Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Santukaka Perlawanan terhadap Dominasi Jakartasentris dan Budaya Ibu Kota

9 September 2024   10:36 Diperbarui: 9 September 2024   16:39 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kota Jakarta (Sumber Freepik.com TravelScape )

Dalam salah satu video misalnya, ketika anak-anak Santukaka itu diundang ke Jakarta untuk tampil dalam sebuah acara workshop Nasional yang diadakan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Berikut ini merupakan penggalan dialog anak-anak Santukaka di hadapan peserta workshop akhir Agustus 2024 lalu.

"Kenapa Kakak Adel dan Vano lambatnya ke panggung?” tanya Julio saat menyambut Adel dan Vano naik ke panggung.
“Kayak pembangunan di timur datang terlambat?” Kristin nyeletuk dari salah satu sisi panggung.

Penggalan dialog di atas merupakan salah satu bentuk kritik anak-anak Santukaka terhadap pembangunan yang belum merata. Dalam dialog yang lain mereka juga mengangkat isu lingkungan. Ini terlihat ketika Vincen bertanya kepada Kristin.

"Apa kelebihannya torang anak-anak Indonesia Timur?" tanya Vincen.
"Torang masih menghirup udara segar. Polusi hampir tidak ada. Sekolah tidak pernah ketemu macet," jawab Kristin

Hal yang unik dari dialog anak-anak itu terletak pada dialek khas daerah mereka. Dialog yang sarat dengan humor dan sarkasme itu konsisten menggunakan dialek bahasa asal mereka. Tidak ada "lu", " gue", "nggak", "ngapain" atau kata-kata lain yang mencirikan dialek anak-anak Jakarta. Mereka tampak begitu nyaman dan percaya diri menggunakan pilihan kata "torang", "dorang", "kamu orang", atau kata lain yang menunjukkan ciri dialek bahasa daerah Pamona. 

Penampilan anak-anak Santukaka itu ternyata mampu menyedot perhatian banyak orang. Channel mereka yang sudah mencapai ratusan ribu subscriber menunjukkan bahwa aksi-aksi anak dari wilayah timur itu mampu menarik perhatian banyak kalangan dari seluruh Nusantara. 

Apa yang dilakukan anak-anak itu mampu menandingi gaya berbicara Jakartasentris,  dengan dialek Bahasa Indonesia dialek Jakarta, yang selama ini mendominasi percakapan anak-anak dan remaja Indonesia. Memang benar bahwa, dialek anak-anak Santukaka itu tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari sebagaimana penggunaan dialek Jakarta di kalangan remaja. Namun dialog mereka telah membuat dialek bahasa Pamona menjadi populer dan (mungkin saja) menjadi salah satu faktor yang membuat channelnya mendapatkan banyak pengikut.

Lombok Timur, 9 September 2024

  • KBBI Online
  • wikipedia.org
  • mediasulawesi.id
  • m.kumparan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun