Sore yang cerah. Awan tipis termangu di bawah biru langit sore. Sinar matahari menghamparkan kehangatannya ke setiap jengkal tanah terbuka. Sebagian sinarnya menerpa rerumputan dan tenda perkemahan di halaman sekolah itu. Sebagian lagi terhalang rimbun pepohonan yang tumbuh di bukit belakang sekolah.
Jumat sore, 8 Desember 2023, kegiatan jambore Pramuka penggalang peserta kemah sudah check in di lokasi perkemahan. Tenda-tenda berukuran besar dan berukuran kecil telah berdiri saat azan ashar dikumandangkan.
Lokasi Kegiatan dipusatkan di halaman SD Negeri 1 Rarang Batas, Kecamatan Terara, Lombok Timur, NTB. Sebuah lokasi yang terletak di perbatasan Lombok Timur dan Lombok Tengah. Tempat ini dapat dijangkau dengan kendaraan melalui jalan desa setempat tetapi agak sulit terhubung jaringan internet.
Sebuah suara dari corong speaker menggema mengingatkan peserta agar bersiap-siap untuk menunaikan shalat ashar. Sejumlah siswa tampak bergegas menuju kran yang terpasang di salah satu sisi halaman sekolah untuk mengambil air wudu.
Beberapa bendera merah putih dan bendera dengan gambar tunas kelapa terlihat berkibar lembut ditiup angin sore yang terasa bersahabat. Kibaran bendera itu bagai lambaian tangan yang mengisyaratkan kepada peserta untuk segera mengikuti himbauan panitia.
Dua malam siswa yang berasal dari 5 sekolah (pangkalan) mengikuti Jambore Pramuka tingkat gugus bersama pembina dan pelatih mereka.
Pembukaan jambore dimulai sekitar pukul 16.00. Hadir dalam pembukaan itu ketua kwartir ranting Pramuka setempat. Pembukaan kegiatan berlangsung khidmat. Semua petugas upacara menjalankan tugasnya dengan baik.
Menghilangkan kejenuhan
Peserta yang terdiri dari Pramuka penggalang itu tampak berseri dan penuh semangat. Ekspresi wajah mereka menunjukkan betapa momentum seperti itu menjadi bagian yang paling menyenangkan.
Bibir anak-anak itu mengulum senyum keceriaan. Senyum itu seperti ekspresi kebebasan dari kejenuhan aktivitas akademik yang mendera mereka setiap pagi. Berada di lokasi jambore membuat mereka menemukan ruang interaksi yang berbeda, menarik, dan menyenangkan.
Sehari-hari mereka mengikuti ritual pembelajaran konvensional (intrakurikuler) dalam ruang kelas. Aktivitas rutin itu membuat anak-anak dihadapkan pada suasana yang relatif kaku dengan situasi yang monoton.
Jambore ini hanya sebuah aktivitas dalam lingkup kecil. Namun, momentum ini membuat mereka menemukan ruang baru yang menyegarkan pikiran dan perasaan.
Di sini mereka dapat bergerak bebas, bercanda bersama, menyanyi, melakukan permainan yang menantang, menjelajah alam, dan berbagai aktivitas yang menghibur.
Melalui jambore anak-anak polos itu dapat menanggalkan semua beban akademik, lebih-lebih setelah seminggu berhadapan soal-soal penilaian akhir semester. Jambore gugus diharapkan dapat me-refresh pikiran anak-anak setelah berkutat dengan kerja kognitif yang relatif melelahkan.
Bersosialisasi
"Berkumpul dan bersatu padu mengakhiri bullying melalui gerakan pramuka."
Kalimat di atas merupakan tema yang diusung sebagai upaya mencegah kekerasan di dunia pendidikan yang selama ini masih marak terjadi.
Mencegah bullying berarti membentuk kesadaran tentang kehidupan kolektif yang aman, nyaman, dan rukun dengan sesama. Momentum jambore tersebut menjadi sebuah langkah kecil untuk mencegah terjadinya 3 dosa besar dalam dunia pendidikan. Tidak saja bullying tetapi juga kekerasan dan intoleransi.
Di lokasi jambore, peserta tidak saja berjumpa dengan wajah-wajah yang mereka temui setiap hari di sekolah. Di sini mereka bersosialisasi, berinteraksi, bermain, berjumpa teman baru, dan menemukan lingkungan baru. Siswa juga berkenalan dengan pelatih dan pembina dari sekolah lain.
Sejauh ini hubungan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain kerap mengalami kesenjangan. Ini berpotensi adanya persaingan tidak sehat antar peserta didik dari sekolah yang berbeda.
Melalui jambore anak-anak itu diharapkan dapat bersosialisasi, membangun kebersamaan, dan menjalin hubungan yang lebih positif. Kesempatan bersosialisasi itu diharapkan dapat mempererat hubungan emosional dan saling mengenal satu sama lain sehingga dapat menumbuhkan persahabatan. Ini akan mencegah kekerasan antar sekolah dan meminimalisasi perilaku perundungan.
Jambore tingkat gugus tidak sebesar jambore ranting, cabang, apalagi nasional. Pesertanya hanya 5 sekolah. Namun itu sudah cukup memperluas jaringan interaksi bagi anak-anak seusia pramuka penggalang untuk bersosialisasi.
Saat pemasangan tenda pada hari pertama, setiap kelompok bekerja bersama kelompok lain secara berdampingan dari sekolah yang berbeda. Mereka berkenalan, saling bertegur sapa, saling meminjam peralatan jika dibutuhkan.
Mereka juga berbagi makanan dan minuman. Ini mengajarkan mereka nilai kehidupan sosial dalam pergaulan masyarakat yang sebenarnya kelak setelah tumbuh dewasa dan beranak pinak.
Setelah pembukaan, kegiatan diwarnai dengan keakraban. Masing-masing regu memperkenalkan diri melalui yel-yel khas mereka. Setiap regu di bawah kendali pemimpinnya memperkenalkan identitas kelompok mereka dengan aksi-aksi yang unik.
Satu hal yang penting adalah penanaman nilai dasa darma Pramuka yang pertama, Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu ada shalat berjamaah setiap kali waktu shalat tiba.
Anak-anak berbaur dalam shaf, sujud dan ruku' bersama, berdoa di bawah satu imam, dan bersalam-salaman. Shalat berjamaah tidak saja tentang ekspresi keimanan tetapi juga salah satu cara berbaur dalam kebersamaan tanpa sekat dan atribut yang disamdang.
Saat istirahat mereka tidak ragu untuk memulai percakapan dengan rekan-rekan baru. Di arena jambore mereka saling bercerita dan berbagi pengalamannya. Ini menumbuhkan hubungan yang lebih kuat. Dalam jambore mereka saling menyemangati, memotivasi, dan saling memberikan apresiasi.
Menumbuhkan Kreativitas
Jambore bukan hanya ajang kumpul-kumpul, makan, bincang-bincang, dan tidur saat kantuk sudah menyerang. Kegiatan ini memberikan kesempatan peserta untuk berkreasi. Salah satunya pentas seni.
Untuk itu panitia menyiapkan panggung sederhana bagi peserta untuk menunjukkan kreativitasnya. Mereka diberikan kebebasan menunjukkan kemampuan dan bakatnya. Tidak ada ketentuan. Mereka bebas berekspresi. Ada tari, puisi, dan pantomim.
Bagian menarik dari aksi panggung ini adalah tema pantomim dari salah satu sekolah yang membawa pesan tentang dampak kerusakan hutan. Dua siswa memainkan pantomim dengan penuh penghayatan.
Sebuah lakon bisu yang mempertontonkan ulah manusia yang mengakibatkan kerusakan hutan. Di ujung cerita sepasang kupu-kupu terbang lemah mencari keindahan bunga-bunga hutan di antara puing-puing kebakaran.
Ini bagian paling menyentuh dari keseluruhan aksi. Kupu-kupu itu mewakili kepedihan penghuni hutan dan tentu saja manusia yang merasa kehilangan bagian penting dari kehidupan semesta.
Bagian akhir dari olah kreativitas dalam jambore tersebut adalah hasta karya dengan pengolahan sampah. Setiap sekolah atau pangkalan menunjukkan kreasinya untuk memanfaatkan bahan-bahan sisa (plastik, kertas, kardus, dan bahan lainnya) untuk menghasilkan karya baru yang bermanfaat.
Beberapa kegiatan terkait kepramukaan menjadi bagian penting dalam jambore ini. Kegiatan jelajah alam, baris berbaris, dan pionering. Semua itu merupakan kecakapan teknik yang harus dikuasai anggota pramuka.
Hari terakhir, Minggu, 10 Desember 2023, peserta tampak mulai dirundung keletihan. Dengan energi yang masih tersisa, kegiatan diakhiri dengan penutupan. Sebagai bentuk tanggung jawab, peserta secara bergotong royong membersihkan lingkungan sebelum meninggalkan arena jambore.
Lombok Timur, 11 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H