Berawal dari sebutir nasi, seiris apel, atau sekerat daging, jika dibuang secara sia-sia oleh orang satu kampung, satu kelurahan, atau satu negara dapat berakibat dampak yang tidak terbayangkan.
Kita tidak saja menyia-nyiakan sumber energi tetapi juga memberikan dampak lingkungan yang cukup signifikan bagi lingkungan global.
Menyelamatkan makanan yang terbuang
Menghentikan secara total kebiasaan menghasilkan makanan sisa mungkin agak sulit. Namun paling tidak, yang dapat dilakukan adalah mengurangi kebiasaan itu. Untuk itu penting bagi sebuah keluarga untuk melakukan pengelolaan makanan secara bijaksana dan terukur.
Mengurangi kebiasaan buruk membuang makanan juga dapat dimulai dengan membeli makanan sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk makanan yang tidak tahan lama, seperti sayur dan buah-buahan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memasak makanan secukupnya atau sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga.
Melakukan pengomposan sisa makanan juga merupakan salah satu cara menghindari makanan terbuang percuma. Di kampung saya, salah satu cara yang kerap dilakukan adalah dengan memberi makanan sisa kepada unggas peliharaan. Itu sebabnya, sebagian keluarga biasanya selalu memiliki beberapa ekor hewan peliharaan seperti ayam atau itik agar makanan sisa tidak terbuang percuma.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, istri saya juga terlihat mengeringkan makanan sisa dengan cara dijemur. Saya kerap melihatnya menjemur nasi dan sisa makanan lain yang telah menjamur. Usut punya usut, ternyata makanan yang telah dikeringkan itu dijual kepada pengepul dari kampung sebelah yang datang setiap dua atau tiga hari.
Lombok Timur, 28 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya