Di sisi selatan halaman masjid berjajar tenda lain mengelilingi halaman. Tenda-tenda itu merupakan lapak yang menyediakan berbagai kuliner untuk para pengunjung. Ada kebab, nasi goreng, lontong, dan berbagai jenis makanan lainnya. Tampak pula berbagai jenis minuman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Saya mendekati salah satu tenda untuk membeli takjil. Dua orang perempuan muda terlihat sibuk melayani pembeli. Mereka menyapa dengan ramah setiap pengunjung yang datang. Di belakang dua perempuan muda itu seorang laki-laki tengah berkonsentrasi menghadapi wajan di hadapannya. Tangannya yang bertato tampak sangat cekatan menggoreng telur.
Saya agak bingung memilih makanan. Atas saran salah seorang teman, pilihan saya jatuh pada nasi lontong pecel. Isinya tentu saja lontong, digenapkan dengan kangkung, kecambah, dan kacang panjang. Tidak lupa ditaburi bumbu pecel yang tidak terlalu pedas. Sebotol minuman yang saya beli di luar masjid siap melengkapi buka puasa.
Akhirnya Muadzin Masjid Istiqlal melantunkan adzan Maghrib, pertanda waktu berbuka sudah tiba. Bersama pengunjung lainnya kami berbuka di halaman masjid.
Setelah berbuka puasa, kami memasuki masjid untuk sholat Maghrib. Emak-emak menuju area masjid khusus perempuan sedangkan saya bersama seorang teman lainnya menuju bagian utara untuk mengambil air wudhu dan shalat.
Sebenarnya saya berniat shalat tarawih di Masjid ibukota itu tetapi karena emak-emak mengajak segera kembali ke hotel. Merasa letih setelah mengubek-ubek dagangan orang di Thamrin.
Sebelum keluar dari pelataran masjid, saya mendekati tenda Kimia Farma. Empat perempuan petugas di tenda itu menawarkan pemeriksaan tensi gratis dan beberapa layanan berbayar. Saya memilih layanan gratis. Hasil pada tensimeter menunjukan tekanan darah saya normal.
Jakarta, 29 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H