Setiap orang memiliki identitas, sesuatu yang kerap dihubungkan dengan jati diri individu. Identitas juga dikaitkan dengan informasi pribadi atau biodata seseorang.
Setiap individu memiliki identitas yang tidak selalu sama, bahkan dua orang kembar sekalipun dapat dipastikan memiliki identitas yang berbeda. Dua orang kembar lahir dari rahim dan pada hari yang sama tetapi mereka berbeda jam atau mendapat nama yang berbeda dari orang tuanya. Saat tumbuh besar dua kembar akan mengalami perkembangan yang berbeda. Mereka akan memiliki perangai, kebiasaan, cita-cita, dan arah hidup yang berbeda. Ini hanya sebagian identitas yang membedakan individu satu sama lain.
Identitas tidak saja bersifat individual tetapi juga bersifat kolektif. Identitas secara kolektif mengingatkan kita pada identitas Nasional sebagai Bangsa Indonesia, negara kepulauan, bahasa resmi, dasar negara Pancasila, atau sebagai salah satu negara berpenduduk terpadat. Pada lingkup lokal, identitas kolektif itu ditandai dengan bahasa daerah, suku, atau tradisi, dan berbagai karakteristik lokal lainnya.
Berbicara tentang identitas mungkin tidak cukup dibahas dalam artikel pendek ini. Satu hal yang dapat dipastikan bahwa identitas seseorang ditentukan oleh kehidupan lingkungan alam, sosial, budaya, pendidikan, profesi, suku, agama, ras, dan sebagainya.
Identitas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan seseorang. Jika penduduk Indonesia saat ini menyentuh angka 278 juta lebih, angka itu juga menunjukkan identitas individu yang ada di negeri ini.
Dilansir dari LIPUTAN 6, menurut sensus BPJS 2010, Indonesia didiami 1.340 suku. Artinya, ada sejumlah itu identitas kesukuan yang tersebar di Nusantara. Komisi Pemilihan Umum. mengumumkan bahwa ada 24 partai yang memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu 2024. Ini juga menunjukkan bahwa ada 24 identitas politik yang membedakan masyarakat pemilih di Indonesia.
Fakta identitas itu menunjukkan adanya keberagaman yang membuat kita dapat saling mengenal satu sama lain. Kita dapat mengatakan bahwa tidak mungkin ada kesamaan identitas absolut. Kita dapat membayangkan secara sederhana, "Jika kita semua dilahirkan dengan wajah yang sama, kita akan mengalami kesulitan saling mengenal karena tidak dapat membedakan seseorang dengan orang lain."
Dalam kehidupan bersama perbedaan identitas acapkali menimbulkan permasalahan. Terutama ketika identitas itu sudah menyentuh wilayah kehidupan mendasar dan sensitif, seperti, SARA. Banyak kasus identitas dalam konteks SARA menimbulkan kekacauan sosial.
Sejauh ini beragam pemahaman tentang identitas kerap kali dilihat dari satu sudut pandang semata. Padahal identitas itu dapat diurai dalam banyak perspektif. Untuk Mari kita samakan pemahaman yang jelas tentang identitas
1. Setiap orang memiliki multi identitas.
Identitas yang dimiliki setiap individu tidak tunggal. Seseorang memiliki identitas beragam dan sangat tergantung pada konteksnya. Saya memiliki identitas sebagai guru ketika berada di lingkungan sekolah. Ketika pulang ke rumah identitas saya akan berubah menjadi seorang ayah atau suami. Saat berkumpul dengan saudara saya identitas saya berubah lagi menjadi kakak atau adik dan menjadi seorang anak saat berhadapan dengan orang tua saya.
Seseorang bisa jadi memiliki identitas sebagai direktur, tetapi di bawah kepemimpinan seorang ketua RT, dia adalah seorang warga negara, anggota masyarakat sebuah banjar atau pemukiman.
Adanya multi identitas itu sudah menjadi pengetahuan umum. Akan tetapi, banyak orang tidak dapat menempatkan identitasnya sesuai konteks yang dia jalani. Ada orang yang memiliki identitas dengan peran yang pada dirinya melekat kekuatan dan kekuasaan dalam situasi tertentu. Peran itu kemudian dibawa ke dalam situasi yang berbeda.
Tidak jarang kita menemukan adanya yang oknum membawa identitas kekuasaannya saat memasuki ruang publik dan minta dilayani melebihi orang lain. Bahkan orang-orang tertentu yang merasa berada di lingkaran kekuasaan kadangkala melakukan tindakan tidak terpuji.
Kanal YouTube Tribunnews baru-baru ini menayangkan sikap konyol dan angkuh seorang sopir yang membawa mobil dinas melintasi jalan yang baru saja dicor sekelompok warga. Perilaku ini kemungkinan besar dipicu oleh cara pandang yang salah tentang identitas. Bisa jadi sopir itu beranggapan boleh melakukan tindakan itu karena dia sedang membawa kendaraan pejabat.
2. Sifat Identitas
Sifat identitas dalam hal ini menyangkut tiga hal. Pertama, identitas yang bersifat permanen dan tidak permanen.
Identitas permanen merupakan identitas yang tidak dapat diubah. "Identitas permanen" mengacu pada informasi atau atribut yang melekat pada seseorang atau sesuatu dan tidak berubah seiring waktu.
Identitas permanen bisa merujuk pada atribut yang sangat mendasar dan jarang berubah sepanjang hidup seseorang. Ini bisa meliputi hal-hal seperti nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, nomor KTP (Kartu Tanda Penduduk), nomor paspor, dan hal-hal lain yang mengidentifikasi secara unik seseorang.
Identitas permanen lainnya bisa mengacu kepada ciri-ciri fisik, seperti, jenis rambut (ikal, lurus), warna kulit, bentuk hidung. Identitas lain yang bersifat permanen yaitu, identitas suku dan ras. Sejauh apapun saya pergi meninggalkan kampung halaman saya, identitas saya sebagai suku Sasak tetap akan melekat. Warna kulit saya tidak akan mengalami perubahan walaupun melakukan petualangan ke berbagai benua. Demikian juga dengan sifat bawaan saya
Di samping identitas permanen dan ada yang bisa berubah. Sebuah identitas bisa mengalami perubahan. Ini bisa terjadi sebagai konsekuensi dari proses interaksi, proses belajar dan dan usaha. Melalui proses belajar dan berusaha identitas seseorang bisa mengalami perubahan dalam perjalanan waktu.
Dalam masa pendidikan, identitas seseorang dalam periode tertentu dapat menjadi pelajar dan mahasiswa. Pada fase berikutnya dia bisa berubah menjadi pekerja, direktur, atau seorang manajer.
Dewasa ini perubahan identitas itu sangat dinamis. Hari ini seseorang bisa saja seorang akademisi. Dalam periode berikutnya dia bisa melompat ke area politik.
Identitas setidaknya terbentuk dari tiga hal pertama identitas yang dibawa sejak lahir, seperti, jenis kelamin, potensi, atau ka
Kedua identitas yang kita bentuk sendiri. Identitas ini merupakan hasil dari proses belajar dan berusaha. Proses belajar menghasilkan identitas intelektual. Latihan tubuh melahirkan kecakapan dan bentuk fisik tertentu.
Ketiga identitas yang diberikan lingkungan. Ini merupakan identitas yang dimiliki seseorang sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Interaksi itu akan membentuk identitas budaya, sosial. Misalnya, penyematan tokoh masyarakat sebagai kyai atau tuan guru yang diberikan masyarakat karena seseorang memiliki pengetahuan agama yang cukup.
3. Tidak ada identitas yang lebih unggul atau lebih rendah
Identitas, sejauh menunjukkan hal positif, pada dasarnya memiliki nilai kesetaraan yang sama. Jika berbicara tentang kesetaaraan manusia, apapun kategorinya tidak ada sebuah identitas yang lebih unggul atau lebih rendah dari identitas yang lain. Dalam konteks ini identitas yang bersifat negatif tidak dibahas.
Sebagai ilistrasi, kesetaraan identitas di sebuah lingkungan sekolah. Guru atau pendidik mungkin memiliki perbedaan status kepegawaian, ASN atau honorer. Di antara pendidik atau peserta didik bisa jadi memiliki latar belakang agama, suku, atau status ekonomi yang beragam.
Perbedaan identitas itu tentu tidak membuat adanya dikotomi identitas unggul atau rendah. Pada titik inilah pentingnya setiap orang memiliki kesadaran untuk saling menghargai satu sama lain di tengah perbedaan.
Persamaan dan perbedaan identitas
Di kampus ada identitas mahasiswa dengan populasi paling banyak. Namun, pada saat yang sama mereka bisa datang dengan latar belakang jurusan, asal daerah, agama, kondisi ekonomi, sosial, dan budaya yang beragam.
Ini menunjukkan bahwa selalu ada kesamaan dan perbedaan identitas. Perbedaan identitas tersebut akan memperkaya wawasan dan persepsi kita tentang perbedaan. Adanya perbedaan memungkinkan kita untuk belajar dari pengalaman dan perspektif orang lain.
Perbedaan memungkinkan kita belajar banyak hal sehingga membuat kita menjadi dewasa dalam menjalani kehidupan bersama. Menyadari perbedaan identitas membantu mendorong terbentuknya masyarakat yang inklusif dan beragam. Kesadaran akan perbedaan identitas akan menumbuhkan rasa toleransi dalam keberagaman. Hal ini akan sangat membantu pertumbuhan pribadi dan intelektual yang lebih baik.
Kesadaran akan perbedaan identitas membuat kita dapat belajar mengelola konflik secara bijak dan membangun pengalaman belajar berharga, terutama dalam menghadapi perbedaan dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam interaksi sehari-hari.
Adanya persepsi yang berbeda tentang identitas
Adanya multi identitas yang melekat pada diri seseorang membuatnya harus membuat pilihan tentang identitas yang dianggap paling penting. Seorang peserta didik, menganggap kegiatan ekstrakurikuler lebih penting dan menyenangkan daripada belajar intarkurikuler yang menguras pikiran.
Di kampus, ada mahasiswa yang menganggap lebih asyik dan lebih penting mengikuti kegiatan organisasi kampus tinimbang menyelesaikan tuntutan akademiknya. Atau di sekolah saya, seorang anak lebih antusias mengikuti kegiatan sanggar dibanding mengikuti pelajaran di kelas yang mungkin baginya sangat membosankan.
Ilustrasi lain misalnya, di kampung saya beberapa orang tua menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Bisa jadi mereka menganggap bahasa Indonesia lebih penting daripada bahasa daerah.
Setiap orang memiliki identitas agama, budaya, sosial, dan identitas lainnya. Persepsi setiap orang tentang identitas itu berbeda. Ada yang menganggap identitas agama lebih penting daripada identitas budaya sehingga akan tampil dengan pakaian dan aktivitas lebih religius.
Yang lain akan menganggap identitas agama sebagai sesuatu yang tidak penting tetapi agama bukan satu-satunya identitas yang harus ditampilkan. Mereka akan mengabungkan identitas agama dan budaya sebagai karakteristis pribadinya.
Saya sendiri lebih cenderung menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan anak-anak. Hal ini bukan berarti bahwa saya tidak menganggap penting penguasaan bahasa Indonesia oleh anak-anak. Namun, era informasi saat ini membuat anak-anak tergolong cepat memahami bahasa Indonesia dengan keberadaan gawai di tangan mereka.
Adanya perbedaan persepsi itu bukanlah hal sesuatu yang harus dipersoalkan. Hal yang lebih penting dari perbedaan itu adalah saling menghargai.
6. Cara pandang yang salah tentang identitas
Masih banyak di antara kita memandang identitas dengan cara yang salah. Sebagian orang membanggakan identitas dengan cara yang berlebihan. Hal ini membuat kita memandang orang lain berada pada posisi subordinat.
Cara pandang ini membuat kita memandang kerdil orang lain yang memicu timbulnya diskriminasi dan perlakuan yang tidak sama kepada sesama. Hal ini tidak saja terlihat pada perilaku individual tetapi juga bersifat sosial.
Cara padang yang salah tentang identias juga membuat seseorang menjadi pribadi yang minder. Hal ini membuat seseorang sulit bergaul dan terbuka kepada orang lain. Cara pandang ini pula yang membuat kita tidak dapat tumbuh menjadi peribadi yang dinamis.
Pembelaan berlebihan pada identitas
Fanatisme terhadap sesuatu telah banyak membuktikan rapuhnya seseorang secara emosional. Ketika orang lain menyentuh identitas yang dianggap paling berharga seringkali membuat kita tidak terkendali. Sudah banyak kasus kekerasan di dunia ini di mana kekerasan disebabkan oleh pembelaan berlebihan terhadap identitas.
Sejarah menunjukkan bagaimana kelompok atau gerakan yang meyakini ras kulit putih sebagai ras yang terbaik. Keyakinan tersebut mendorong terjadinya kekerasan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Fanatisme yang salah tentang cara beragama juga menjadi cerita konflik sosial yang sering terjadi.
Fanatisme terhadap klub bola merupakan sisi lain dari pembelaan identitas secara berlebihan. Hooliganisme sepak bola merupakan bukti paham kekacauan yang dilakukan oleh penggemar sepak bola yang terlalu fanatik.
Di dalam negeri kita kerap menyaksikan bentrokan supprter fanatik yang tidak jarang menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.
Identitas memang mutlak dan penting sebagai ciri khas kita secara individu dan secara sosial. Dengan identitas orang akan mengenal siapa diri kita. Identitas mewakili status sosial, mereperesentasi budaya yang kita miliki, bahkan keyakinan yang kita anut. Namun di balik identitas itu yang paling penting adalah menjunjung tinggi identitas kemanusiaan yang ditandai penghargaan terhadap perbedaan, kasih sayang tulus, dan cinta universa.
Lombok Timur, 15 Agustus 2023
catatan:
Artikel ini dikembangkan link video berjudul 7 Pemahaman yang Pas tentang Identitas. Video ini merupakan salah satu materi pelatihan mandiri pada Platform Merdeka Mengajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H