Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Asesmen Pembelajaran Membangun Growth Mindset?

20 Oktober 2023   00:11 Diperbarui: 31 Oktober 2023   22:23 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Siswa kelas 8 mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di SMP Negeri 10 Batam. (TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO)

Hasil asesmen digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka membantu siswa menguasai capaian pembelajaran yang diharapkan.

Ilustrasi Asesmen Pembelajaran (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi Asesmen Pembelajaran (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)

Asesmen ditempatkan sebagai bukti untuk memahami proses pembelajaran yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan. Asesmen berfungsi untuk mengumpulkan data kemajuan belajar peserta didik, mencari informasi tentang bagaimana keterlibatan peserta didik dalam proses belajar, topik yang sudah dipahami, atau kompetensi yang sudah dikuasai peserta didik. Hasil asesmen itu kemudian menjadi bahan refleksi guru untuk memperbaiki kinerjanya dalam pelaksanaan pembelajaran. 

Hasil asesmen pada saat yang sama mendorong siswa berusaha memahami kemampuan dirinya dalam belajar. Pemahaman itu merupakan sebuah titik yang memberikan gambaran kepada peserta didik sejauh mana pemahamannya tentang suatu konten dan penguasaannya terhadap kompetensi. 

Hasil asesmen bagi peserta didik merupakan sebuah pijakan tentang hal-hal yang harus dipelajari, dilatih, dan perlu dikembangkan lebih jauh.

Hasil asesmen memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan refleksi atas pengalaman belajarnya. Hasil asesmen tersebut kemudian menjadi daya dorong bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan membangun pola pikir berkembang (growth mindset). 

Growth mindset pertama kali dicetuskan oleh Carol S. Dweck, seorang psikolog di Stanford University. Dweck membuat dikotomi pola pikir manusia menjadi dua kelompok, yaitu growth mindset (pola pikir berkembang) dan fixed mindset (pola pikir tetap).

Dweck percaya bahwa keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh kecenderungan yang kuat untuk berkembang. Dia meyakini bahwa kegagalan bukanlah tanda ketidakmampuan. Keyakinan ini berlawanan dengan fixed mindset yang menganggap kegagalan sebagai ketidakmampuan.

Para penganut growth mindset menyadari bahwa kecerdasan bawaan hanya sebuah awal. Kecerdasan bawaan sama seperti otot bisa tumbuh dan berkembang melalui latihan. Setiap orang memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui proses belajar, berusaha, dan berlatih. 

Membangun pola pikir bertumbuh (growth mindset) melalui asesmen pembelajaran dapat menjadi proses yang sangat bermanfaat dalam membantu siswa mengembangkan keyakinan bahwa kemampuan mereka dapat berkembang melalui usaha dan belajar. 

1. Promosikan Kesalahan sebagai Kesempatan untuk Belajar

Setiap orang sepakat bahwa setiap tindakan tidak selalu mendapatkan hasil yang diharapkan. Kesalahan dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Kesalahan bukan sesuatu yang harus ditabukan. Kesalahan adalah cara alami manusia untuk memahami dan mengingat informasi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun