Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Aktivitas Kelompok Tani Semu Dane Desa Pengembur, Lombok Tengah, dari Alam untuk Alam

29 Juli 2024   20:38 Diperbarui: 29 Juli 2024   22:21 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Pajarudin Ketua Kelompok Tani Semu Dane, Desa Pengembur, Lombok Tengah (dokumen mahasiswa KKN Unram) 

Ngobrol soal dunia pertanian, Pak Pajar terlihat begitu bersemangat. Pria yang sudah melampaui usia paruh baya itu mengaku tidak tamat sekolah dasar. Berbagai pengetahuan dalam dunia pertanian didapatkan melalui sejumlah pelatihan yang dia ikuti.

Pak Pajar memegang prinsip para leluhur, semacam ungkapan dalam Sasak, bahwa hidup itu terpusat tiga hal. Ngaro, ngarat, dan ngaji. Ngaro dalam bahasa Sasak merupakan istilah pertanian yang berarti mengolah tanah. Ngaro secara filosofi merujuk kepada serangkaian aktivitas pertanian. Pak Pajar menggambarkan dengan pikiran sederhana bahwa apa jadinya jika kehidupan manusia lepas sama sekali dari dunia pertanian sebagai satu-satunya aktivitas yang menghasilkan kebutuhan dasar manusia yaitu, kebutuhan pangan (makanan).

Ngarat secara harfiah dalam bahasa Sasak berarti memelihara hewan. Ngarat menurutnya bukan hanya memelihara hewan tetapi semua makhluk hidup dan alam. Dengan menggunakan teknik pertanian yang bersandar pada alam merupakan cara paling masuk akal untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Ngaji biasanya identik dengan belajar al-Qur'an. Dalam konsep Pak Pajar, ngaji lebih dari itu. Istilah itu mengacu kepada belajar sebagai bagian dari kebutuhan manusia. Belajar, baginya, bukan hanya di bangku pendidikan formal tetapi juga belajar dari alam. Sesorang harus terus belajar bagaimana memanfaatkan alam tanpa harus membuatnya tercemar dan rusak oleh aktivitas yang melibatkan hal-hal instan. 

"Dari alam untuk alam". Demikian kurang lebih jargon Pajarudin. 

Lombok Timur, 29 Juli 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun