Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berburu Takjil di Istiqlal Jakarta

29 Maret 2024   06:15 Diperbarui: 29 Maret 2024   06:38 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat hari menjadi hari-hari cukup melelahkan di Jakarta saat Ramadhan untuk mengikuti kegiatan Fasilitasi dan Advokasi Penguatan Kapasitas Sekolah. Setelah mengikuti kegiatan sejak Senin sampai Kamis, 25-28 Maret 2024, saya tidak langsung pulang. Bersama tiga teman lainnya dari Lombok Timur bersepakat untuk menginap semalam lagi. Terutama dua orang teman emak emak yang berniat jalan-jalan dan belanja.

Karena sewa kamar hanya dibiayai panitia sampai Kamis, saya bersama teman-teman checkout  dari Hotel Millenium Sirih Jakarta tempat kegiatan berlangsung. Kami keluar sekitar pukul 12 waktu setempat. Dari hotel Millenium mobil membawa kami menuju sebuah hotel lain di sekitar Thamrin untuk menginap semalam lagi. Hotel kecil itu menyediakan kamar dan tempat tidur berupa kapsul yang dirancang bertingkat. Tidur di dalam kapsul itu rasanya seperti seorang anak kecil yang dihukum ibu tiri. 

Harganya relatif untuk melewati malam dengan tidur nyaman. Walaupun begitu, ternyata ada juga bule yang menggunakan layanan penginapan itu.

Setelah check-in dan drop barang bawaan ke hotel, saya harus mengabulkan ajakan duo emak untuk mampir ke pusat perbelanjaan di Thamrin city. Mereka singgah untuk melampiaskan hasrat belanja seperti emak-emak pada umumnya.

Namanya juga kaum hawa, kalau belanja biasanya teliti sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. 

Setelah berbelanja kami meluncur menuju masjid Istiqlal dan tiba sekitar 15 menjelang Maghrib.

Di ambang gerbang masjid tampak banyak sekali lapak makanan dan pedagang kaki lima penjual pakaian. Para pembeli tampak berjubel membuat pejalan kaki dan pengunjung yang keluar masuk masjid agak terganggu.

Memasuki halaman Istiqlal pengunjung telah ramai. Menurut seorang pengunjung dari Tebet, sebagian dari para pengunjung itu berasal dari luar daerah dan sebagian lagi dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Tampaknya sebagian pengunjung datang mungkin hanya untuk berburu takjil. Sebagian lagi memang berniat berbuka puasa di Masjid Istiqlal sekaligus shalat Maghrib yang dilanjutkan dengan tarawih setelah shalat isya.

Saya terus masuk ke halaman masjid. Sebuah tenda bertuliskan Kimia Farma berdiri persis di depan masjid. Di halaman masjid sisi utara terlihat sejumlah kendaraan roda empat terparkir. 

Di sisi selatan halaman masjid berjajar tenda lain mengelilingi halaman. Tenda-tenda itu merupakan lapak yang menyediakan berbagai kuliner untuk para pengunjung. Ada kebab, nasi goreng, lontong, dan berbagai jenis makanan lainnya. Tampak pula berbagai jenis minuman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Saya mendekati salah satu tenda untuk membeli takjil. Dua orang perempuan muda terlihat sibuk melayani pembeli. Mereka menyapa dengan ramah setiap pengunjung yang datang. Di belakang dua perempuan muda itu seorang laki-laki tengah berkonsentrasi menghadapi wajan di hadapannya. Tangannya yang bertato tampak sangat cekatan menggoreng telur. 

Saya agak bingung memilih makanan. Atas saran salah seorang teman, pilihan saya jatuh pada nasi lontong pecel. Isinya tentu saja lontong, digenapkan dengan kangkung, kecambah, dan kacang panjang. Tidak lupa ditaburi bumbu pecel yang tidak terlalu pedas. Sebotol minuman yang saya beli di luar masjid siap melengkapi buka puasa.

Akhirnya Muadzin Masjid Istiqlal melantunkan adzan Maghrib, pertanda waktu berbuka sudah tiba. Bersama pengunjung lainnya kami berbuka di halaman masjid.

Setelah berbuka puasa, kami memasuki masjid untuk sholat Maghrib. Emak-emak menuju area masjid khusus perempuan sedangkan saya bersama seorang teman lainnya menuju bagian utara untuk mengambil air wudhu dan shalat.

Sebenarnya saya berniat shalat tarawih di Masjid ibukota itu tetapi karena emak-emak mengajak segera kembali ke hotel. Merasa letih setelah mengubek-ubek dagangan orang di Thamrin.

Sebelum keluar dari pelataran masjid, saya mendekati tenda Kimia Farma. Empat perempuan petugas di tenda itu menawarkan pemeriksaan tensi gratis dan beberapa layanan berbayar. Saya memilih layanan gratis. Hasil pada tensimeter menunjukan tekanan darah saya normal.

Jakarta, 29 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun