Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka

2 Agustus 2023   21:53 Diperbarui: 2 Agustus 2023   22:22 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kegiatan Workshop (Sumber Dokpri)

Dari sini kemudian saya mengajak peserta masuk ke topik umum yaitu Kurikulum Merdeka. Pertanyaan penting dari materi ini yaitu, "Mengapa kurikulum harus berubah?" Pertanyaan ini menjadi pemantik untuk meluruskan opini yang berkembang tentang perubahan kurikulum. "Ganti menteri ganti kurikulum" merupakan stigma yang sedikit banyak menjadi batu sandungan cara berpikir tentang perubahan tersebut.

Untuk membuka cara berfikir yang lebih luas saya memberikan umpan balik tentang perubahan kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Hasil umpan balik itu menggambarkan bahwa peserta menyadari ada banyak perubahan; Pertumbuhan penduduk, teknologi yang berkembang, profesi yang semakin beragam, gaya hidup, kebiasaan, sampai kebutuhan hidup yang makin kompleks. Perubahan itu tidak saja terjadi ada satu bidang tetapi pada semua sisi yang menyentuh kehidupan manusia.

Gagasan tentang perubahan itu membawa pemahaman peserta bahwa dunia pendidikan juga mau tidak mau harus melakukan perubahan. Salah satunya perubahan kurikulum. Sebagai ilustrasi, pendidik saat ini menghadapi anak-anak yang dibesarkan dalam teknologi informasi. 

Generasi saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Anak-anak saat ini dibentuk oleh sebuah kekuatan baru bernama teknologi digital. Teknologi digital juga menjadi semacam umpan bagi perkembangan teknologi di berbagai bidang. Kondisi ini berimplikasi pada perkembangan pendekatan pembelajaran, kebutuhan belajar, orientasi belajar murid, dan sebagainya.

Perubahan kurikulum juga dipicu oleh perubahan karakteristik anak-anak dari masa ke masa. Pemikiran ini telah diungkapkan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berhubungan dengan lingkungan dan karakter serta potensi diri. Sedangkan kodrat zaman terkait dengan perubahan kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Kodrat zaman inilah yang, secara niscaya menuntut, adanya perubahan kurikulum.

Hari pertama workshop, suasana kegiatan lebih banyak diwarnai dengan ceramah dan tanya jawab. Agar ceramah tidak membosankan saya menyelipkan dengan pengalaman pribadi dan kisah-kisah inspiratif lain yang pernah saya baca. 

Untuk memancing gelak peserta supaya suasana lebih rileks, seringkali saya melontarkan lelucon yang tentu saja tidak meninggalkan esensi kegiatan. Lebih dari itu, saya memberikan kesempatan kepada peserta untuk memandu ice breaking di sela kegiatan agar suasana tetap cair dan menggembirakan.

Hari pertama dan kedua, paling tidak, peserta dapat memahami materi yang meliputi, konsep Kurikulum Merdeka dan pengembangannya, cara menganalisis capaian pembelajaran (CP), cara merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP), dan menentukan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). 

Kemampuan menganalisis CP itu penting agar peserta dapat membedakan elemen pengetahuan dan keterampilan proses yang termuat di dalam kurikulum. CP yang tertuang dalam kurikulum juga disajikan dalam bentuk deskripsi sehingga memerlukan pemahaman teknik menganalisis.

Demikian juga dengan penentuan tujuan pembelajaran. Proses ini memerlukan kerja kolaborasi yang melibatkan 2 orang guru dalam setiap fase pembelajaran. Misalnya pada fase A dengan CP untuk kelas 1 dan 2 melibatkan guru kelas masing-masing yang harus duduk bersama merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kelas. 

Jika memungkinkan perumusan tujuan dapat dilakukan melalui diskusi bersama semua guru pada setiap fase di setiap jenjang satuan pendidikan. Di sekolah dasar, misalnya, kerja kolaborasi ini dapat melibatkan semua guru kelas dalam menyusun tujuan pembelajaran pada setiap fase. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan alur tujuan pembelajaran yang terukur dan terarah. Dengan pola seperti ini, capaian pembelajaran yang diturunkan ke dalam tujuan pembelajaran akan memiliki batas yang lebih jelas pada setiap fase atau kelas. Dengan cara ini pula akan ditemukan garis lurus secara kronologis dalam susunan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) pada dari setiap kelas dan fase pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun