Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Smartphone adalah Candu, Sebuah Kekhawatiran

17 Agustus 2024   20:08 Diperbarui: 17 Agustus 2024   20:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak ingat sudah berapa lama saya menggunakan smartphone. Saya hanya ingat bahwa sejauh ini saya tidak pernah membeli smartphone baru.

Terhitung tiga kali saya menggunakan smartphone yang berbeda. Artinya, saya sudah tiga kali mengganti smartphone. Namun sejak smartphone pertama sampai terakhir semua smartphone itu second. Penggantiannya bukan karena latah mengikuti gengsi. Kinerja smartphone yang lamban dan kondisi rusak menjadi salah satu alasannya.

Alasan memilih barang second soal lain. Ini terutama karena membeli yang baru akan lebih mahal ketimbang smartphone bekas. Saya memilih mengganti smartphone dengan tukar tambah--transaksi di mana seseorang menjual barang miliknya untuk diberikan barang lain dan membayar kekurangan harganya.

Smartphone, seperti kebanyakan orang, memberikan saya kemudahan untuk berbagai keperluan mendesak dalam urusan keluarga dan pekerjaan. 

Sesekali saya mendengar musik, lihat youtube, menonton film pendek tiktok, atau menengok beranda facebook dan twitter. Namun ini bagian yang tidak rutin. 

Saya akui bahwa saya juga pernah keranjingan medsos. Tidak update status sehari saja rasanya seperti terlambat naik pesawat. Namun saya tahu bahwa media sosial merupakan ruang publik. Saya menghindari kesan pamer (karena saya tidak memiliki sesuatu yang dapat dipamerkan). Saya juga menjauhi sikap narsis apalagi mengumbar permasalahan pribadi atau keluarga. 

Pada titik tertentu akhirnya saya sadar bahwa larut dalam dunia media sosial bukan sesuatu yang membuat saya berkembang. Namun itu tidak berarti saya meninggalkan medsos. Saya tetap menggunakan media sosial tetapi tidak rutin seperti orang minum obat tiga kali sehari.

Sampai pada akhirnya melalui smartphone saya menemukan media untuk mengekspresikan ide atau pengalaman dengan cara menulis. Salah satunya kompasiana.

Saya harus mengakui bahwa saya dan banyak orang tidak dapat terpisah dari smartphone. Namun kita juga dituntut bijaksana dalam penggunaannya.

Lombok Timur, 17 Agustus 2024

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun