Artikel ini merupakan catatan hasil observasi atau pengamatan pembelajaran bidang studi Penjaskes di kelas 5 di SD Negeri 1 Embung Kandong, dengan materi teknik dasar melempar bola kasti.
Pagi Kamis, 12 September 2024, saya sudah memiliki kesepakatan dengan guru penjaskes untuk melakukan observasi pembelajaran. Pelaksanaan observasi itu dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran yang telah disusun di kelas 5.
Di halaman siswa sudah terlihat mengenakan pakaian olahraga. Dua orang tampak mengenakan pakaian yang berbeda. Saat dikonfrimasi gurunya, mereka beralasan seragam olahraganya dicuci. Itu merupakan fenomena siswa di kampung. Kadang-kadang mereka belum menunjukkan sikap tertib berpakaian.
Menjadi pemandangan biasa pada anak-anak sekolah mengenakan pakaian sekolah untuk bermain. Seragam olahraga biasanya menjadi pakaian yang paling cepat lecek. Sebagian mereka menggunakan pakaian itu untuk bermain, tidur, atau pergi ke sawah.
Tampak para siswa menghampiri guru olahraga. Biasanya pelajaran olahraga menjadi aktivitas yang paling menyenangkan. Hal ini dapat dipahami mengingat pada usia sekolah dasar, anak-anak lebih cenderung bergerak secara fisik, bergerak bebas, berlari, melompat, atau berkejar-kejaran. Olahraga yang identik dengan kebebasan bergerak membuat anak-anak lebih bersemangat mengikuti pembelajaran.
Atas petunjuk guru, siswa mulai berbaris. Selanjutnya guru memeriksa kehadiran siswa. Hasilnya menunjukkan ada satu siswa yang belum bergabung. Salah seorang anak memberitahukan bahwa siswa yang belum bergabung sedang menghabiskan sarapannya.
Guru mulai menyampaikan informasi materi pelajaran tentang gerakan dasar dalam permainan bola kasti dan ada aturan yang harus diperhatikan. Guru menjelaskan bahwa dalam permainan kasti ada aturan cara berdiri, berlari, memegang, melempar, atau menangkap bola. Semua itu harus dipahami agar permainan dapat dilakukan dengan benar.
Guru menghubungkan aturan itu dengan konteks kehidupan lain. Analogi yang digunakan adalah aturan saat berhadapan dengan orang tua, kakek, nenek, guru, atau orang yang lebih dewasa. Ada aturan atau tata krama bagaimana bersikap saat berhadapan dengan orang dewasa. Guru menguatkan bahwa, “Hidup ini disertai dengan aturan. Hidup akan kacau kalau tidak ada aturan.”
Pembelajaran inti dimulai dengan membentuk dua kelompok besar. Salah satu kelompok diminta membuat lingkaran. Kelompok satunya lagi berkumpul di tengah lingkaran.
Untuk permainan ini guru menggunakan alat bantu berupa bola plastik kecil. Aturan mainnya, salah seorang anggota kelompok melempar bola yang dibidikkan ke arah kerumunan kelompok yang ada di tengah lingkaran.
Siswa di tengah lingkaran memiliki dua pilihan, menangkap bola yang dilempar atau menghindar dari lemparan. Jika berhasil menangkap bola, siswa boleh melempar siswa yang membuat lingkaran. Jika siswa dalam lingkaran terkena lemparan, dia akan bergabung ke dalam siswa pelempar.
Demikian juga sebaliknya. Jika siswa dalam lingkaran berhasil melempar salah satu siswa yang membentuk lingkaran, siswa yang terkena lemparan harus bergabung di tengah lingkaran.
Penggunaan bola plastik kecil bertujuan untuk menghindari rasa sakit atau mungkin cedera jika terkena lemparan bola yang menggunakan bahan dan struktur yang keras. Kelemahannya hasil lemparan tidak menjangkau jarak maksimal dan bola melayang dengan kecepatan lambat. Akibatnya agak sulit mengenai sasaran.
Namun saya melihat penggunaan bola plastik sebagai sebuah tantangan. Siswa tidak saja harus berkonsentrasi agar lemparannya tepat sasaran tetapi juga mereka harus mengerahkan energi yang lebih maksimal agar bola melayang lebih cepat. Pada saat yang sama, siswa yang menjadi sasaran harus dapat memperhitungkan teknik menghindari lemparan.
Permainan ini tampak membuat siswa bersemangat. Beberapa siswa pelempar menemukan tekniknya sendiri agar tepat sasaran. Caranya dengan mengayunkan beberapa kali lemparan sebagai tipuan kepada sasarannya. Pada hitungan yang dianggap tepat ayunan tangan pelempar melepaskan bola ke arah sasarannya.
Kegiatan permainan lempar dasar selanjutnya dilakukan dengan praktek yang berbeda. Praktek ini bertujuan untuk melatih cara melempar bola kasti dengan benar. Siswa masih dalam kelompok yang sama. Permainan dilakukan secara berpasangan.
Alat yang digunakan berupa alat perintang atau pembatas berbentuk kerucut atau cone plastik. Cone itu diletakkan berbaris satu garis lurus dengan jarak sekitar 1 meter.
Di samping cone terakhir tersedia sebuah wadah berupa pot bunga berukuran kecil untuk menampung bola. Sekitar 2 atau 3 meter dari tempat penampungan bola terdapat 4 kotak kardus berisi petunjuk cara melempar bola.
Aturan mainnya dua orang siswa berlari secara zig-zag di antara sela-sela cone menuju wadah bola. Siswa yang berlari di depan mengambil bola dan melemparkannya ke arah kotak. Jika bola masuk ke kardus, siswa pertama boleh mengambil kertas berisi petunjuk dan gambar cara melempar bola yang benar. Siswa pertama membaca petunjuk cara melempar bola satu persatu. Siswa kedua memeragakan cara melempar bola sesuai petunjuk yang dibacakan.
Demikian seterusnya dilakukan secara berpasangan. Kegiatan ini dilakukan sampai semua siswa mendapatkan kesempatan melakukan permainan tersebut.
Melatih fokus dan kerja sama
Pada permainan pertama, siswa yang melempar bola ke arah siswa yang berada di tengah lingkaran bermanfaat untuk melatih fokus siswa saat melakukan aksi lempar bola. Ini dari perspektif siswa yang melempar bola. Dengan bobot bola yang ringan dibutuhkan konsentrasi agar bola tepat mengenai sasaran.
Permainan ini setidaknya dapat melatih kemampuan siswa untuk memfokuskan pikiran ke arah sasaran tetapi juga fokus pada posisi tangan dan kekuatan agar bola meluncur pada garis lurus dan mengenai objek yang dibidik.
Siswa yang menjadi sasaran lempar juga menggunakan kemampuan fokus. Sebagai sasaran mereka akan memusatkan perhatian pada arah bola yang melayang. Dengan begitu mereka akan berupaya agar tidak terkena lemparan bola.
Permainan lempar melempar ini juga membutuhkan kerja sama. Siswa di tengah lingkaran dituntut mengatur strategi secara berkelompok untuk menghindarkan diri dari lemparan bola. Mereka tidak saja melindungi diri tetapi juga melindungi anggota kelompok lain.
Pada permainan ke dua siswa juga membutuhkan fokus dan kerja sama. Pada saat siswa melakukan lemparan siswa harus fokus untuk memasukkan bola ke dalam kotak kardus. Pelempar harus memusatkan pikiran agar bola tidak bergerak menyimpang dari mulut kotak.
Fokus lain pada permainan kedua yaitu mendengarkan. Siswa pelempar bola harus memusatkan perhatian saat mendengarkan petunjuk yang dibacakan temannya. Mendengarkan dengan baik akan memungkinkan pelempar dapat memahami petunjuk cara melempar bola.
Kecekatan dan kecepatan
Olahraga membutuhkan ketangkasan dan kecepatan. Ini diperlukan pada setiap jenis olahraga.
Pada permainan pertama kecepatan dan kecekatan sangat diperlukan. Siswa memerlukan kecekatan tangan untuk menangkap, melempar, atau bergerak menghindari lemparan bola.
Pada permainan kedua siswa memerlukan kecepatan dan kecekatan untuk berlari zigzag menuju bola yang diletakkan dalam wadah. Lari zig zag menuntut siswa sekaligus menggunakan fokus pada deretan perintang agar kakinya tidak tersandung cone. Lari pada alur zigzag akan lebih sulit dibandingkan dengan berlari dengan jalur yang stabil/lurus.
Secara individu kegiatan lempar melempar bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan koordinasi gerakan tangan, gerakan kaki, dan anggota tubuh lainnya.
Melatih literasi
Melatih kemampuan literasi dapat dilakukan dengan alternatif kegiatan yang menyenangkan. Pada permainan kedua kegiatan praktek teknik dasar lempar bola kasti di atas, pembelajaran menyelipkan aktivitas literasi.
Paling tidak, kegiatan tersebut melibatkan kegiatan membaca dan mendengarkan. Guru tidak memberikan petunjuk secara lisan tentang tata cara melempar bola pada permainan kedua tetapi menggunakan petunjuk tertulis pada secarik kertas. Salah seorang siswa membaca petunjuk dan siswa lainnya mendengarkan sambil berusaha memahami petunjuk yang dibacakan.
Kegiatan pada permainan kedua itu merupakan salah satu cara melatih kemampuan membaca dan mendengarkan. Sebagai pembaca siswa dituntut untuk membaca dengan lantang dan suara yang jelas. Agar dapat dipahami pendengarnya, siswa dituntut untuk membaca dengan intonasi yang benar.
Demikian juga aktivitas mendengar, siswa membutuhkan kemampuan untuk memahami petunjuk yang dibacakan.
Aktivitas literasi menjadi sesuatu yang menyenangkan sekaligus menantang jika diintegrasikan dengan olahraga. Di satu sisi, siswa dituntut untuk menjadi pembaca yang baik agar pendengarnya menangkap pesan yang terdapat dalam petunjuk permainan. Di sisi lain, pendengar menggunakan indera pendengar dan berkonsentrasi untuk mendengarkan petunjuk yang dibacakan.
Lombok Timur, 13 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H