Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumah Adat Limbungan, Terjepit dalam Keangkuhan Modernitas

14 April 2024   22:48 Diperbarui: 15 April 2024   09:37 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Rumah Adat Limbungan, Desa Perigi, Kecamatan Suela, Lombok Timur, NTB (Dokumen Pribadi)

Struktur bangunan rumah adat relatif rendah dibuat dengan bahan alam, mulai dari lantai hingga atap. Lantainya terbuat dari batu dan tanah liat dipadatkan. Jika sudah padat permukaan lantai dilapisi lagi dengan adukan tanah liat yang kental.

Lantai yang telah kering dilumuri lagi dengan kotoran sapi atau kerbau dan getah tumbuhan Banten (Jaranan). Menurut warga setempat, kotoran itu digunakan agar permukaan halus. Ini mungkin terkesan jorok tetapi jika sudah mengering lantai akan mengeras seperti semen. Sedangkan getah Banten berfungsi untuk mencegah serangga masuk ke dalam rumah.

Saya ingat saat masa kanak-kanak saat orang tua menjemur padi di halaman. Setelah halaman disapu sampai bersih, permukaannya dilumuri dengan kotoran sapi. Fungsinya untuk merekatkan debu dengan tanah sehingga tidak bercampur dengan padi yang akan dijemur.

Untuk menopang seluruh bangunan, rumah adat menggunakan tiang penopang. Jumlah tiang tergantung ukuran rumah.

Dinding pelindung rumah adat dibuat dengan bahan dasar bambu yang telah dianyam. Dinding bambu itu biasanya direkatkan pada tiang penopang di samping rangka tambahan untuk memperkuat dinding.

Rumah adat itu tidak dilengkapi dengan jendela. Untuk pencahayaan dan sirkulasi udara, rumah adat memanfaatkan celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Rangka atap rumah adat secara keseluruhan berbahan bambu. Atapnya menggunakan tumbuhan alang-alang kering yang telah dianyam sedemikian rupa. Anyaman alang-alang itu kemudian direkatkan ke rangka atap dengan tali yang terbuat dari bambu.

Sesangkok dan Bale Dalem

Rumah adat Limbungan hanya memiliki dua ruangan. Ruangan depan disebut dengan istilah sesangkok (semacam beranda). Ruangan lainnya dikenal dengan nama bale dalem.

Bale dalem dan sesangkok dihubungkan dengan sebuah pintu. Satu pintu lagi ditempatkan di sesangkok untuk keluar menuju halaman. Pintu-pintu yang dibuat dengan bambu itu dibuka atau ditutup dengan cara digeser ke kiri atau ke kanan.

Sesangkok berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau tempat berkumpul bersama keluarga. Uniknya bale dalem berfungsi sebagai ruang tidur, tempat penyimpanan barang berharga, dan dapur.

Permukaan lantai sesangkok dan bale dalem juga berbeda. Lantai bale dalem dibuat lebih tinggi dari sesangkok. Untuk masuk ke bale dalem biasanya dilengkapi dengan undakan/tangga yang juga dari tanah liat.

Pantek

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun