Pagi, 15/08/2024, saya berangkat ke sekolah sedikit tergesa-gesa. Sehari sebelumnya saya berjanji dengan Sifa, salah seorang siswa kelas 1, untuk mengantarnya ke rumah sakit.
Sifa tinggal bersama ibunya yang sehari-hari bekerja mengambil upah menjahit pada salah satu pengusaha UMKM pakaian jadi di desa sebelah. Ayah Sifa bekerja sebagai buruh migran di Malaysia. Kondisi ekonomi yang tidak bersahabat memaksa mereka berpisah sementara sejak Sifa berumur belum genap satu tahun. Satu dari banyak anak-anak yang tidak sempat didampingi sosok ayah yang memilih meninggalkan kampung halaman dengan alasan memperbaiki kehidupan keluarga secara ekonomi.
Sifa, gadis kecil itu, mengalami masalah penglihatan. Sepintas posisi bola matanya terlihat tidak seperti mata normal pada umumnya. Penglihatannya agak (maaf) jereng. Mata kecil itu juga terlihat sedikit berair.
Menurut ibunya, Sifa telah mengalami kelainan penglihatan sejak kecil. Ibunya menduga gangguan itu makin parah setelah Sifa sering main handphone.
Di sekolah Sifa mengalami kesulitan dalam belajar, terutama dalam membaca, menulis, mengamati sebuah objek, atau ketika kegiatan belajar harus menggunakan media belajar visual. Gangguan penglihatan itu membuat Sifa harus berjuang keras dan mengumpulkan energi untuk memusatkan tatapannya untuk mengenali sebuah objek visual. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan.
Keterbatasan penglihatan itu membuat Sifa harus ditangani secara medis. Dengan membawa surat rujukan dari puskesmas saya berjanji mengantar Sifa ke rumah sakit, tepatnya, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedjono, Selong, Lombok Timur.
Sebelumnya Sifa dibawa ibunya ke Puskesmas Kecamatan Terara, Lombok Timur, untuk menjalani pengobatan. Karena keterbatasan peralatan, pihak puskesmas memberikan rujukan pengobatan ke rumah sakit terdekat. Dengan bekal rujukan itu Sifa dibawa ibunya ke RS Anggoro Terara, Lombok Timur. Rumah sakit swasta yang menerima layanan BPJS itu terletak di seberang jalan depan puskesmas.
Sayangnya RS Anggoro juga memiliki peralatan yang tidak lengkap. Dari sini, Sifa diberikan rujukan untuk berobat ke RSUD Soedjono Selong, Lombok Timur.
Rencana awalnya hanya saya yang mengantarkan Sifa ke rumah sakit. Namun Sifa merajuk. Gadis kecil itu bersikeras tidak mau pergi tanpa ibunya. Akhirnya ibu Sifa mengalah melihat sikap anaknya. Saya, Sifa, dan ibunya berangkat.
Dua orang dewasa dan seorang gadis kecil duduk mengangkang berdesakan di atas jok sepanjang tidak lebih dari 75 cm, menempuh perjalanan sekitar 20 km.