Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Comfort Zone, Area Nyaman yang Harus Ditinggalkan Guru

26 Agustus 2024   11:14 Diperbarui: 27 Agustus 2024   16:36 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam zona nyaman guru cenderung merasa cukup dengan pengetahuan dan pemahaman yang sudah ada. Mereka kurang berupaya melakukan pengembangan diri untuk mengimbangi dinamika perkembangan dunia pendidikan yang semakin kompleks.

Tentu saja tidak semua guru tetap bertahan dalam zona nyaman. Masih banyak guru-guru yang secara konsisten memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan, pemahaman dan keterampilan pedagogik. Mereka dengan kesadaran penuh terus mengembangkan diri dan memperbaharui kemampuannya secara berkelanjutan. Mereka sangat menyukai tantangan sebagai pemicu untuk terus belajar. 

Pentingnya guru meninggalkan comfort zone

Dunia pendidikan terus berkembang dan mengalami pembaharuan. Tidak saja ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga karakteristik peserta didik dari waktu ke waktu. Anak-anak di yang lahir sebagai generasi X, Y, Z, dan Alpha memiliki karakter yang berbeda-beda. Setiap generasi menunjukkan perbedaan perilaku, gaya belajar, kebutuhan, sampai cara berinteraksi.

Dilansir dari Binus, misalnya, dibandingkan generasi Y, generasi Z cenderung lebih mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain. Generasi Z juga disinyalir lebih cepat untuk belajar dibandingkan generasi sebelumnnya.

Banyak guru senior dan memiliki pengalaman mengajar dalam rentang waktu yang begitu panjang mengakui bagaimana hubungan peserta didik dan guru di masa lampau dan masa sekarang mengalami perubahan besar. Dulu hubungan guru dan siswa relatif memiliki sekat. Saat ini hubungan guru dan murid menjadi lebih dekat dan lebih akrab.

Perubahan-perubahan di atas mendorong guru untuk keluar dari zona nyaman, menanggalkan warisan pembelajaran lama dan memilih pendekatan pembelajaran yang lebih relevan dengan karakter anak-anak saat ini.

Pembahasan tentang perubahan dalam artikel sederhana ini tentu tidak cukup. Namun, satu hal penting bahwa perubahan dari waktu ke waktu menuntut guru untuk keluar dari zona nyaman.

Zona nyaman memang menenangkan, namun tidak mendorong pertumbuhan. Sebagai seorang guru, keluar dari zona nyaman adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan menjadi inspirasi bagi siswa.

Zona nyaman cenderung menghambat guru untuk melakukan hal-hal baru dalam pembelajaran. Keluar dari zona nyaman akan memaksa guru untuk belajar hal-hal baru yang berhubungan dengan paradigma pembelajaran yang relevan, penggunaan teknologi pembelajaran, dan konsep pendidikan mutakhir.

Dunia pendidikan terus berkembang dan mengalami pembaharuan. Selalu ada hal baru. Maka penting bagi guru keluar dari zona nyaman dan membuka diri terhadap hal-hal baru yang dapat dampak pada pertumbuhan pribadinya. Ini merupakan proses pengembangan diri yang berfokus pada peningkatan kualitas pribadi, profesional, dan sosial seorang guru.

Guru yang keluar dari zona nyaman akan dihadapkan pada tantangan yang dapat ditemukan ketika guru secara kritis melihat setiap kekurangan dalam pembelajaran. Setiap hari kemungkinan tantangan baru akan selalu muncul dalam pembelajaran. Tantangan baru itu memaksa guru untuk berpikir lebih kreatif dan berusaha melakukan inovasi sebagai solusi pembelajaran. Hal ini akan memungkinkan perubahan cara berpikir yang menumbuhkan kreativitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun