Menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Melalui tulisan kita dapat menumpahkan pikiran-pikiran kusut, mengurai kegelisahan, atau menggambarkan kecamuk perasaan yang tidak menentu. Dengan tulisan kita dapat membuat narasi tentang ketenangan, "meramaikan" damainya kesenyapan, atau bercerita tentang sebuah momentum paling berkesan yang membuat sepotong perubahan paling berarti dalam kehidupan kita.
Menulis merupakan cara kita berbagi, menyebarkan kebaikan, dan mewariskan ilmu pengetahuan. Dengan tulisan kita melanggengkan nilai-nilai sosial, budaya, moral, dan nilai-nilai kemanusiaan kita. Menulis adalah cara kita mempersuasi orang lain tentang idealisme, cara pandang, dan pikiran-pikiran yang kita yakini kebenarannya.
Hari ini kita mengenal pemikir besar di masa lampau melalui tulisan-tulisan yang mereka wariskan. Sebut saja para pemikir Yunani kuno dari abad ke 4 sebelum masehi, seperti, Plato, Socrates, dan Aristoteles.
Ada ajaran Buddha, beberapa abad SM, yang menempatkan Nirwana sebagai sebuah kondisi saat seorang Buddhis telah memiliki pemikiran yang jernih, terbebas dari segala sifat buruk dan kegelapan batin. (Sumber: Binus)
Sang Buddha memang tidak menulisnya tetapi berabad-abad setelah hembusan nafas terakhirnya, petuahnya tentang kebajikan ditulis dan dibukukan pengikutnya untuk menjaga kemurnian ajarannya.
Para penganut Marxisme tentu sangat familiar dan mengimani keyakinan Karl Marx tentang "agama adalah candu masyarakat". Saya hanya sedikit paham tentang pemikiran yang didasari materialisme itu. Namun, satu hal yang jelas bahwa pikiran Marx tersebar setelah dia menuliskannya.
Ada Injil yang menjadi pondasi kehidupan umat Kristiani yang ditulis antara 30-60 tahun setelah wafatnya Yesus. {sumber Alkitab}
Al-Qur'an yang diyakini sebagai wahyu Allah SWT diturunkan kepada Muhammad SAW, awalnya ditulis dengan media pelepah kurma, permukaan batu cadas, dan tulang-tulang unta yang terserak. Pada masa kekhalifahan, serakan Al-Qur'aun itu kemudian ditranformasi menjadi mushaf seperti yang dikenal umat Islam saat ini.
Dua kitab agama besar itu tetap bertahan selama berabad-abad karena ditulis dan dibukukan.
Contoh di atas hanya sebagian kecil dari hamparan kenyataan bagaimana tulisan itu mempengaruhi peradaban dari waktu ke waktu. Kita mungkin tidak dapat menjangkau kemampuan berfikir Plato, Sokrates, Atau Aristoteles.