Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Semalam Merasakan Sensasi Tidur di Hotel Kapsul

31 Maret 2024   10:24 Diperbarui: 4 April 2024   09:28 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hotel kapsul (dokpri/diolah dari canva)

Selepas berburu takjil dan shalat Maghrib di Masjid Istiqlal, saya bersama tiga teman lainnya dari Lombok Timur kembali ke hotel yang telah dipesan secara online. Saya menyebut kembali ke hotel karena siangnya kami sempat mampir ke hotel tersebut hanya untuk check-in dan menitipkan barang bawaan. 

Kami tiba dan masuk hotel sekitar pukul sepuluh malam. Salah seorang teman saya mengkonfirmasi kedatangan kami ke pihak hotel di ruang lobi. Saya sendiri duduk menunggu di salah kursi yang tersedia. 

Di tengah ruang lobi ada meja berukuran sekitar 1x3 meter. Meja itu dikelilingi beberapa kursi. Satu meja lagi diletakkan menempel di salah satu dinding lobi.

Di atas meja itu terlihat sejumlah majalah. Tampaknya sengaja disediakan untuk pengunjung yang suka membaca. Lampu yang terletak di sudut meja menyebarkan cahaya lembut kekuningan selaras dengan warna dinding hotel. 

Sebuah cermin ukuran cukup besar dengan bingkai melingkar tergantung di dinding. Lebih atas lagi pada dinding yang sama, hampir mepet dengan langit-langit hotel, terpasang sebuah mesin AC yang membuat suhu dingin di ruang lobi itu terasa menusuk kulit. Hawa dingin itu juga membuat flu dan batuk saya serasa makin menjadi.

Dua lampu lampion hotel bergayut di plafon menyebarkan cahaya ke seluruh ruangan. Pancaran cahayanya sama dengan cahaya lampu meja. Di belakang saya berdiri sebuah sekat yang memisahkan ruang lobi dengan ruangan lainnya. Pada sisi atas sekat berbentuk kotak-kotak itu tertulis nama hotel dengan ukuran huruf yang cukup besar.

Beberapa saat kemudian proses konfirmasi selesai. Selanjutnya kami masuk ke kamar masing-masing sesuai pesanan. Saya penasaran dengan desain kamar hotel kapsul karena saat check-in saya hanya sampai di lobi. Barang bawaan pun dititip ke petugas hotel.

Saya mengikuti arahan petugas hotel untuk naik ke lantai dua. Dengan bekal cardlock yang diberikan resepsionis, saya menuju kamar sesuai nomor yang tertera pada kunci kartu di tangan saya.

Ada beberapa ruangan yang saya lihat di lantai dua itu. Setidaknya terdapat tiga kamar penginapan dan sebuah musalah. Di depan kamar tersedia sebuah sofa yang dilengkapi meja. 

Dengan cardlock, saya membuka pintu dan masuk kamar. Sejenak saya tertegun melihat pemandangan di dalamnya. Ruangan itu semacam kamar komunal atau kamar bersama yang disediakan untuk sejumlah tamu. 

Di dalam kamar itu tersedia tempat tidur berbentuk box atau kapsul. Setidaknya terdapat 10 kapsul di dalamnya. Ukuran setiap kapsul sekitar 1 x 2 meter dengan tinggi sekitar 1 meter. Kapsul-kapsul itu ditumpuk sejajar menjadi dua tingkat. Di dalam kapsul itulah pengunjung atau tamu beristirahat.

Saya mendapatkan kapsul atau tempat tidur pada tingkat dua. Setiap kapsul yang berada di tempat yang lebih tinggi dilengkapi dengan tangga pijak untuk masuk ke dalamnya. Dengan menempelkan cardlock pada sisi bawah kapsul, pintunya dapat dibuka dengan sedikit dorongan.

Kapsul atau tempat tidur itu dilengkapi dengan sejumlah fasilitas. Ada kasur, bantal, dan selimut. Untuk memberikan kenyamanan pengguna, kapsul juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang memberikan kenyamanan. 

Di dalamnya tersedia beberapa fasilitas berupa stop kontak, pengaturan warna dan intensitas cahaya lampu, music player, colokan charger, dan tentu saja AC. Semua fasilitas elektrik itu dapat digunakan dengan bantuan cardlock untuk mengaktifkan listrik dalam kapsul, seperti hotel pada umumnya.

Tidur di hotel kapsul memberikan sensasi tersendiri. Meski memiliki space mini, kapsul memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Design interior kapsul dirancang sedemikian rupa sehingga terasa lega.

Walaupun dalam ruangan itu banyak kapsul, privasi pengunjung tetap terjaga. Dinding kapsul (perkiraan saya berbahan fiber) dirancang kedap suara sehingga ketika menghidupkan musik atau menelepon tidak akan mengganggu tetangga di kapsul sebelah. Atau Anda juga tidak akan terganggu dengan aktivitas penghuni kapsul  lain melakukan hala serupa.

Sedikit gangguan akan timbul jika penghuni melakukan gerakan yang kuat, misalnya naik tangga sambil menginjakkan kaki dengan keras atau merebahkan diri dengan membanting tubuh di atas kasur. Gerakan yang kuat dapat menimbulkan getaran kepada kapsul lain yang berdekatan. Beberapa kali kapsul saya ikut bergoyang karena gerakan penghuni kapsul sebelah. Saya pikir gempa. ha-ha...

Ukuran kapsul yang hanya cukup untuk telentang membuat hotel menyediakan fasilitas loker penyimpanan barang di dalam ruangan yang sama. Jadi barang bawaan pengunjung cukup aman dan tidak membuat tempat tidur menjadi sumpek.

Saya hanya sedikit fobia karena harus tidur dalam ruang kecil yang tertutup. Maka saya tidak menutup penuh pintu kapsul saat tidur. Saya membiarkan pintunya sedikit terkuak. Tujuannya jika terjadi gempa atau kebakaran saya bisa lebih cepat keluar hanya dengan mendorong pintu agar terbuka.

Hotel kapsul tidak seperti hotel konvensional pada umumnya yang menyediakan toilet dan kamar mandi yang terintegrasi dengan ruang tidur. Hotel ini menyediakan beberapa kamar mandi bersama yang terpisah dengan toilet yang juga digunakan bersama oleh pengunjung dalam ruangan yang sama. Jika sedang ramai maka pengunjung harus antre untuk menggunakan kamar mandi atau toilet.

Hotel kapsul sangat cocok untuk para backpacker yang memiliki anggaran penginapan terbatas. Saya pikir tamu hotel kapsul hanya warga lokal saja. Ternyata ada juga pendatang asing. Saat duduk di sofa depan ruangan, paling tidak tiga orang bule keluar masuk hotel itu. 

Dilansir dari Traveloka, hotel kapsul pertama kali muncul di Jepang. Awalnya diperuntukkan kepada para pekerja atau karyawan yang bekerja lembur, bukan untuk traveler. Banyak pekerja di Jepang yang memilih menginap di sekitar tempat kerja yang menyediakan penginapan murah.

Kondisi ini mengilhami Kisho Kurokawa, seorang arsitek setempat, merancang penginapan atau hotel kapsul yang dapat dijangkau oleh para pekerja. (Sumber Wikipedia)

Hotel kapsul bisa menjadi jalan keluar untuk para petualang yang memiliki anggaran wisata terbatas atau bagi mereka yang ingin menekan biaya perjalanan.

Hotel Kapsul sangat tepat bagi para traveler yang melakukan perjalanan dengan gaya wisata beransel yang tidak memerlukan hotel konvensional dengan fasilitas lengkap.

Bagi Anda pengidap kelainan claustrophobia disarankan tidak menggunakan layanan hotel ini. Claustrophobia merupakan fobia yang membuat penderitanya memiliki rasa takut berlebihan saat berada di ruangan sempit dan tertutup. Ruang kapsul dikhawatirkan dapat memicu rasa takut seakan penderita claustrophobia merasa terperangkap dan terancam saat berada di dalamnya.

Saya sendiri tidur dalam kapsul itu memiliki perasaan yang berbeda. Serasa sedang dihukum ibu tiri dengan tidur dalam lemari. ha-ha...

Lombok Timur, 31 Maret 2024

Sumber: satu, dua, tiga, empat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun