Meru merupakan gunung suci dalam kosmologi Hindu dan Budha yang dianggap sebagai pusat alam semesta, baik secara fisik maupun metafisik spiritual. (Sumber Wikipedia)
Menurut sejarah, Pura Meru dibangun pada abad ke-18 yang melibatkan 33 desa di Pulau Lombok. Pura ini didirikan di bawah pemerintahan Anak Agung Made Karangasem. (Sumber Tripadvisor)
Situs-situs keagamaan itu tetap dipertahankan tidak saja sebagai pusat peribadatan tetapi juga pusat wisata dan saksi sejarah keberadaan Hindu, khususnya, di Lombok.
Demikian pula ritual ibadah umat Hindu. Perayaan hari-hari besar keagamaan juga tetap berlangsung, seperti, Nyepi dan Galungan.
Salah satu ritual umat Hindu di Lombok yang paling meriah adalah parade Ogoh-Ogoh. Parade ogoh ogoh berlangsung sebelum Nyepi atau Malam Tahun Baru Saka. Patung-patung Ogoh-Ogoh itu diarak dari satu tempat ke tempat lain dalam parade yang disaksikan oleh berbagai lapisan masyarakat.
Setelah diarak, semua ogoh-ogoh sebagai simbol Bhuta Kala, yang merupakan simbol dari keburukan sifat manusia dan hal negatif dalam alam semesta, akan dibakar sebagai makna menghilangkan sifat buruk manusia dan kejahatan. (Dikutip dari berbagai sumber)
Tahun 2024, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, ritual arak-arakan Ogoh-Ogoh di Lombok berlangsung menjelang kedatangan bulan suci Ramadhan. Namun kondisi itu tidak membuat parade kehilangan makna dan kemeriahan. Masyarakat seakan mendapatkan hiburan menjelang Ramadan. Mereka tumpah ruah memenuhi jalan untuk menyaksikan peristiwa itu.
Minggu, 10 Maret 2024, lebih dari 100 patung Ogoh-Ogoh diarak sepanjang Jalan Pejanggik menuju Cakra Negara. Arak-arakan dimulai dari simpang empat Bank Indonesia sampai simpang empat Cakranegara menuju jalan Selaparang, Cakranegara.
Sejumlah ruas jalan ditutup demi kelancaran parade ogoh-ogoh di tahun ketiga pasca COVID. Ini sudah menjadi rutinitas tahunan umat Hindu di Lombok dan telah berlangsung berabad-abad. Sejauh ini tidak ada protes dari umat Islam setempat.
Umat Islam di Lombok selalu menunjukkan sikap toleransi dan dukungan yang telah ditunjukkan masyarakat pulau 1000 Masjid. Parade itu bahkan menjadi momentum yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat dan menarik perhatian wisatawan.
Ogoh ogoh berukuran raksasa itu diarak dengan iringan musik gamelan khas Bali. Sejumlah kesenian musik khas Sasak, ale-ale dan kecimol, juga berpartisipasi dalam meramaikan arak-arakan Ogoh Ogoh.