Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemilu 2024 dalam Pusaran Badai Vote Buying

14 Februari 2024   23:16 Diperbarui: 14 Februari 2024   23:18 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja tidak semua wakil rakyat mengabaikan kepentingan rakyat. Namun perilaku sebagian mereka membuat kepercayaan masyarakat memudar.

Satu dua caleg yang masuk ke kampung saya juga datang begitu saja tanpa memiliki visi dan misi yang jelas. Mereka datang dengan modal pasir dan semen untuk perbaikan gang kampung. Mereka hanya datang dengan membawa tanah urug untuk menimbun jalan desa. Apa yang mereka lakukan bisa saja termasuk dalam kategori vote buying karena mereka hadir hanya untuk mendapatkan suara. Dan cara paling ekstrem adalah membeli kemiskinan pemilih dengan metode vote buying.

Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) sejak awal mensinyalir bahwa salah satu potensi kecurangan pada Pemilu 2024 adalah praktek vote buying. (Sumber BBCNews Indonesia) kecurangan ini telah terjadi pada pemilu sebelumnya.

Sudah banyak narasi yang membahas tentang dampak vote buying baik dari sudut pandang sosial budaya dan agama. Dalam konteks sosial budaya, vote buying dapat norma dan nilai sosial. Praktek ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi seperti keadilan, kebebasan, dan kejujuran.

Praktik vote buying juga dapat merusak budaya partisipasi politik yang sehat. Ketika pemilih merasa bahwa suaranya hanya dihargai dengan uang, mereka mungkin kehilangan kepercayaan pada proses politik dan mengurangi partisipasi mereka dalam pemilihan selanjutnya.

Pada akhirnya vote buying juga mencerminkan pola pikir yang mungkin telah tertanam dalam budaya politik tertentu. Ketika praktik ini dianggap biasa atau diterima secara luas dalam masyarakat tentu dapat membahayakan integritas dan nilai-nilai demokratis.

Dari sudut pandang Islam vote buying setara dengan sogok menyogok atau raswah. Hadist Rasulullah SAW tentang raswah yang cukup populer yaitu, "Laknat Allah SWT kepada pemberi suap dan penerima suap." (HR Ahmad).

Saya membatin dalam kesenyapan malam, "Sampai kapan pesta demokrasi ini dapat diwujudkan dengan cara-cara yang rasional tanpa vote buying yang memanfaatkan kemiskinan pemilih demi meraup keuntungan suara.

Lombok Timur, 14 Februari 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun