Jarum penunjuk hitungan menit pada arloji di tangan saya sudah melampaui angka 12 siang. Sebuah suara azan melengking melalui corong TOA dari masjid sebelah kiri jalan. Waktu Zuhur telah tiba. Saya masuk masjid di persimpangan jalan itu dan shalat bersama warga setempat.
Usai shalat saya keluar dari masjid. Dari pintu gerbang masjid terlihat sebuah papan nama dengan tulisan "Komunitas Adat Limbungan". Warna tulisan itu terlihat sudah mulai pudar.
Sekitar 2 meter sebelah kiri papan nama itu berdiri sebuah penunjuk arah bertuliskan Limbungan Barat dengan tanda panah mengarah ke barat dan Limbungan Timur dengan tanda panah ke timur. Rupanya siang itu, Minggu, 14 April 2024, saya sudah tiba di ujung perkampungan Limbungan.
Limbungan merupakan sebuah perkampungan tua di Lombok. Perkampungan ini terletak di Desa Perigi, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Lokasinya berada di ketinggian bukit, sekitar 750 di atas permukaan laut. Dari Mataram menuju perkampungan Limbungan berjarak sekitar 72 km. Dari Bandara Internasional Praya perjalanan menuju Limbungan sekitar 67 km.
Untuk menuju ke Limbungan cukup mudah. Perjalanan ke tempat ini dapat menggunakan roda empat atau sepeda motor. Saat ini akses ke tempat itu cukup baik dengan kondisi jalan yang sudah beraspal. Hanya saja perjalanan cukup menanjak dengan sejumlah kelokan.
Bagian menarik dari perjalanan ke Limbungan adalah pemandangan alam yang cukup mempesona. Di satu sisi, tampak perbukitan yang terdiri dari persawahan dan perkebunan warga. Di sisi lain, hamparan selat Alas yang memisahkan Lombok dan Sumbawa tampak begitu menawan. Pesona alam dari ketinggian itu benar-benar menakjubkan.
Perkampungan Limbungan merupakan jejak masa lalu yang masih tersisa. Jejak itu masih terlihat jelas pada bangunan tradisional yang ada di dalam perkampungan tersebut.
Perkampungan tua Limbungan merupakan pemukiman dengan bangunan rumah adat yang khas. Rumah adat tersebut diyakini telah menunjukkan keberadaannya sejak ratusan tahun yang lalu.
Kumpulan rumah adat itu terletak di dua tempat yang terpisah, Limbungan Timur dan Limbungan Barat. Rumah-rumah yang dibangun dengan gotong royong itu menggunakan konsep blok. Setiap blok membentuk garis lurus dan terdiri dari 7 sampai 11 rumah. Rumah-rumah itu didirikan dengan jarak yang hampir sama antara rumah yang satu dengan rumah lainnya.
Struktur Bangunan
Secara umum, rumah adat Limbungan dibangun berbentuk segi empat dengan atap menyerupai limas. Semua rumah memiliki bentuk serupa dan menghadap ke arah timur.