Jambore ini hanya sebuah aktivitas dalam lingkup kecil. Namun, momentum ini membuat mereka menemukan ruang baru yang menyegarkan pikiran dan perasaan.
Di sini mereka dapat bergerak bebas, bercanda bersama, menyanyi, melakukan permainan yang menantang, menjelajah alam, dan berbagai aktivitas yang menghibur.
Melalui jambore anak-anak polos itu dapat menanggalkan semua beban akademik, lebih-lebih setelah seminggu berhadapan soal-soal penilaian akhir semester. Jambore gugus diharapkan dapat me-refresh pikiran anak-anak setelah berkutat dengan kerja kognitif yang relatif melelahkan.
Bersosialisasi
"Berkumpul dan bersatu padu mengakhiri bullying melalui gerakan pramuka."
Kalimat di atas merupakan tema yang diusung sebagai upaya mencegah kekerasan di dunia pendidikan yang selama ini masih marak terjadi.
Mencegah bullying berarti membentuk kesadaran tentang kehidupan kolektif yang aman, nyaman, dan rukun dengan sesama. Momentum jambore tersebut menjadi sebuah langkah kecil untuk mencegah terjadinya 3 dosa besar dalam dunia pendidikan. Tidak saja bullying tetapi juga kekerasan dan intoleransi.
Di lokasi jambore, peserta tidak saja berjumpa dengan wajah-wajah yang mereka temui setiap hari di sekolah. Di sini mereka bersosialisasi, berinteraksi, bermain, berjumpa teman baru, dan menemukan lingkungan baru. Siswa juga berkenalan dengan pelatih dan pembina dari sekolah lain.
Sejauh ini hubungan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain kerap mengalami kesenjangan. Ini berpotensi adanya persaingan tidak sehat antar peserta didik dari sekolah yang berbeda.
Melalui jambore anak-anak itu diharapkan dapat bersosialisasi, membangun kebersamaan, dan menjalin hubungan yang lebih positif. Kesempatan bersosialisasi itu diharapkan dapat mempererat hubungan emosional dan saling mengenal satu sama lain sehingga dapat menumbuhkan persahabatan. Ini akan mencegah kekerasan antar sekolah dan meminimalisasi perilaku perundungan.
Jambore tingkat gugus tidak sebesar jambore ranting, cabang, apalagi nasional. Pesertanya hanya 5 sekolah. Namun itu sudah cukup memperluas jaringan interaksi bagi anak-anak seusia pramuka penggalang untuk bersosialisasi.
Saat pemasangan tenda pada hari pertama, setiap kelompok bekerja bersama kelompok lain secara berdampingan dari sekolah yang berbeda. Mereka berkenalan, saling bertegur sapa, saling meminjam peralatan jika dibutuhkan.
Mereka juga berbagi makanan dan minuman. Ini mengajarkan mereka nilai kehidupan sosial dalam pergaulan masyarakat yang sebenarnya kelak setelah tumbuh dewasa dan beranak pinak.