Aksi NGO di lokasi bencana membuat Taufik mendapatkan inspirasi untuk melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Usai melakukan tugas trauma healing Taufik bergegas pulang kampung. Dia kembali ke Mataram di pusat tongkrongannya bersama anak-anak punk East Warrior.
Kedatangannya kembali ke markas East Warrior tidak lagi sekedar berbicara tentang musik tetapi tentang sebuah ide besar. Opik memiliki rencana aksi membangun sumber daya manusia. Dia mengemukakan idenya untuk melakukan pergerakan belajar untuk anak-anak di dusun Merca Timur kampung halamannya. Di luar dugaan anak-anak East Warrior menyambut positif gagasan itu.
Untuk menunjang niat baiknya Opik membentuk wadah yang dinamainya Kampoeng Baca Pelangi (KBP). Opik merelakan rumahnya sebagai pusat kegiatan.
Sebagai bukti dukungannya, East Warrior membantu Opik mengumpulkan buku-buku bacaan untuk perpustakaan KBP. Dalam setiap kegiatan gig (konser kecil) East Warrior mengajak penggemarnya untuk membawa buku yang dapat disumbangkan ke perpustakaan KBP. Di samping itu, buku perpustakaan KBP juga dibeli dari hasil penjualan tiket pertunjukan anak-anak East Warrior dalam berbagai event.
Untuk menguatkan gerakannya Opik membuka kerjasama dengan komunitas lain di Nusa Tenggara Barat dan daerah lain. Upaya itu membuat KBP kerap mendapatkan donasi dari beberapa komunitas yang memiliki interes yang sama.
Pembentukan KBP mendorong Opik bersama East Warrior mulai menjalankan misinya. Mereka menjadi guru bagi anak-anak di Dusun Merca dan sekitarnya.
Kehadiran KBP dengan anak punk pada awalnya diterima dengan sikap skeptis oleh masyarakat Dusun Merca dan Desa Selat pada umumnya. Penampilan anggota East Warrior dalam pandangan masyarakat setempat terlihat sangat tidak meyakinkan untuk dapat melakukan hal-hal positif.
Opik dan East Warrior tidak bergeming dengan respon masyarakat. Di bawah manajemen Opik, KBP mulai melakukan hal-hal sederhana bersama anak sekitar. KBP dengan koleksi bukunya mengajak anak-anak sekitar untuk membaca.
Anggota East Warrior sendiri seakan mengalami perjumpaan dengan dunia baru dalam aktivitas yang dilakukan di KBP. Mereka menemukan dirinya kembali dalam dunia anak-anak yang penuh dengan keceriaan dan kepolosan alami. Mereka seakan menemukan keluarga, cinta baru, dan tempat untuk kembali setelah melakukan petualangan di jalanan.
Rentetan kisah singkat di atas menunjukkan bahwa KBP dan East Warrior merupakan dua organ tak terpisahkan. Siapa sangka di balik keberadaan KBP saat ini dimotori anak-anak punk dengan penampilan urakan dan sekilas tidak memiliki visi yang jelas. Ini merupakan sebuah perjuangan yang dapat menjadi inspirasi semua orang.
Membangun budaya literasi dengan media seni
KBP terus tumbuh seiring kepercayaan yang besar dari masyarakat. Aktivitas anak-anak East Warrior dalam KBP berhasil menarik perhatian pelajar, mahasiswa, dan anak-anak jalanan di kampung sekitar.