Gogo Rancah menjadi pilihan yang paling relevan untuk wilayah dengan lahan kritis. Saya ingat para petani diberikan cangkul dan linggis berujung lebar oleh pemerintah secara cuma-cuma. Dua teknologi sederhana itu digunakan para petani untuk mengolah tanahnya.
Dapat dibayangkan waktu yang dibutuhkan para petani untuk mengolah tanah sebelum menanam padi jika bekerja sendiri. Namun, nuansa gotong-royong yang masih kental pada masanya membuat pekerjaan petani lebih ringan.
Dengan mengandalkan tradisi besiru para petani saling membantu dalam mengerjakan sawah. Besiru merupakan tradisi saling membantu secara bergiliran dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Misalnya, pada hari tertentu mereka membantu salah seorang warga. Pada hari lainnya mereka akan bekerja bersama untuk membantu warga yang lain. Demikian seterusnya sampai semuanya selesai.
Penanaman padi gogo rancah kala itu tidak melalui persemaian atau pembenihan. Biji padi itu langsung ditanam di areal persawahan. Untuk menanamnya para petani menggunakan teknik tajuk (istilah Sasak). Teknik ini dilakukan dengan membuat lubang kecil sebagai lubang tanam. Pembuatan lubang tanam itu menggunakan sebilah tongkat dengan ujung setinggi dada orang dewasa. Ke dalam lubang itulah butir padi langsung ditanam.
Pada masanya, program gogo rancah dipercaya sebagai operasi pertanian terbesar dan paling sukses di era Orde Baru. Aksi ini melibatkan berbagai elemen, mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, dan keterlibatan utama TNI dengan pendekatan Operasi Tekad Makmur. Dengan pendekatan Operasi Tekad Makmur (OTM) penanaman padi gogo rancah mulai dilakukan pada musim tanam 1980-1981 di areal seluas 26 ribu hektar di NTB.
Pendekatan OTM kala itu bertujuan untuk menumbuhkan keyakinan petani bahwa keadaan hidup mereka akan berubah lebih baik. Secara teknis OTM dipersiapkan dengan matang. Waktu tanam diatur dan direncanakan dengan tepat, petani dan kelompok tani dilibatkan dengan manajemen yang optimal, dan para penyuluh pertanian ditambah. Semua pihak bekerja dua kali lipat lebih keras.
Pada musim tanam 1980-1981 gogo rancah diterapkan pada lahan seluas 26 ribu hektar. Hasil panen raya membuktikan kesuksesan gogo rancah. Sampai saat panen raya tiba, 17 Maret 1981, Presiden Soeharto dan Ibu Tien datang ke NTB di Desa Teruwai, Lombok Selatan, untuk menyaksikan momen penting itu. Gogo rancah menjadi salah satu kebanggaan Gatot Suherman.
Keberhasilan swasembada pangan di NTB itu memberikan kesempatan Gatot Suherman ikut mendampingi Soeharto untuk menghadiri undangan Food Agriculture Organization (FAO) di Roma.
Lombok Timur, 13 Agustus 2024
Catatan : Dikutip dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H