Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Refleksi Program Sekolah Penggerak

27 Juni 2023   19:18 Diperbarui: 28 Juni 2023   08:54 2610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekolah penggerak. (Dok Kemendikbud Ristek)

Pagi yang hangat. Pukul 06.30 waktu smartphone, saya sudah melaju di atas kuda besi menuju lokasi kegiatan pertemuan dalam rangka menghadiri forum pemangku kepentingan Program Sekolah Penggerak angkatan I dan II. Kegiatan yang dilaksanakan tanggal 22 Juni 2023 itu berlokasi di SMP Negeri 1 Sikur, Lombok Timur. 

Kegiatan ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari unsur Kepala sekolah, guru, dan pengawas. Unsur ini tergabung dalam komite pembelajaran yang ada di setiap sekolah pelaksana program sekolah penggerak. 

Kegiatan itu juga dihadiri oleh pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur dan fasilitator dari Balai Peningkatan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Saya tiba di lokasi sekitar pukul 07.00. Suasana masih lengang. Hanya ada beberapa sepeda motor berjajar di tempat parkir. Saya bergegas menuju layanan registrasi peserta. Setelah mengisi biodata dan menerima ATK, saya dan peserta lain menunggu acara dimulai dengan ngobrol di lokasi kegiatan.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan di empat lokasi. Kegiatan disebar di lokasi yang berbeda dengan pertimbangan faktor jarak rumah peserta dengan lokasi kegiatan. Hal ini bertujuan agar peserta dapat berangkat tidak dengan tergesa-gesa karena harus menempuh perjalanan yang jauh.

Pembukaan kegiatan dimulai lebih lambat dari jadwal yang direncanakan. Sebuah kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan dari perilaku bangsa besar ini. Jam karet merupakan istilah yang tak pernah lekang oleh waktu dalam kebiasaan kita.

Sebagaimana ritual kegiatan seremonial formal, pembukaan merupakan sesi awal yang hampir menjadi sebuah keniscayaan. Pembukaan ini dilaksanakan dalam sebuah ruangan yang cukup menampung semua peserta. Seperti biasa pembukaan ditandai dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan penyampaian sambutan oleh pejabat terkait.

Setelah acara pembukaan peserta masuk ke ruang masing-masing yang telah ditentukan. Peserta setiap ruangan terdiri dari 28-36 orang. Saya sendiri berada di ruangan dengan peserta 36 orang. Rasanya agak sesak. 

Ketika waktu menjelang pukul 08.30, ruangan mulai terasa gerah dengan sengatan matahari menembus jendela yang menghadap ke arah timur. Beberapa peserta yang duduk di pinggir jendela terpaksa menggeser tempat duduknya lebih ke tengah untuk mendapatkan titik yang tidak panas.

Di setiap ruangan peserta didampingi seorang fasilitator atau pendamping yang berperan mengarahkan kegiatan di kelas masing-masing. 

Di ruangan saya fasilitator dan peserta terlebih dahulu membuat kesepakatan kelas atau aturan main selama kegiatan berlangsung. Kesepakatan dan komitmen paling utama, yaitu, peserta harus mengikuti rangkaian kegiatan sampai akhir. 

Kesepakatan lainnya, peserta tidak diperkenankan keluar tanpa izin fasilitator, menggunakan bahasa yang santun saat diskusi, dilarang merokok, dan beberapa kesepakatan lain yang mendukung suasana kondusif selama kegiatan berlangsung.

Kegiatan selanjutnya setelah membuat kesepakatan kelas adalah peserta diminta menjabarkan bayangan sekolah impian sesuai dengan perspektif peserta. Beragam jawaban yang muncul mencerminkan harapan dan imajinasi peserta tentang sekolah yang diinginkan. Ada yang memimpikan sekolah dengan kualitas pembelajaran yang baik dengan lingkungan sekolah yang asri dan nyaman. 

Beberapa orang memiliki imajinasi sekolah dari perspektif yang berbeda. Mereka bermimpi melihat sekolah sebagai rumah kedua dimana siswa menemukan dirinya merasa betah, nyaman, dan menyenangkan.

Apakah sekolah sejauh ini ini tidak menyenangkan? Harus diakui bahwa masih banyak sekolah belum dapat menyediakan ruang yang menyenangkan bagi anak-anak. 

Menurut Komisi Perlindungan Anak, sebagaimana dilansir dari laman Kemdikbud, masih banyak ditemukan kasus perundungan pada peserta didik. Perundungan itu tidak saja menyangkut bullying secara fisik tetapi juga secara verbal dan bentuk lainnya. Pengucilan seseorang dari pergaulan juga merupakan bagian dari perundungan. 

Perundungan bisa dilakukan oleh individu maupun sebuah kelompok kepada individu atau kelompok lainnya. Kelompok mayoritas bisa melakukan perundungan kepada minoritas. Atau bisa pula kelompok minoritas yang memiliki kekuatan tertentu melakukan perundungan terhadap kelompok mayoritas yang lemah. Eksklusivitas bisa berpeluang timbulnya perundungan.

Refleksi merupakan kegiatan utama dari kegiatan pertemuan forum pemangku kepentingan. Pada bagian ini setiap sekolah mempresentasikan hasil refleksinya masing-masing. Secara umum, hasil refleksi itu mencakup pencapaian sekolah selama mengikuti program sekolah penggerak.

Refleksi program sekolah penggerak meliputi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah. Hal-hal yang terkait dengan IKM mencakup kegiatan pembelajaran, asesmen, lingkungan belajar, pencapaian literasi dan numerasi, dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Capaian sebagaimana terdapat dalam rapor pendidikan juga menjadi salah satu materi refleksi.

Secara umum, capaian sekolah di atas merupakan dampak dari adanya penerapan pembelajaran paradigma baru. Beberapa hal tentang pembelajaran yang cukup berdampak yaitu, pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered learning), pemanfaatan sumber belajar yang kontekstual (mengurangi ketergantungan tekstual yang hanya bersumber pada buku). Dan penggunaan strategi dan metode yang bervariatif untuk mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi. 

Satu hal penting dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah memperhatikan kemampuan awal, fase perkembangannya, kebutuhan dan minat siswa.

Dalam hal perencanaan, sekolah mulai menggunakan perencanaan secara terukur dan terarah melalui manajemen perencanaan berbasis data. Selama ini sekolah membuat perencanaan berdasarkan intuisi atau perasaan dan pengalaman sebelumnya tanpa mempertimbangkan masalah yang tengah dihadapi sekolah. Ini sudah mulai ditinggalkan.

Sesuai dengan konsep PBD, perencanaan didasarkan pada faktual sekolah tentang aspek yang perlu dibenahi, kebutuhan, dan program prioritas yang ditentukan. Rapor pendidikan sebagai sumber data penting menjadi rujukan paling utama di samping hasil diskusi dengan komponen yang ada di sekolah.

Refleksi tentang digitalisasi sekolah memperlihatkan indikator pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran makin membaik. Penggunaan teknologi digital di sekolah sudah sudah diterapkan dalam pengelolaan data, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media, penilaian pembelajaran, dan proses pembelajaran.

Sebagai bagian dari kesehariannya, secara umum siswa sudah akrab dengan teknologi digital berupa smartphone dan gadget lainnya. Namun baru digunakan dalam proses belajar setelah peluncuran kebijakan digitalisasi sekolah.

Setelah refleksi, peserta secara berkelompok membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL). Rencana tersebut disusun berdasarkan hasil analisis dan identifikasi indikator yang masih bermasalah dalam raport pendidikan.

Hal penting dari kegiatan tersebut adalah berbagi praktek baik antar satuan pendidikan pelaksana program sekolah penggerak dalam rangka saling melengkapi.

Salah satu tantangan pendidikan saat ini adalah perubahan mindset para pendidik. Sebagian mereka berusaha mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan terus mengembangkan diri. 

Kelompok ini merupakan guru pembelajar yang berusaha meningkatkan profesionalitasnya. Sebagian lagi masih bertahan pada zona nyaman dan tampak santai dengan gelombang perubahan yang tidak terbendung.

Guru, menjadi kunci keberhasilan dunia pendidikan karena mereka memegang peranan paling utama dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas.

Pada tingkat sekolah, diperlukan upaya-upaya yang dapat menyulut semangat dan motivasi para guru dengan memberikan penghargaan atau pemberian intensif, menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan, memberikan kesempatan untuk maju, dan yang paling penting menciptakan hubungan kerja yang harmonis.

Lombok Timur, 27 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun