Mohon tunggu...
𝔜𝔞𝔪𝔦𝔫 𝔐𝔬𝔥𝔞𝔪𝔞𝔡
𝔜𝔞𝔪𝔦𝔫 𝔐𝔬𝔥𝔞𝔪𝔞𝔡 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Pendampingan Pemanfaatan Chromebook untuk Pembelajaran

29 Juni 2023   23:58 Diperbarui: 30 Juni 2023   07:51 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Dokumen pribadi

Tiga hari, sejak tanggal 25 s/d 27 Juni 2023, saya berkutat dengan materi pelatihan dengan tajuk "Pendampingan Pemanfaatan Chromebook untuk Pembelajaran". Peserta pelatihan tersebut berasal dari sekolah penerima bantuan perangkat chromebook yang langsung diberikan oleh Kemendikbudristek.

Di samping mengeksplore tata cara penggunaan chromebook, materi utama pendampingan adalah penggunaan Platform Pendidikan Digital Google, yaitu, Google Workspace for Education (GWE). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Peserta pendampingan dikawal nara sumber yang telah dilatih sebagai trainer yang diselenggarakan oleh Pusdatin Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan Refo Indonesia. Refo sendiri berperan sebagai penghubung dengan pihak Google dengan Kemendikbud Ristek.

Salah satu upaya Kemdikbud Ristek yang bertujuan meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran berbasis digital adalah program Pembatik (Pembelajaran Berbasis TIK). Dikutip dari laman Kemdikbud.go.id, Pembatik merupakan program peningkatan kompetensi pendidik dalam kegiatan belajar, mengajar dan berkarya untuk mendukung terciptanya inovasi pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Merdeka dengan mengedepankan Pemanfaatan Platform Teknologi. Melalui laman yang sama, guru-guru dapat mengikuti program yang digagas Kemdikbud ini.

Saya sendiri sudah pernah ikut program ini tetapi selalu kandas di tengah jalan karena faktor kesibukan sehingga tidak dapat menuntaskan materi diklat. Gagal dan gagal lagi (meminjam penggalan nyanyian Tomi J Pisa dalam lagu lawasnya).

GWE merupakan serangkaian alat dan layanan Google yang disesuaikan bagi sekolah dan homeschool untuk berkolaborasi, menyederhanakan instruksi, dan menjaga pembelajaran tetap aman. (Sebagaimana dilansir dari laman  Google)

Fitur-fitur dalam GWE terdiri dari google docs, google slide, spreadsheet, gmail, gmeet, classroom, google form, google chats, jamboard, dan berbagai fitur lainya.

Belajar kapan saja, di mana saja, dan dari mana saja merupakan quote khas platform ini. GWE menghadirkan kesempatan bagi guru dan siswa dapat melakukan interaksi pembelajaran di luar jam sekolah pasca pandemi covid-19.

Pada dasarnya, sebagian besar peserta pendampingan telah mengikuti pelatihan tentang penggunaan platform besutan Google yang bekerja sama dengan Kemdikbud ini. Hanya saja sebagian dari peserta tidak melakukan follow up hasil pelatihan itu secara mandiri. Hal ini membuat mereka mengalami kegagapan dalam pemanfaatan platform tersebut. 

Pemanfaatan teknologi digital bisa jadi sesuatu yang menarik di awal penerapannya. Namun demikian, pada titik tertentu, akan ada situasi dimana pembelajaran berbasis teknologi juga dapat menghadirkan titik kejenuhan.

Hal ini perlu diantisipasi oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Sama halnya pembelajaran di ruang nyata, pembelajaran daring juga memerlukan strategi yang beragam dan metode yang bervariasi.

Digitalisasi sekolah sendiri memicu semakin tingginya kebutuhan konten digital sebagai sumber belajar. Pada titik ini, guru diharapkan dapat menyajikan konten materi yang kontekstual. Guru dituntut menjadi pembuat konten (content creator) sesuai dengan kebutuhan siswa. Mau tidak mau, guru sebagai pemain utama penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran harus mampu memproduksi konten digital yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

Sebagai content creator, guru dapat membuat materi pelajaran dalam bentuk video, teks, audio, fotografis, videografis. Sudah banyak guru melakukan inovasi pembelajaran dan berbagi konten melalui platform media sosial Facebook, YouTube, TikTok, blog, dan sebagainya.

Konten materi yang dibuat itu dapat dimanfaatkan oleh sesama guru sebagai sumber belajar bagi mereka yang belum dapat membuat konten. Pemanfaatan konten tidak selalu harus karya sendiri tetapi dapat menggunakan karya guru lain yang tersebar di berbagai platform. Di sinilah berbagi praktek baik itu berlaku.

Namun demikian akan lebih baik jika  guru dapat membuat produk sendiri konten pembelajaran. Guru diharapkan lebih produktif dengan membuat konten yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa di sekolah masing-masing. Bukankah lebih baik menjadi produsen daripada konsumen, lebih baik menjadi pemberi daripada penerima. Jika kembali kepada pembelajaran kontekstual, guru dapat membuat konten materi dengan topik yang lebih familiar dengan pengalaman siswa sehari-hari. 

Semakin banyaknya produk konten pembelajaran juga diharapkan dapat mengimbangi kehadiran konten di media sosial yang tidak relevan dan kurang mendidik.

Abad 21 ditandai dengan penggunaan teknologi digital yang telah "mewabah" dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam dunia pendidikan. Bisa dipastikan tidak ada pendidik yang tidak mengenal dunia gadget. Dengan gadget di tangan, semua guru sudah terbiasa menggunakan platform media sosial. 

Sayangnya penggunaan hanya masih berkutat pada konten pencarian hiburan dan sekadar menunjukkan eksistensi yang tidak disertai dengan narasi yang bermanfaat. Padahal ada banyak praktek baik dalam proses pembelajaran yang dapat dibagikan melalui media sosial.

Penggunaan gadget sebagai media berbagi dan sumber belajar belum maksimal. Andaipun berbagi tentang kegiatan pembelajaran kontennya tidak menyentuh substansi proses pembelajaran itu sendiri. Pada saat yang sama, kesadaran diri untuk mengembangkan diri dari waktu ke waktu perlu dibangun.

Satuan pendidikan tidak saja menjadi ruang belajar bagi siswa tetapi juga harus dapat membangun jiwa pembelajar guru yang ada di dalamnya. Untuk itu sangat penting bagi sekolah (kepala sekolah) untuk mendorong tumbuhnya semangat guru sebagai pembelajar. 

Membangun semangat pembelajar di kalangan guru adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pendidikan secara keseluruhan. Sekolah semaksimal mungkin memberikan dukungan dan pengakuan secara terbuka atas prestasi mereka, baik melalui penghargaan, pengumuman di depan staf sekolah, atau publikasi di media sekolah. Dukungan dan apresiasi yang tulus akan membantu meningkatkan semangat mereka.

Di samping itu fasilitas pengembangan profesional melalui kesempatan untuk mengikuti diklat, seminar, atau workshop yang relevan. Ini akan memberi mereka kesempatan untuk belajar hal-hal baru dalam dunia pendidikan.

Hal terpenting adalah membangun komunitas belajar di antara para guru untuk menumbuhkan semangat belajar. Melalui komunitas, akan lahir kolaborasi dan pertukaran ide antara rekan-rekan guru dalam pertemuan rutin, diskusi kelompok, atau forum serupa. 

Komunitas dapat memberikan kesempatan untuk saling belajar satu sama lain, berbagi pengalaman, dan mendapatkan inspirasi baru. Komunitas juga memungkinkan lahirnya umpan balik yang jelas, konstruktif, dan berkesinambungan antar sesama guru.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah sekolah harus memastikan bahwa guru memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan, termasuk buku, materi pembelajaran, perangkat teknologi, dan alat bantu lainnya yang mendukung pengajaran yang efektif. Dengan menyediakan sumber daya yang memadai, guru akan merasa didukung dan memiliki kepercayaan diri yang lebih besar dalam memajukan pendidikan.

Menjaga jalur komunikasi terbuka antara guru dan manajemen sekolah merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan. Komunikasi terbuka yang dimaksud adalah dengan membuka ruang diskusi tentang setiap pengambilan keputusan.

Lombok Timur, 30 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun