beberapa kali melakukan konser musik bersama kelompok musik lokal di NTB. Secara umum konser yang mereka selenggarakan mengambil tema seputar pendidikan, lingkungan, dan sosial.

Di bawah asuhan Opik, anak-anak KBP juga sering menyelenggakaran pentas teater dengan lakon cerita-cerita rakyat dan ritual budaya. Beberapa anak KBP juga sering mendapatkan order membuat mural, kaligrafi dan menyelenggarakan pameran lukisan. Sejumlah mural yang terpampang di Dusun Merca Timur dan Desa Selat merupakan karya anak-anak KBP.

Hal yang paling rutin dilakukan KBP tentu saja menumbuhkan semangat membaca dan belajar di pusat kegiatan. KBP juga memberikan layanan bimbingan bahasa Inggris dengan melibatkan sejumlah volunteer.

Demikianlah kehadiran KBP di bawah kendali tangan dingin Taufik Mawardi. KBP bukan sekadar ruang baca tetapi upaya membangun sikap literasi dengan konsep yang lebih holistik dan komprehensif. 

"Jangan menilai buku dari sampulnya!". Adagium ini cukup relevan dengan perjalanan keberadaan KBP. Satu pelajaran penting dari keberadaan Kampoeng Baca Pelangi adalah setiap orang dapat memberikan sumbangan penting dalam kehidupan kolektif. Seseorqng yang merasa dihargai akan mengerahkan seluruh energinya untuk menghargai kembali penghargaan itu. Anak-anak punk yang selama ini ditempatkan sebagai kelompok marjinal mampu berbuat sesuatu yang memberikan warna dalam kehidupan sosial.

Lombok Timur, 30 Januari 2025

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun