Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mengenal Pedasnya Sate Bulayak dari Lombok

28 Mei 2024   21:02 Diperbarui: 2 Juni 2024   09:23 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sate bulayak (Sumber Indonesia Raya)

Siapa orang Indonesia yang tidak kenal sate? Hampir seluruh masyarakat Nusantara dari Sabang sampai merauke akrab dengan makanan ini. Bahkan Obama mantan presiden AS dalam sebuah pidatonya beberapa tahun yang lalu mengungkapkan kenangannya bersama sate saat menjalani masa kanak-kanaknya di Indonesia.

Sate merupakan salah satu makanan khas Nusantara. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sate secara historis berasal dari Jawa. Kuliner yang umumnya disajikan dengan cara ditusuk ini bahkan telah populer di berbagai negara.

Dikutip dari Wikipedia, asal mula hidangan populer ini tercatat dalam petikan di buku Encyclopaedia of Chinese and Oriental Cookery. Di dalam buku itu tertulis sebagai berikut.

"Meskipun Thailand dan Malaysia menganggap hidangan ini adalah milik mereka, tanah air sate yang sesungguhnya di Asia Tenggara adalah Jawa, Indonesia."

Sate atau satai di Nusantara pada setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Fakta ini disebabkan oleh faktor sumber daya dan budaya, bahkan ditentukan oleh keyakinan agama sekelompok masyarakat. Sebagai ilustrasi, jika Anda jalan-jalan Bali sate babi merupakan makanan yang dapat ditemukan di mana-mana. Hal ini karena dalam Agama Hindu membolehkan untuk mengkonsumsi daging babi.

Berbeda dengan di Lombok yang identik dengan agama Islam, sate babi tidak akan ditemukan kecuali pada beberapa pemukiman dan warung makan umat Hindu.

Keragaman sate di Nusantara akibat faktor sumber daya juga mengakibatkan adanya jenis sate yang beragam dan sangat tergantung pada bahan bakunya. 

Pada umumnya nama sate mengacu kepada bahan dasar sate itu sendiri. Misalnya, sate ayam dengan bahan dasar daging ayam, sate kambing dengan bahan dasar daging kambing, atau sate babi dengan bahan daging babi.

Di Lombok, salah satu sate yang cukup populer dikenal dengan sate bulayak. Sate ini telah menjadi salah satu makanan favorit orang-orang yang berkunjung ke tempat ini.

Sate bulayak sendiri bukan mengacu kepada bahan baku satenya. Lalu apa? Bulayak pada dasarnya makanan sejenis lontong yang dibuat dengan bahan dasar beras. Perbedaannya terletak pada media pembungkusnya. Jika lontong dibungkus dengan daun pisang, bulayak dibungkus dengan daun enau atau daun pohon aren. Perbedaan lainnya ukuran bulayak sedikit lebih panjang daripada lontong. Bulayak dapat identik ketupat versi lain karena keduanya sama-sama dibuat dengan bahan dasar beras.

Daun enau sebagai pembungkus bulayak digulung secara spiral dan dibentuk menyerupai silinder, tabung. Di dalamnya kemudian dimasukkan beras. Ujung gulungan itu direkatkan dengan lidi agar beras tidak keluar. Agar lebih kuat bulayak itu diikat lagi secara memanjang dengan tali dari bambu atau pelepah pisang yang telah kering. Bulayak mentah itu kemudian dimasak sebagaimana memasak lontong atau ketupat.

Bulayak berdasarkan kutipan dari laman Lombok Barat berarti memutar. Ini karena bulayak dibuka dengan cara diputar untuk melepaskan pembungkus daun enau.

Bulayak memiliki tekstur lembut dan terasa gurih. Bisa jadi dipengaruhi oleh penggunaan daun enau sebagai pembungkusnya. Baunya lebih harum dibandingkan lontong atau ketupat.

Bulayak disajikan dengan sate yang terbuat dari daging sapi, daging ayam, kambing, atau jeroan. Seperti pembuatan sate pada umumnya, bahan daging tersebut dipotong kecil-kecil lalu dirangkai dengan tusukan dari bambu dan tentu saja dibakar.

Ciri khas sate bulayak terletak pada bumbunya. Bahannya terbuat dari kacang tanah yang dibuat menjadi saus sate. Kacangnya disangrai, ditumbuk, lalu direbus bersama santan. Bumbu lainnya terdiri dari ketumbar, jintan, bawang, dan cabai. 

Rasa pedas pada bumbu sate bulayak merupakan rasa paling dominan. Jika kebetulan Kompasianer berkunjung ke Lombok dan berniat mencicipi sate bulayak, siapkan tisu untuk menyeka ingus dan air mata karena gigitan rasa pedas.

Sate bulayak banyak ditemukan pada pusat-pusat wisata di daerah Lombok Barat, seperti, Suranadi, Sesaot, dan Kerandangan. Biasanya penjualan kuliner ini dekat dengan daerah yang memiliki banyak pohon enau. Di Lombok Timur, misalnya, warung sate bulayak mulai muncul di sekitar hutan wisata Joben yang dikenal memiliki banyak pohon aren.

Lombok Timur, 28 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun