Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Panen Perdana Gamagora 7 dan Napak Tilas Kejayaan Gogo Rancah di NTB pada Era Orde Baru

13 Agustus 2024   21:11 Diperbarui: 13 Agustus 2024   22:19 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gogo Rancah menjadi pilihan yang paling relevan untuk wilayah dengan lahan kritis. Saya ingat para petani diberikan cangkul dan linggis berujung lebar oleh pemerintah secara cuma-cuma. Dua teknologi sederhana itu digunakan para petani untuk mengolah tanahnya. 

Dapat dibayangkan waktu yang dibutuhkan para petani untuk mengolah tanah sebelum menanam padi jika bekerja sendiri. Namun, nuansa gotong-royong yang masih kental pada masanya membuat pekerjaan petani lebih ringan. 

Dengan mengandalkan tradisi besiru para petani saling membantu dalam mengerjakan sawah. Besiru merupakan tradisi saling membantu secara bergiliran dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Misalnya, pada hari tertentu mereka membantu salah seorang warga. Pada hari lainnya mereka akan bekerja bersama untuk membantu warga yang lain. Demikian seterusnya sampai semuanya selesai. 

Penanaman padi gogo rancah kala itu tidak melalui persemaian atau pembenihan. Biji padi itu langsung ditanam di areal persawahan. Untuk menanamnya para petani menggunakan teknik tajuk (istilah Sasak). Teknik ini dilakukan dengan membuat lubang kecil sebagai lubang tanam. Pembuatan lubang tanam itu menggunakan sebilah tongkat dengan ujung setinggi dada orang dewasa. Ke dalam lubang itulah butir padi langsung ditanam.

Pada masanya, program gogo rancah dipercaya sebagai operasi pertanian terbesar dan paling sukses di era Orde Baru. Aksi ini melibatkan berbagai elemen, mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, dan keterlibatan utama TNI dengan pendekatan Operasi Tekad Makmur. Dengan pendekatan Operasi Tekad Makmur (OTM) penanaman padi gogo rancah mulai dilakukan pada musim tanam 1980-1981 di areal seluas 26 ribu hektar di NTB. 

Pendekatan OTM kala itu bertujuan untuk menumbuhkan keyakinan petani bahwa keadaan hidup mereka akan berubah lebih baik. Secara teknis OTM dipersiapkan dengan matang. Waktu tanam diatur dan direncanakan dengan tepat,  petani dan kelompok tani dilibatkan dengan manajemen yang optimal, dan para penyuluh pertanian ditambah. Semua pihak bekerja dua kali lipat lebih keras.

Pada musim tanam 1980-1981 gogo rancah diterapkan pada lahan seluas 26 ribu hektar. Hasil panen raya membuktikan kesuksesan gogo rancah. Sampai saat panen raya tiba, 17 Maret 1981, Presiden Soeharto dan Ibu Tien datang ke NTB di Desa Teruwai, Lombok Selatan, untuk menyaksikan momen penting itu. Gogo rancah menjadi salah satu kebanggaan Gatot Suherman. 

Keberhasilan swasembada pangan di NTB itu memberikan kesempatan Gatot Suherman ikut mendampingi Soeharto untuk menghadiri undangan Food Agriculture Organization (FAO) di Roma.

Lombok Timur, 13 Agustus 2024

Catatan : Dikutip dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun