Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Ngaji, di Antara Peran, Penghargaan, dan Janji Capres

11 Januari 2024   21:27 Diperbarui: 12 Januari 2024   02:28 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Taslim, sopir truk pengangkut pasir (kiri), dibantu dengan murid yang sudah senior, mengajari anak-anak di kawasan Desa Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten, belajar mengaji, Sabtu (16/4/2022). (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Banyak masyarakat (muslim) mungkin tidak menyadari bahwa peran guru ngaji cukup mendasar. Guru ngaji tidak semata-mata mengajarkan kemampuan membaca Al Quran. Mereka juga mengajarkan aspek sederhana tentang banyak hal tetapi bersifat fundamental. 

Saya ingat bagaimana guru ngaji saya mengajarkan etika kepada sesama, seperti, sikap kepada orangtua, cara melintas saat orang sedang duduk, atau cara bergaul dan berkomunikasi dengan teman-teman. 

Orangtua selalu mengajarkan agar berpamitan dan bersalaman jika hendak pergi ke sekolah atau mengaji. Begitupun saat kembali ke rumah. Guru ngaji kemudian berperan membentuk kebiasaan luhur itu sampai anak-anak tumbuh remaja. Kebiasaan itu selanjutnya mengalami internalisasi sampai dewasa.

Orangtua mengajarkan agar tidak melakukan perundungan--perilaku yang saat ini mewarnai kehidupan sosial kita. Guru ngaji menegaskan bahwa menyebut teman dengan mengacu kepada bentuk fisik merupakan salah satu larangan agama. 

Guru ngaji secara konsisten mengingatkan bahwa berkata "Uup!" kepada orangtua merupakan bentuk ketidaksopanan. Bisa jadi ini juga termasuk perundungan verbal kepada orangtua.

Saat makan orangtua meyakinkan anak-anaknya agar menghabiskan makanan sehingga tidak ada yang sia-sia atau terbuang percuma. Guru ngaji memperkuat keyakinan anak-anak bahwa setiap kesia-siaan yang disengaja itu sama saja menjalin hubungan dengan setan.

Pendeknya, guru ngaji tidak saja mengajarkan ibadah tetapi juga menanamkan etika kepada sesama, cara memperlakukan makanan, dan bahkan lingkungan.

Guru ngaji kerap bercerita tentang kisah para nabi dengan berbagai mukjizat yang mereka miliki. Saya masih ingat kisah Nabi Isa yang dapat menghidupkan orang yang telah meninggal dunia, Nabi Musa AS yang mampu membelah lautan, atau Yunus AS yang mampu bertahan dalam perut ikan, menurut sebuah riwayat, selama 40 hari. 

Saya juga masih teringat kisah Muhammad SAW yang sanggup membelah bulan, melakukan Isra' dan Mi'raj, dan, tentu saja, Al Quran yang diyakini sebagai mukjizat terbesarnya.

Lebih dari itu, mukjizat besar para nabi bagi kehidupan manusia tentu saja bukan semata-mata tentang kekuatan dan keajaiban melainkan juga mukjizat berupa kesabaran, ketulusan, kebijaksanaan, kejujuran, empati, dan berbagai nilai kebajikan lainnya. 

Jika dihubungkan dengan kurikulum formal, bagi siswa beragama Islam, keberadaan guru ngaji sangat membantu pendalaman terhadap pemahaman mata pelajaran Agama di sekolah yang berdurasi sekitar 3-4 jam per minggu.

Apresiasi terhadap Guru Ngaji

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun