Ada kecenderungan bahwa dalam berita sebuah peristiwa disajikan dengan cara yang dramatis, tokoh dan perilakunya mencolok. Membaca berita sensasional, khususnya, tidak lebih dari menikmati sebuah drama picisan. Akibatnya berita semacam ini membuat kita berjalan-jalan dengan peta risiko yang sepenuhnya salah di kepala kita.
Berita tentang perilaku mesum misalnya, kita melupakan pertanyaan-pertanyaan seperti, mengapa perilaku amoral itu terjadi dalam kehidupan sosial, apa efeknya bagi kehidupan pribadi dan sosial, dan bagaimana mencegahnya. Padahal ini menjadi pertanyaan mendasar dan lebih relevan yang harus dijawab.
Rolf Dobelli dalam theguardian.com dengan nada kontroversi memandang semua berita harus dihindari. Dia menulis
"Intinya adalah: konsumsi berita tidak relevan bagi Anda. Tetapi orang merasa sangat sulit untuk mengenali apa yang relevan. Jauh lebih mudah untuk mengenali apa yang baru. Yang relevan versus yang baru adalah pertempuran mendasar di zaman sekarang."
Saya sendiri tidak setuju jika semua berita dianggap memberi pengaruh buruk dalam kehidupan individu dan sosial. Pandangan Dobelli tentang berita juga dipatahkan oleh Danny Rubin melalui tulisannya dalam huffpost.com.
Kebanggaan Penulis
Menulis sejatinya adalah berbagi kebaikan yang dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Melalui tulisan, secara ideal, seorang penulis bertujuan untuk memberikan efek positif bagi pembaca. Paling tidak penulis menyampaikan kabar tentang kebaikan, keindahan, atau tema-tema positif serupa.
Kebanggaan mendasar seorang penulis adalah ketika tulisannya mendapatkan apresiasi dari banyak orang. Hal ini menjadi salah satu indikator sebuah tulisan memiliki daya tarik bagi pembaca.
Namun apakah semua tulisan yang menarik itu memuat konten yang bermanfaat? Hal ini tentu memerlukan diskusi. Menarik dan bermanfaat merupakan dua hal yang berbeda.
Menarik adalah sesuatu yang membuat seseorang atau sekelompok orang memusatkan perhatiannya terhadap sebuah objek. Dalam konteks tulisan, ketertarikan seseorang pada sebuah topik dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Sekelompok orang bisa tertarik membaca kehidupan pribadi para pesohor, perselingkuhan, berita mesum, perilaku berutal, atau harta kekayaan kaum konglomerat.
Potongan-potongan informasi di Facebook, Instagram, TikTok, dan medsos lainnya akan mendapatkan begitu banyak pengunjung jika menayangkan berita berbau hal-hal serupa.
Sebagian besar kita begitu antusias membagikan dan meneruskan informasi menarik di grup WhatsApp, Facebook, dan media sosial lainnya padahal informasi tersebut tidak memiliki nilai positif apapun terhadap penerimanya.