Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ares, Makanan dari Batang Pisang untuk Begawe pada Masyarakat Sasak

2 Juli 2023   10:51 Diperbarui: 10 Agustus 2023   15:25 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jukut ares, makanan khas Bali terbuat dari batang pohon pisang muda. (sumber: SHUTTERSTOCK/RAMANTARA via kompas.com)

Ares merupakan makanan khas Suku Sasak. Kuliner ini tergolong masakan yang menjadi menu wajib pada acara begawe (pesta). 

Begawe merujuk kepada acara pesta pernikahan, sunatan, acara syukuran, selamatan, sembilan hari kematian, atau acara lain yang mengundang orang banyak.

Begawe pada dasarnya berasal dari kata dasar gawe, artinya "kerja". Kata dasar ini diberikan imbuhan be- sehingga menjadi begawe yang artinya "bekerja".

Begawe memang identik dengan bekerja karena semua warga bekerja membantu mempersiapkan segala kebutuhan yang akan diperlukan jika sebuah keluarga akan begawe.

Sebagaimana pesta pada umumnya, dalam begawe suguhan makanan menjadi bagian yang harus disediakan. Salah satu suguhan itu adalah ares

Ares merupakan kuliner yang diolah dengan menggunakan batang pisang atau gedebog sebagai bahan dasar utamanya. 

Tidak semua pohon pisang dapat dijadikan bahan pembuatan ares. Pisang kepok, pisang susu, pisang batu, dan pisang raja merupakan jenis pisang yang dapat di-ares.

Ares dibuat secara bersama-sama saat begawe. Di samping ares, begawe juga menyediakan menu makanan lain berupa daging dan sayur tertentu. 

Untuk membuat masakan ares, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri dari, cabe rawit, cabe merah besar, santan kelapa, bawang merah, bawang putih, belacan, lengkuas, kemiri, jahe, dan kunyit, serta garam.

Urusan bumbu  biasanya menjadi urusan ibu-ibu. Mereka menghaluskan semua bumbu tersebut. Sebelum blender populer, bumbu dihaluskan dengan cara ditumbuk menggunakan lesung atau cobek. 

Setelah cukup halus bumbu itu ditumis sedemikian rupa sampai siap gunakan untuk membumbui masakan. 

Bahan yang membutuhkan energi paling besar adalah proses pembuatan santan. Biasanya dimulai dari pengupasan kulit kelapa. Jumlah kelapa tergantung pada tamu pesilaan (undangan). 

Makin banyak tamu undangan makin banyak pecawis (sajian) yang harus disiapkan. Termasuk kelapa sebagai bahan pembuatan ares.

Pengupasan kelapa mulai dilakukan sejak malam hari. Semua laki-laki datang untuk bekerja membantu pengupasan. Mereka masing-masing membawa peralatan berupa parang atau pisau. Semua bekerja mengupas kelapa, memisahkan sabut dan tempurungnya.

Keesokan harinya barulah kelapa itu diparut. Jika diparut malam hari, dikhawatirkan akan basi dan membuat rasa santannya tidak sedap.

Sebelum adanya mesin parut, biasanya proses pemarutan dilakukan secara manual. Ini dilakukan secara bersama-sama oleh para laki-laki. Kini pemarutan sudah menggunakan mesin sehingga prosesnya lebih cepat.

Hasil parutan kelapa itu kemudian diperas setelah diseduh dengan air panas. Penggunaan air panas diyakini dapat mempercepat keluarnya santan. Parutan kelapa itu diperas sampai dua atau tiga kali untuk mendapatkan hasil yang maksimum.

Ilustrasi makanan dari batang pisang (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi makanan dari batang pisang (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Batang pisang atau gedebog sebagai bahan dasar utama pembuatan ares tidak lupa diiris. Bagian batang yang dipilih diupayakan bagian dalam yang masih muda. Pengirisan, juga dilakukan laki-laki, dilakukan tipis-tipis, setebal sekitar 1 cm.

Irisan itu ditampung dalam bak yang direndam dengan air bersih. Air rendaman itu dicampur dengan garam yang berfungsi untuk menghilangkan getah pohon pisang.

Pengirisan batang pisang dilakukan dari pangkalnya. Batang pisang kerap disebut dengan batang semu yang terdiri dari pelepah yang berlapis. 

Lapisan pelepah yang masih hijau dibuang sampai terlihat lapisan berwarna putih sebagai pertanda bahwa lapisan pelepah itu masih muda.

Lapisan pelepah pisang yang sudah tua juga ditandai dengan munculnya semacam benang atau serat. Jika benang atau serat ini masih ada lapisan pelepah dibuang lagi sampai ditemukan bagian yang paling muda. Saat diiris, lapisan pelepah yang sudah tua juga terasa lebih alot dibandingkan dengan yang masih muda.

Sejauh yang saya lihat, proses memasak batang pisang dimulai dengan memanaskan santan kelapa. Santan itu dimasukkan dalam wadah cukup besar yang ditempatkan di atas tungku. 

Santan itu dipanaskan sampai mendidih, barulah irisan batang pisang dimasukkan ke dalam santan. Api tungku tetap dinyalakan sampai ares benar-benar matang. Setelah cukup matang barulah nyala api tungku dimatikan. Ares pun siap disajikan kepada para tamu undangan.

Itulah salah satu manfaat pohon pisang dalam tradisi begawe masyarakat Sasak. Untuk keperluan sehari-hari ares jarang digunakan. Biasanya pembuatan ares dilakukan saat kegiatan begawe saja. 

Lombok Timur, 02 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun