Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Ramadan dalam Perjalanan

24 Maret 2024   21:27 Diperbarui: 24 Maret 2024   23:29 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua sepakat bahwa ibadah puasa Ramadhan identik dengan tadarus, shalat tarawih, qiyamullail sepertiga malam, atau zikir dan doa dalam setiap helaan napas. Namun tentu kita jangan lupa bahwa Ramadhan juga menantang kita untuk bertahan dalam kesabaran dan melawan tekanan yang bisa saja muncul dalam aktivitas tertentu.

Puasa Ramadhan dalam pengertian tertentu akan menjadi lebih berkualitas jika dijalani dengan tantangan-tantangan yang melatih kesabaran dan menumbuhkan kekuatan diri untuk menjalani aktivitas yang tidak biasa. 

Dalam kondisi puasa Anda harus melakukan perjalanan jauh lalu mengikuti sebuah kegiatan sejak pagi hingga malam. Ini bagian dari tantangan Ramadhan yang tidak terelakkan. Dalam konteks pengendalian diri, ini membutuhkan kemampuan bersabar dan bertahan dalam situasi yang sulit.

Refleksi dalam Keramaian

Jika kembali kepada prinsip Ramadhan sebagai bulan refleksi, sejatinya Ramadhan merupakan bulan keheningan untuk melakukan perenungan tentang perjalanan hidup yang telah kita lewati. Ramadhan merupakan ruang yang memberikan kesempatan untuk melakukan kontemplasi atas keberadaan kita sebagai manusia. 

Imam Masjid New York Imam Shamsi Ali menyebutkan bahwa Ramadhan memberikan tantangan untuk melakukan muhasabah (introspeksi) dan perenungan tentang berbagai hal. Ramadhan mengajak kita bertanya tentang siapa diri kita, dari mana, untuk apa, dan akan ke mana dalam perjalanan kesementaraan ini. Ramadhan mengajak kita untuk berpikir kembali tentang tujuan tertinggi kehidupan manusia.

Proses perenungan itu dapat dilakukan tidak saja dalam keheningan malam, kesendirian, atau ketenangan rumah-rumah ibadah. Perenungan itu merupakan proses penyadaran kembali yang dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Introspeksi dan refleksi sesungguhnya dapat dilakukan dalam kebisingan mesin kendaraan atau riuh debat dan diskusi. 

Ramadhan menantang kita untuk menghadirkan keheningan dalam keramaian agar dapat memaknai dan memandang setiap pengalaman hidup dengan cara yang selalu positif.

Lombok Timur, 24 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun