Pajar menunjukkan salah satu botol pupuk cair yang dibuat dan diproduksi sendiri. Semua bahan pupuk itu diambil dari alam sekitar. Bahannya berupa akar bambu, kapur Sirih, terasi, molase (gula), penyedap makanan (vetsin), dan air kelapa/air cucian beras.
Produk lain yang dihasilkan Pajar bersama kelompoknya berupa pestisida nabati. Sama dengan pupuk pestisida organik itu dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan alam yang ada, seperti, gadung, biji/daun mimba, lengkuas, dan kunyit.
Lelaki itu rupanya paham betul soal tetek bengek pertanian. Saat menyebut tentang asam amino, misalnya, Pak Pajar mengaku terbiasa memproduksi sendiri.
Asam amino, menurutnya, merupakan pengganti pupuk NPK yang berfungsi meningkatkan kualitas rasa tanaman, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan tanaman, hingga meningkatkan berat atau bobot biji dan buah tanaman.
Bahan asam amino yang dibuat Pak Pajar terdiri dari buah nanas muda, pisang yang telah matang, ikan lele/ikan teri, eceng gondok, dan molase/gula, EM.4, dan Air cucian beras.
Semua bahan dihaluskan lalu dimasukkan ke air beras yang telah disiapkan dan difermentasi selama 30 hari.
Saat ini kelompok tani yang dipimpinnya juga memproduksi pupuk kompos. Katanya, tahun ini produksinya sudah mencapai sekitar 40 ton pupuk kompos. Sebagian pupuk itu digunakan anggotanya dan sebagian lagi dijual.
Satu hal menarik dari cerita Pajarudin adalah teknik pembasmian hama tikus dengan pembuatan sarang dan budi daya burung hantu.
Seekor burung hantu, katanya, dapat menghasilkan 12 butir telur. Setiap burung hantu dapat mengkonsumsi 5-7 tikus.