Ketika terhubung dengan jaringan, seperti biasa pesan whatsApp terus menggelinding ke dalam smartphone di saku saya. Pesan WA, yang ditandai dengan getaran itu, paling banyak masuk ke grup. Dalam kondisi yang sama Kompasianer tentu akan mengalami hal serupa.
Saya mengeluarkan gawai dan membuka pesan-pesan tersebut. Beberapa link tulisan yang masuk memperlihatkan judul yang memuat berita sensasional.
Sebuah link muncul tentang berita mesum yang dilakukan oknum dari sebuah lembaga tertentu. Link berita lainnya tentang ketertarikan seksual sebuah etnis kepada etnis lain. Sementara sebuah link yang berbeda memuat berita dengan konten serupa. Link terakhir ini isinya tentang profesi yang berhubungan dengan layanan birahi.
Tulisan semacam itu dapat ditemukan pada berbagai portal media online maupun media sosial. Tulisan serupa tidak saja dapat ditemukan pada situs media online tidak populer tetapi juga menjadi bahan komodifikasi oleh media arus utama. Media sosial menjadi jalur distribusi paling massif.
Satu hal yang bisa dipastikan bahwa informasi yang memuat berita-berita sensasional akan dibanjiri pengunjung, pembaca, dan daftar panjang respon atau komentar. Ini menjadi kecenderungan banyak orang. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para pegiat jurnalisme dengan pertimbangan rating.
Tulisan yang memuat berita memang penting tetapi banyak berita berseliweran di hadapan kita tentang peristiwa yang tidak memberikan edukasi dan pengaruh positif dalam kehidupan sosial. Banyak informasi yang lalu lalang pada beranda media sosial kita hanya menyajikan peristiwa-peristiwa tidak penting dan sepele.
Sejumlah portal berita dengan topik-topik perilaku amoral, peristiwa kriminal, dan topik sensasional menjejali kesadaran kita setiap hari.
Arus informasi yang begitu deras "memaksa" kita mengkonsumsi pesan-pesan tidak penting dan tidak berhubungan profesi kita, tidak memberikan pengaruh terhadap karir, atau tidak memberikan keuntungan terhadap aktivitas rutin yang kita jalankan.
Banyak berita yang tidak relevan beredar dan tidak memberikan keuntungan atau tidak meningkatkan kapasitas pribadi kita. Alih-alih berpengaruh positif, informasi tersebut malah memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan psikologis kita.
Apa yang relevan?
Dalam perspektif berita mungkin pesan-pesan tersebut dapat dipahami sebagai sebuah kewajaran karena memang salah satu ciri berita adalah laporan peristiwa. Siapa yang terlibat, kapan terjadinya, di mana, kapan, bagaimana kronologinya, lalu akhir kejadian seperti apa, dan seterusnya.